Manusia tercipta dengan kelebihan
yang unik dan berbeda dari makhluk hidup lainnya, selain mempunyai fisik yang
sempurna, manusia juga mempunyai akal yang bisa memproduksi pengetahuan dari
zaman ke zaman serta yang tak kalah menariknya manusia mempunyai jiwa seni yang
beraneka ragam. Setiap komunitas, kelompok, perkumpulan pasti mempunyai cara
tersendiri dalam melakukan interaksi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga
dari waktu ke waktu dengan tradisi dan kebiasaan tersebut terbentuklah yang
namanya budaya.
Sedikit kita mengenali Indonesia tentang
perubahan – perbahan yang terjadi sangat tampak bukti – bukti peradaban yang
mempunyai nilai prasasti yang tinggi,masuknya ajaran Hindu, Budha, Islam dan
kristen terdapat peninggalan – peninggalan seperti candi – candi, tradisi –
tradisi, lagu –lagu, music – music, tarian, senjata, bahkan bentuk rumah yang
bderbeda – beda antara satu dengan yang lainnya, dimana kesemuanya itu tetap
menggunakan unsure – unsure kebudayaan. Hal ini adalah sebuah kekayaan yang
tiada tara dan tidak dimiliki oleh Negara lain didunia serta menjadi asset
terbesar bangsa ini.
Ditinjau dari keragaman bahasa, prilaku, dan warna
kulitpun Indonesia mempunyai potret yang berbeda, selain itu Indonesia
mempunyai karakteristik masyarakt yang ramah sehingga mudah beriteraksi dengan
masyarakat luar. Jadi tidaklah mengherankan ketika terjadinya persatuan di
dalam bingkai kebhineikaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perjalan panjang Bangsa ini telah mencapai era
modern sehingga dengan hadirnya budaya – budaya luar selain menambah khas baru
dalam pergolakan kebudayaan juga menjadi serangan bagi budaya tradisional yang
melekat didalam sanubari masyarakat lokal. Padahal, budaya suatu bangsa
bagaikan akar dan batang dari pohon sedangkan yang lainnya adalah ranting. Jadi
adalah hal yang percuma jika dari segi ekonomi, politik dan keamanan bangsa kita mengalami peningkatan yang tinggi
dipandangan Dunia, jika keterlibatan warga lokal tidak berperan.
Ada beberapa analisa yang perlu kita cermati secara
bersama mengenai kehadiran globalisasi dimana secara tidak sadar pola pikir
masyarakat kita digiring untuk tidak mencintai Negaranya sendiri. Ini terbukti
dengan motif – motif hiburan atas nama peningkatan kreatifitas anak bangsa
dengan budaya yang bukan budaya Indonesia seperti hadirnya program yang mencaplok budaya Barat. Masyarakat kita
lagi – lagi terarahkan kepada paradigma konsumtif dan yang menikmati keuntungan
hanya sebagian kecil dari elit pengusaha tersebut, inilah yang dinamakan
ekonomi kapitalisme.
Bentuk real dari terkikisnya budaya lokal terlihat
dari sebagaimana kaula muda berprilaku dan simpatik serta patisipatik dengan
budayanya sendiri. Kita bisa memperhatikan pakaian, parfum, kosmetik, style,
etika, lagu, musik, tarian, gaya bicara bahkan makananpun sebagian besar
berkiblat pada ekonomi barat dan hanya sebagian kecil persentase Pemuda yang
masih komitmen terhadap pengembangan budaya sendiri.
Keterbukaan kita pada informasi dan teknologi yang
berbasis modern sangat dibutuhkan demi kemajuan bangsa ini, namun kita juga
harus memfilter antara dampak positif dan negatifnya yang berpengaruh terhadap
ketahanan nilai – nilai kebudayaan kita. Andai saja dengan penguasaan di sector
informasi dan teknologi kita memupuni, bisa saja kita membumikan budaya –
budaya kaya kita ini keseluruh penjuru Dunia.
Oleh karenanya dengan support kita semua terutama
elementasi lembaga kebudayaan agar selalu menghidupkan semangat nasionalism
dengan mengadakan acara – acara yang berbasis kesenian dengan inovasi – inovasi
yang menjawab tantangan zaman. Sudah saatnya kita, dengan potensi yang kita
miliki memberikan tanggapan terhadap globalisasi dengan keanekaragaman budaya,
menghiasi sudut – sudut negeri dengan kreasi, mengobarkan cinta dengan inisiasi
membangun negeri.
Terus berkarya untuk bangsa, membangunkan jiwa
melalui budaya, tanpa mengharap imbalan dari penguasa, dan tentunya dengan
bersama kita bisa.
No comments:
Post a Comment