Kata “Gravitasi” dan kata “Cinta” tidak jarang kita dengarkan
dikehidupan kita sehari – hari disetiap waktu dan tempat dimana fikiran kita
terbang manja menembus cakrawala. Angan – angan yang tinggi kadang membiaskan
makna, maka dalam artikel ini saya akan menjelaskan maksud dari semua ini.
Seperti yang kita ketahui bahwa Gravitasi adalah gaya tarik menarik
yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa dialam semesta. Artinya
segala bentuk materi apapun yang ada dimuka bumi ini akan mengikuti hukum –
hukum gravitasi, buah jatuh dari pohon ketanah dengan kecepatan yang berimbang
pada masanya, panah yang melesat dengan gaya pegas menancap pada sasarannya, burung
yang terbang, awan yang bergerak dan hujan yang membasahi bumi semua terukur oleh
gaya gravitasi bumi. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang diluar materi seperti
cinta ? berikut definisi cinta
Sebelum kita membahas cinta saya terlebih dahulu memaparkan bahwa
cinta adalah salah satu bagian dari ilmu wahmi yang ada didalam cabang ilmu
logika yang menjelaskan tentang perasaan atau ilmu yang tidak bisa dilihat, diukuran,
berbentuk, bermassa tapi dia eksis. Apakah anda mengerti maksud saya..?? yap,
maksud saya adalah ilmu wahmi adalah ilmu tentang perasaan baik itu marah,
bahagia, sedih dan juga cinta didalamnya.
Lebih
sederhananya lagi bisa dicontohkan begini :
Apa kah anda
bisa mengukur rasa marah anda ?
Apakah anda bisa mengukur beratnya kesedihan anda ?
Apakah anda bisa
menyelami dalamnya cintamu pada sesuatu ?
Jawabannya pasti tidak kan? Mungkin kita hanya bisa mengambil analogi/perbandingan
dari perasaan kita pada sesuatu tersebut, seperti lirik lagu bahari yang
mengatakan “sedalam – dalamnya lautan
Hindia lebih dalam lagi cintaku padanya” , sampai saat ini saya yakin cinta
yang dia maksud itu belum ada ukurannya bahkan alat ukurnyapun belum ditemukan.
Begitu pula antara gravitasi
yang bersifat materi dengan Cinta yang bersifat nonmateri, berlawanan sub
pembahasan. Namun
bisa dijadikan analogi agar bisa dipahami secara sederhana. didalam pembahasan
ini ada kesamaan – kesamaan yang juga bisa dijadikan pemahaman baru bagi kita
untuk memperkaya pengetahuan kita tentang sisi – sisi lain dari cinta.
Berbicara tentang gravitasi cinta berarti
berbicara tentang Pecinta, Cinta dan obyek yang dicintai dimana Pecinta
dianalogikan dengan Bumi, Cinta sama dengan Gravitasi dan yang dicintai adalah
matahari. Kita mengetahui bumi dan orbit – orbit kecil lainnya selalu mengitari
atau tertarik oleh kekuatan gravitasi matahari sekaligus matahari menjadi pusat
kehidupan bagi Bumi. Selain punya ketergantungan terhadap matahari, bumi juga
mendapatkan efek positif dari ketergantungan tersebut dianataranya adalah
berfotosintesisnya tumbuhan yang menghidupkan bumi dengan menghasilkan oksigen
sehingga makhluk lainya bisa bernafas
untuk bertebaran di muka bumi ini. Matahari juga mampu merubah bumi dari malam
menjadi siang, matahari bisa menerangi bumi dari kegelapan dan perlu diingat pula
bahwa bumi adalah bagian dari matahari. benda – benda yang menjadi bagian dari
matahari akan senantiasa mengikuti aturan tata surya yaitu berputar pada
porosnya, tidak saling tabrakan dan
tidak tenggelam bersama matahari. artinya bahwa maksud dari tarik
menarik itu adalah ada daya tolak yang membuat benda – menda yang mengitari
matahari menjadi gerakan yang konstan.
Pembaca sekalian, Begitu pula dengan cinta ada
ketertarikan dan ada pula sekat pemisah antara pecinta dan obyek dicintai.
Anggaplah diri kita sebagai bumi yang mempunyai daya tarik terhadap bulan
sebagai satelit yang dimana bulan membutuhkan kita untuk berpijak dan kita
mengambil keuntungan dari bulan berupa proses pasang surutnya lautan yang ada
didalam diri kita, namun kita jangan melepaskan kepada cinta yang lebih besar
karena ketika kita melepaskan cinta yang besar maka akan melumpuhkan cinta –
cinta yang ada disekeliling kita.
Persoalan cinta bukanlah pembahasan yang baru –
baru ini dirasakan oleh manusia, jauh sebelum generasi kita hadir sudah banyak
teori – teori tentang hakikat cinta, kita selayaknya selalu mempelajari dari
sejarah dan posisi cinta di kehidupan kita sehari – hari. Kita semestinya mampu
memisahkan antara cinta yang menjadi prioritas dan cinta yang menjadi penghias.
Mempelajari hakikat cinta secara mendalam selayaknya menjadi kewajiban para
generasi muda agar bisa melihat realita cinta yang seutuhnya sebagaiamana
hakikat cinta yang bersifat nonmateri teraktualkan dalam kehidupan fisikal. Lebih
sederhananya mempelajari cinta akan mencegah kita dari tipuan cinta yang fana
yang berefek pada moralitas anak bangsa.
Hal yang harus kita lakukan dalam pemahaman cinta
adalah tentang merubah paradigma (pola pikir) kita tentang cinta itu sendiri
bahwa cinta adalah fitrah untuk manusia yang diberikan oleh Tuhan untuk
membangun sebuah peradaban, beranak pinak, persahabatan untuk bergotong royong
dalam membangun, menghargai sebuah karya, menangisi ketika ada bencana sehingga
hati menjadi peka dan banyak perasaan lain yang timbul dari adanya cinta. Namun
disisi lain kadang manusia memperlakukan cinta dan orang yang dicintainya
secara berlebih – lebihan serta kadang sebaliknya, memperlakukan cinta dengan
sekurang – kurangnya sehingga mengakibatkan ketidak seimbangan dalam hubungan
percintaannya. maka diperlukan rule (norma) dalam mencintai dan mengetahui
lebih dalam tentang obyek yang dicintainya. Selayaknya bumi yang mencintai
matahari dengan sederhana, dia (bumi)
mengikuti porosnya, tidak masuk tertarik oleh matahari dan tidak keluar
dari peredarannya.
Cinta itu tidak bisa dipaksakan
kawan, karena pemilik cinta bukan kita melainkan sang pencipta...
Cinta bukan permainan yang
melahirkan banyak penyimpangan – penyimpangan...
Cinta itu bukan kata – kata karena
kata – kata hanya melahirkan wacana....
Cinta selayaknya menggunakan logika
agar kita bisa menilainya...
Cinta itu akan melahirkan banyak
warna jika kita toleran untuk mempersatukannya...
Cinta perlu perjuangan ketika hal
itu adalah kebenaran yang layak untuk diperjuangkan...
Cinta ada dimana – mana, baik cinta
terhadap manusia, benda, negara bahkan kepada Tuhannya...