Wednesday, March 23, 2016

Jika Pemuda Gamang ?


Sudah menjadi hal yang sangat umum ketika manusia mencari jati dirinya karena pada fitrahnya manusia mempunyai fikiran dan hati yang selalu merespon fenomena – fenomena yang ada menjadi sebuah pertanyaan – pertanyaan dan selalu mencoba untuk mencari jawaban tentang arti kehidupan. Banyak cara orang dalam menyikapi problema ini, ada yang menacuhkannya seolah – olah tak perduli dan ada juga yang mencarinya dengan serius tanpa henti walau kegalauan menimpa diri. 
Pencarian jati diri selayaknya kian hari kan semakin mendewasakan terutama bagi para pemuda yang mempunyai banyak keutamaan, diantaranya :
 
1.        Secara Fisik
Di dalam Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan Pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa : “Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun”. Umumnya diusia tersebut, pemuda mempunyai kondisi kesehatan yang baik, waktu yang  panjang, tenaga yang prima dan gerak yang gesit.
Kelebihan fisik yang dimiliki oleh pemuda adalah kondisi yang paling ideal dalam kehidupan manusia. Yang dimana posisi usia muda berada ditengah – tengah antara usia dini dan usia lanjut. Jadi berbanggalah yang pada saat ini masih di usia muda, anda – anda semua berada dipuncak kenikmatan dunia.

2.      Secara Psikis
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam kehidupan dengan lingkungannya. Sedangkan secara etimology Psyche yang artinya Jiwa. Pemuda dalam bingkai kejiwaan adalah kombinasi yang tepat dalam pembahasan ini.
Ada hal lain yang terdapat didalam diri seorang pemuda sehingga orang – orang usia lanjut pun sering mengistilahkan dan menyebut dirinya “berjiwa muda” serta tidak jarang kita melihat para pengurus organisasi kepemudaan di Indonesia rata – rata berusia 30 tahun keatas. Bahkan kementerian kepemudaanpun di urus orang – orang yang tak muda lagi. ada apa gerangan dengan semboyan Pemuda sehingga menjadi pusat perhatian semua kalangan ?
Beberapa perkara yang ada dibenak kita tentang kondisi kejiwaan pemuda adaalah tentang semangat yang menggebu – gebu, rasa ingin tahu yang berapi – api, pengalaman yang terus dicari – cari, pertemanan yang menimbulkan simpati, kreatifitas yang selalu terproduksi, perjuangan dengan nilai independensi, keinginan yang harus terlengkapi dan banyak yang lainnya.

Dari sedikit uraian tentang kondisi fisik dan psikis pemuda diatas kita bisa menilai bahwa berkah yang sangat besar diberikan Tuhan kepada manusia adalah pada usianya yang muda. Jadi sangat disayangkan ketika pemuda membuang – buang umurnya dengan sesuatu yang tak bermaslahat bagi dirinya, keluarganya, dan lingkungannya dengan mengulur – ngulur waktu produktif, sangat memilukan ketika pemuda terjebak oleh komitmen cinta yang tak pasti dan cendrung hanya permainan tanpa ikatan yang suci sehingga melepaskan prioritasnya dalam berkehidupan, sangat menyedihkan ketika pemuda menjual harga dirinya dengan sifat individualisnya sehingga tidak lagi menilai pertemanan dan persaudaraan lebih mulia dari materi, sangat mengecewakan ketika pemuda tak lagi mempunyai visi – visi dan mimpi dalam mewujudkan kehidupan yang layak bagi orang – orang disekelilingnya.
Di usia muda manusia dituntut dengan berbagai kebutuhan – kebutuhan ekonomis sehingga mengharuskan baginya untuk mencari pekerjaan dengan berbagai kemampuan dan profesi yang dimilikinya. usia 20 s/d 27 tahun adalah masa transisi yang dimana pemuda dituntut untuk membangun mahligai rumah tangga yang penuh cinta guna menciptakan generasi pejuang. Pemuda dituntut pula untuk berbakti pada keluarga dengan memenuhi kebutuhan – kebutuhan ekonomi sebagai balas budi karena telah di sekolahkan/di kuliahkan.
Pecahnya konsentrasi membuat pemuda gamang dan terpuruk dalam menentukan sikap serta arah juang sehingga kadang melupakan tujuan yang sebenarnya dicita – citakan. Walaupun saya yakin dihati yang terdalam anak – anak muda pasti menginginkan orang – orang disekelilingnya bahagia, bahkan hanya dengan melihat orang – orang tersenyum adalah hal yang menggelorakan hatinya.
Ujian, Cobaan, goncangan, hempasan dan terpaan akan menjadi kekuatan yang mengkristal jika mampu dihadapi dengan mentalitas yang kokoh. Kenyataan pahit dan system yang tidak mendukung selayaknya menjadi alasan bagi pemuda untuk berjuang menciptakan suasana yang kondusif, melihat banyaknya pemuda desa dan kota yang tak kerja, meningkatnya angka kemiskinan dan kolepsnya perusahaan – perusahaan tambang.
Memaknai perjuangan bukan hanya ketika teriak – teriak dijalan, bakar – bakar Ban mobil dan membuat rekomendasi – rekomendasi yang kemungkinan besar hanya akan menjadi bungkusan kacang, berjuang bukan hanya memprovokasi emosi dengan issue – issue yang tidak bertanggung jawab. Bagi saya, memaknai perjuangan adalah merubah cara fikir masyarakat yang konsumtif menjadi produktif dan itu hanya bisa dilakukan oleh Pemuda. Maka yang harus berubah terlebih dahulu adalah cara berfikir pemuda. Hilangnya independensi kita karena kita mencari materi di perusahaan – perusahaan swasta, jadi PNS, dan profesi – profesi lainnya bukan menjadi alasan untuk menghilangkan spirit revolusi kita selaku pemuda. Tetap jalani namun jangan lupakan cita – cita yang sesungguhnya, jadikan itu adalah langkah awal untuk mencari modal (materi dan pengalaman) menuju level perjuangan selanjutnya yaitu kemaslahatan umat manusia dan bangsa kita. Dan tentunya dengan tindakan, karena hal itu akan menginsfirasi, dimana insfirasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang akan memunculkan insfirator – insfirator baru.
Ayo bangkit apapun profesimu dan dimanapun posisimu…
Ayo bergerak apapun hobbymu dan apapun keahlianmu….


