Friday, September 26, 2014

Budaya Menghidupkan Jiwa


            Manusia tercipta dengan kelebihan yang unik dan berbeda dari makhluk hidup lainnya, selain mempunyai fisik yang sempurna, manusia juga mempunyai akal yang bisa memproduksi pengetahuan dari zaman ke zaman serta yang tak kalah menariknya manusia mempunyai jiwa seni yang beraneka ragam. Setiap komunitas, kelompok, perkumpulan pasti mempunyai cara tersendiri dalam melakukan interaksi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dari waktu ke waktu dengan tradisi dan kebiasaan tersebut terbentuklah yang namanya budaya.
            Sedikit kita mengenali Indonesia tentang perubahan – perbahan yang terjadi sangat tampak bukti – bukti peradaban yang mempunyai nilai prasasti yang tinggi,masuknya ajaran Hindu, Budha, Islam dan kristen terdapat peninggalan – peninggalan seperti candi – candi, tradisi – tradisi, lagu –lagu, music – music, tarian, senjata, bahkan bentuk rumah yang bderbeda – beda antara satu dengan yang lainnya, dimana kesemuanya itu tetap menggunakan unsure – unsure kebudayaan. Hal ini adalah sebuah kekayaan yang tiada tara dan tidak dimiliki oleh Negara lain didunia serta menjadi asset terbesar bangsa ini.
Ditinjau dari keragaman bahasa, prilaku, dan warna kulitpun Indonesia mempunyai potret yang berbeda, selain itu Indonesia mempunyai karakteristik masyarakt yang ramah sehingga mudah beriteraksi dengan masyarakat luar. Jadi tidaklah mengherankan ketika terjadinya persatuan di dalam bingkai kebhineikaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perjalan panjang Bangsa ini telah mencapai era modern sehingga dengan hadirnya budaya – budaya luar selain menambah khas baru dalam pergolakan kebudayaan juga menjadi serangan bagi budaya tradisional yang melekat didalam sanubari masyarakat lokal. Padahal, budaya suatu bangsa bagaikan akar dan batang dari pohon sedangkan yang lainnya adalah ranting. Jadi adalah hal yang percuma jika dari segi ekonomi, politik dan keamanan  bangsa kita mengalami peningkatan yang tinggi dipandangan Dunia, jika keterlibatan warga lokal tidak berperan.
Ada beberapa analisa yang perlu kita cermati secara bersama mengenai kehadiran globalisasi dimana secara tidak sadar pola pikir masyarakat kita digiring untuk tidak mencintai Negaranya sendiri. Ini terbukti dengan motif – motif hiburan atas nama peningkatan kreatifitas anak bangsa dengan budaya yang bukan budaya Indonesia seperti hadirnya program yang mencaplok budaya Barat. Masyarakat kita lagi – lagi terarahkan kepada paradigma konsumtif dan yang menikmati keuntungan hanya sebagian kecil dari elit pengusaha tersebut, inilah yang dinamakan ekonomi kapitalisme.
Bentuk real dari terkikisnya budaya lokal terlihat dari sebagaimana kaula muda berprilaku dan simpatik serta patisipatik dengan budayanya sendiri. Kita bisa memperhatikan pakaian, parfum, kosmetik, style, etika, lagu, musik, tarian, gaya bicara bahkan makananpun sebagian besar berkiblat pada ekonomi barat dan hanya sebagian kecil persentase Pemuda yang masih komitmen terhadap pengembangan budaya sendiri.
Keterbukaan kita pada informasi dan teknologi yang berbasis modern sangat dibutuhkan demi kemajuan bangsa ini, namun kita juga harus memfilter antara dampak positif dan negatifnya yang berpengaruh terhadap ketahanan nilai – nilai kebudayaan kita. Andai saja dengan penguasaan di sector informasi dan teknologi kita memupuni, bisa saja kita membumikan budaya – budaya kaya kita ini keseluruh penjuru Dunia.
Oleh karenanya dengan support kita semua terutama elementasi lembaga kebudayaan agar selalu menghidupkan semangat nasionalism dengan mengadakan acara – acara yang berbasis kesenian dengan inovasi – inovasi yang menjawab tantangan zaman. Sudah saatnya kita, dengan potensi yang kita miliki memberikan tanggapan terhadap globalisasi dengan keanekaragaman budaya, menghiasi sudut – sudut negeri dengan kreasi, mengobarkan cinta dengan inisiasi membangun negeri.
Terus berkarya untuk bangsa, membangunkan jiwa melalui budaya, tanpa mengharap imbalan dari penguasa, dan tentunya dengan bersama kita bisa.

             

No comments:

Post a Comment