Di
dalam kehidupan yang penuh dengan nuansa global ini, ada berbagai bentuk kultur
yang merusak kultur essensial dari sebuah peradaban sebuah bangsa. Adanya
tiupan – tiupan kapitalisme,peodalisme dan hedonism menambah berkurangnya nilai
– nilai kemanusiaan dengan harapan yang fana mencapai tujuan materi/materilsme.
Ambisi memperkaya
diri makin ditonjolkan dengan dialektika – dialekika kesejahtraan yang
digambarkan dengan kemegahan gedung, kecanggihan kendaraan, kepongahan harta
benda tanpa melihat kondisi sekitar yang carut – marut, pelecehan seksual
dimana – mana, kriminalitas meraja lela,
tawuran pelajar semakin berkembang, bentrok aparat dan rakyat semakin
memanas, caci – maki tak jarang terdengar di media – media antar elemen satu
dengan elemen lainnya.
Arah
dan tujuan bangsa ini semakin memudar
dengan rusaknya moral anak bangsa dan orang tua bangsa. Funding father peraih
kemerdekaan hanya dijadikan tokoh untuk bernostalgia tentang masa lalu tidak
ada bedanya dengan seseorang yang menonton film india dengan menghayati sambil
menitikkan air mata, tanpa menjadikan karekter membangun dan berjuang adalah
hal yang prioritas. Nasionalisme hanya sekedar pahaman yang tidak terorientasi
pada realitas.
Jadi
tidak heran ketika moral bangsa ini semakin terpuruk jika persepsi nasionalisme
kepada Negara tidak tertanam dalam jati diri anak bangsa, terutama steak holder
(perangkul kebijakan) bangsa ini.
Karena
paradigm (pola pikir) yang terbentuk dewasa ini disetiap pejabat/SKPD
kebanyakan adalah bagaimana mereka mencari
hidup di Negara, bukan menghidupi Negara serta mengabikan diri untuk Negara.
Tidak seperti para pahlawan yang menumpahkan darah untuk kemerdekaan Bangsa.
Mungkin hal seperti ini bisa dikatakan “Air susu dibalas dengan Air Tuba/pengkhianat
jasa para pahlawan” Wajar saja Indonesia yang kita cintai ini mempunyai banyak
hutang, banyak pengangguran, tekanan ekonomi semakin kuat menerpa kaum – kaum proletar.
kedzoliman merata “yang lemah merampas hak orang lemah”
Tak
heran moralitas anak bangsa semakin terpuruk, karena Nasionalisme tidak
terhanyati dalam bentuk realitas dari sebagian besar pejabat di Indonesia. Yang
hanya mengejar proyek program tanpa melihat konstribusi prioritas dari program
tersebut. Kemandirian Ekonomi tidak lagi ditonjolkan karena masyarakat
Indonesia tidak seperti Investor Asing yang bisa menyogok mareka untuk
mengeksploitasi bumi pertiwi ini.
Perlu
disadari…
Hilangnya
nasionalisme membuat orang buta .. buta karena materi…
Hilangnya
nasionalisme membuat orang menjual negaranya …
Hilangnya
nasionalisme mengubah kaum miskin menjadi perampok, penjahat Dll…
Hilangnya
nasionalisme memicu pertempuran antara masyarakat satu dengan yang lainnya…
Hilanggnya
nasionalisme menjadikan seorang manusia
berevolusi sebagai penghianat Negara.
Karea
apapun sukunya,Ras,Budaya,Pulau bahkan agamanya pasti pengajarkan tentang
Nasionalisme, kecintaan kepada negaralah yang membuat moral bangsa ini semakin
membaik dalam keterikatan Bhineika Tunggal Ika.