Ahmad Fauzi (Poji)


Tulisan Cinta Untuk Himpunan



Milad Himpunan Mahasiswa Islam ke 69 Tahun
Sebelum panjang lebar menjelaskan buah piker ini saya mengucapkan kepada Selamat merayakan Ulang Tahun yang ke 69 bagi Kader – kader HMI Di seluruh penjuru Nusantara.
Pada tanggal 5 februari 1947 H/14 Rabiul Awal 1366 M tercetuslah organisasi kemahasiswaan yang membawa spirit ke-Islaman yang dipelopori oleh Lafran Pane  dengan 14 orang temannya. Mahasiswa – mahasiswa ini beranggapan bahwa pelajaran dikuliah saja tidak cukup untuk memberikan solusi bagi perbaikan Bangsa ini, sedangkan pada waktu itu kondisi Indonesia masih sangat rentan dengan gerakan – gerakan agresif dari tentara belanda yang ingin mengambil alih kembali kekuasaan di Republik Indonesia.
Tekanan demi tekananpun menghantui para pemuda – pemudi ini sehingga mereka berjuang dan berfikir keras untuk memformat organisasi ini (HMI) dengan style organisasi perjuangan dan sebagai organisasi perkaderan. Artinya sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi yang peduli/peka terhadap kondisi sekitar dan melakukan segala upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut, tentunya dengan pencermatan – pencermatan yang akademis karena organisasi ini juga menggunakan system perkaderan, yaitu mempunyai konsep pembelajaran yang tersusun baik sehingga mampu melihat dan mengambil keputusan yang terbaik dalam melangkah sesuai dengan visinya pada waktu itu “mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Menegakkan dan mengembangkan Agama Islam”.


Jadi tidak jarang ketika dahulu ada ungkapan – ungkapan oleh founding father bangsa kita seperti Jendral Sudirman sang panglima yang berperang dengan tandu mengatakan bahwa “HMI adalah Harapan Masyarakat Indonesia”. Dan perlu di ingat pada waktu adanya goncangan akan pembubaran HMI  oleh PKI, Ir.Soekarno sang Revolusioner mengatakan “ Go Ahad HMI”.
Hal ini membuktikan bahwa, Himpunan Mahasiswa Islam mempunyai nilai yang tak tergantikan di batang tubuh dan perjalanan Bumi Pertiwi ini.
Salah satu tujuan kita mempelajari sejarah adalah untuk mengrtahui  kejadian – kejadian yang ada dimasa lampau agar bisa dijadikan pelajaran dalam mengarungi hidup ini terutama para praktisi/kader HMI yang tengah “berjuang” melanjutkan roda organisasi kemahasiswaan terbesar dan tertua ini.
Sejarah juga bisa menjadi perbandingan kita antara kondisi dahulu dan kekinian beserta prilaku – prilaku para tokohnya sehingga bisa menjadi alat kita untuk merefleksikan atau menjadi cermin dalam berjalan menuju masa depan.  
Mengamati perkembangan HMI yang kian membesar secara kuantitas dari tahun ke tahun adalah sebuah kebanggaan bagi kader – kadernya. Karena hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di HMI  telah banyak menghasilkan human resources yang mampu berkiprah diberbagai posisi.
Namun dari hal itu semua kita seharusnya membuka mata kita dan melihat realitas (kenyataan) serta menanyakan pada sanubari kita, seberapa besar persentase terwujudnya 5 kualtas insan cita ? sudahkah terwujudnya insan akademis? Dimana hasil ciptaan insan pencipta? Terlihatkah pengabdiannya? Apakah sudah islami? Bagaimana tanggungjawabnya terhadap kemakmuran dan keadilan rakyat? Ridho kah Allah akan perjuangannya?. Semua itu akan terjawab didalam hati anda – anda sekalian wahai kader sang hijau hitam !
Saat ini hendaknya HMI kembali pada khittahnya sebagai organisasi yang mandiri secara pemikiran (Independen) dengan menghilangkan fanatisme ke-hijau-hitaman dengan mengharap serta tunduk terhadap nilai – nilai kesenioritasan. Hmi tetap mengedepankan prinsip silaturahim dan akhlak yang baik terhadap para pendahulunya tapi jangan  menghilangkan objektifitas yang telah menjadi hukum – hukum Tuhan. Hmi harus menunjukkan profesionalisme bukan nepotisme.
Pembahasan mengenai perjuangan tak henti – hentinya digumamkan oleh kader – kader Hmi di setiap aksi dan setiap diskusi, kata – kata ilmiah dengan berbagai referensi dan wacana – wacana kebangsaan yang terus di ikuti terus menjadi spirit dalam berorganisasi, namun pada akhirnya sebagian besar perjuangan yang ingin diperjuangkan tersebut menjadi bias dan hilang kendali menjadi gerakan reaksional yang sangat rapuh serta mudah untuk dipolitisasi. Maka untuk para pejuang Hmi : jangan lupakan tujuan  dan jangan buat gerakan yang Tuhan sendiri membencinya, bahkan dalam keheningan sekalipun.
Pembenahan yang paling urgent di tubuh Hmi dimulai dari para penggeraknya dan tentunya dengan penguatan ideology. Pengenalan terhadap diri kader sebagai manusia yang mempunyai nilai – nilai kemanusiaan serta membangun hubungan individu dan masyarakat dengan landasan Tauhid adalah kunci perjuangan yang hakiki dengan mengikuti utusan – utusan Allah yang diutus di muka bumi ini sebagai wakil-Nya.
Factor lain yang membuat kita sebagai manusia berubah haluan dari arah perjuangan yang sesungguhnya adalah factor materi (ekonomi) yang didalam latihan kader telah kita mengupas tuntas dan membantah teori tentang Materialisme, lalu mengapa kita menghalalkan segala cara untuk memenuhinya, bukankah hal itu mempunyai sebab akibat yang berubah menjadi karma yang akan membuat kita resah dan gelisah ?
Factor selanjutnya adalah system kepemerintahan yang dzolim dimana kita diarahkan untuk berbuat sesuatu yang tidak – tidak, contoh kasus korupsi berjamaah, deal to deal dengan korporasi untuk menindas rakyat dan merusak lingkungan dan lain – lain. Hal ini harus kita lawan dengan pengendalian diri kita agar tidak menajadi bagian dari gerakan pendzolim.
Saat ini sudah saatnya kader – kader Hmi sadar akan perannya sebagai kader umat dan kader bangsa dengan mengaktualkan nilai – nilai ideologis untuk membentuk mentalitas yang kokoh  kepada Internalnya, Mahasiswa secara umum dan masyarakat secara luas.
Banyak yang menjadi home work bagi kita untuk membenahi Negeri ini. Kita tidak bisa berharap banyak atas mayoritasnya komunitas kita dipenjuru nusantara ini. Kita juga tidak usah berkecil hati akan sendirinya kita melangkah. Teruslah bergerak pada kebenaran dimanapun engkau berada dan apapun profesimu, karena jika tujuan kita sama kita akan menyatu dalam hubungan yang erat yaitu hanief….
Yakin Usaha Sampai…….