Di dalam buku
Ringkasan Ilmu Logika karya Hasan Abu Amar terdapat pembahasan tentang asal
muasal pembagian ilmu maka sudah barang tentu dan tak asing bagi kita medengar
tentang ilmu wahmi (estimative faculty) yaitu sesuatu yang tidak material dan
tidak mempunyai ukuran, seperti sedih, senang, marah, benci, cinta, kasih,
sayang, cemburu, takut, berani dan lain sebagainya dimana sub pebahasan ini
hakikatnya adalah fitrah yang ada didalam diri manusia.
Gejolak -
gejolak rasa ini tidak bisa diukur dengan sebuah kata – kata dan timbul dengan
sendirinya melalui berbagai media seperti indra dan hayal sehingga manusia
sendiri kandang tak mampu membendungnya. Dia eksis didalam diri manusia namun
tak tampak secara kasat mata dan hanya mampu diutarakan dengan simbol – simbol,
analogi serta kiasan – kiasan agar bisa dipahami dengan mudah oleh sang pemberi
dan penerimanya.
Seperti tema
yang dicantumkan diatas maka yang akan dikemukakan dalam tulisan ini adalah
kata “benci”. Benci adalah ketika orang yang kamu cintai di telikung oleh teman dekatmu (tidak
berdarah tapi sakit), benci adalah ketika papa dan mamamu tidak membelikan
motor seperti di sinetron anak jalanan, benci adalah ketika kucing mengambil
ikan satu – satunya yang kau miliki, benci ialah ketika engkau menagih utang kepada
temanmu namun kamu yang menjadi sasaran amarahnya, benci ialah ketika mencoba
mendahului emak – emak di jalan raya, benci adalah ketika ayam yang telah kau
besarkan terkena perempahan, benci
adalah ketika sesuatu yang menjadi hak mu diambil oleh orang lain, benci adalah
ketika kemerdekaanmu direnggut, benci adalah ketika harapan – harapan yang
ingin kau gapai menjadi sirna.
Oh my god,
begitu banyak macam – macam kebencian yang mengitari didalam kehidupan kita, ia
sangat dekat dengan langkah – langkah kita, kebencian akan suatu permasalahan
bagaikan bom waktu yang kapan saja bisa meledak dan mampu menjadi pemicu untuk
meledakkan bom – bom waktu yang lain, maka jika itu yang terjadi bersiaplah
menerima dampak – dampaknya. Tentu sebagai manusia normal kita menginginkan
kehidupan yang damai tanpa adanya perselisihan dan perseteruan yang mengarahkan
kita pada perpecahan serta akan membuat kekacauan, hal ini bermula dari
terjangkitnya penyakit hati didalam diri.Kebencian inilah yang ingin
dihilangkan oleh Naruto di dunia shinobi.
Belakangan
ini di Indonesia terdapat persoalan yang menggelikan ketika setelah 72 tahun
kemerdekaan terdapat ujaran – ujaran kebencian atas sesama warga negara, lebih
khususnya benci dengan klan china bahkan banyaknya ketakutan akan dijajahnya Indonesia
oleh Republik Rakyat Tiongkok dengan posisi politik internasional yang di issue
kan sembarangan sehingga berpotensi memperpecah belah diranah horisontal
masyarakat Indonesia sendiri. Maka dengan lantangkukatakan, sungguh hal ini
adalah tindakan yang menyebalkan..!!!
Mengapa
demikian ?, berikut penjelasannya :
1. Setiap
negara pasti ada sistem administrasi kenegaraan dimana mereka mempunyai otonomi
untuk memperkuat otoritas, independensi dan jika di indonesia ada yang namanya
permusyawaratan antar lembaga negara dalam melakukan kebijakan luar
negeri.Semua negara pasti memerlukan atau berhubungan dengan negara lain
sebagai bentuk kerjasama yang saling menguntungkan, sebagaimana sebagai person
kita juga memerlukan hal itu.
Jadi
apa yang kita khawatirkan saat ini terhadap tiongkok, bangsa – bangsa asia,
kawasan timur tengah dan eropa adalah dugaan – dugaan manja tanpa landasan
ilmiah.
2. Yang
menjadi kekeliruan sehingga timbulnya perasaan dengki didalam diri kita adalah
cara pandang generalisasi persoalan atau menuduh secara keseluruhan terhadap
tindakan human eror di suatu kelompok. Misal ketika ada pejabat dari golongan
Islam atau Agama lainnya melakukan tindakan korupsi maka semua orang yang Islam
atau beragama dianggap koruptor. Contoh lain ketika ada yang orang dari suku
kita yang bertindak amoral maka suku itu di tuduh secara keseluruhan sebagai
pelaku amoral.
Cara
berfikir yang kolot seperti ini seyogyanya sudah sirna didalam kehidupan kita,
sesuai dengan banyaknya ungkapan – ungkapan writers dan aktivis sosial media
lainnya, apakah salah ketika seorang anak dilahirkan sebagai keturunan china ?
jika salah, maka Tuhan tidak adil !
Mengapa
demikian ? karena semua makhluk baik manusia dan alam semesta ini adalah
ciptaan Tuhan yang mempunyai porsi masing – masing untuk menjalankan hukum –
hukum yang dibuat oleh-Nya. Tuhan akan berlaku Dzholim jika menciptakan sesuatu
tanpa faedahnya. Namun jarang dari kita memikirkannya.
3. Perlu
disadari bersama bahwa Bangsa kita yang besar dan diantara ratusan suku yang
didalamnya ada klan china/tionghoa telah bahu membahu membangun bangsa seperti
yang kita rasakan saat ini. Anda bisa rasakan secara nyata ketika tidak ada
clan ini, tentu akan memberatkan kehidupan anda misal ; Smart Phone, coba kita
ingat – ingat kembali dilingkungan keluarga kita apakah tidak ada orang yang
menggunakan media komunikasi yang berasal dari china ?, oke mungkin karena
persoalan bisnis antar negara, persoalan ini bisa kita kesampingkan.
Selanjutnya adalah persoalan tempat kita tinggal atau rumah, di era milenial
ini anda bisa chek toko bangunan dilingkungan anda berada, apakah tidak
terdapat klan china didalamnya yang berani jual dengan harga rendah dan
konsisten merayu pembeli degan berbagai rethorika marketing?. Aku rasa tidak..!!!
shanya mereka dan kekuatan koneksi mereka yang saat ini mampu mengelolanya.
Belum lagi kebutuhan pangan kita, peralatan dapur, kosmetik, perfileman dan
lain sebagainya banyak sekali didominasi orang indonesia keturunan china yang
bertebaran membangun ekonomi mereka dan menghidupi kebutuhan masyarakat lintas
suku.
4. Selanjutnya
tentang persoalan keeksklusifitasan atau ketertutupan yang dimiliki oleh klan ini,
baik prilaku kehidupan sehari – hari dalam pergaulan sampai pada hubungan kawin
silang yang sangat sulit dilakukan. Pemuda – pemuda jomblo di era reformasi
hingga milenial ini mengatakan susah
dapetin cewek keturunan china. Tradisi mereka ini yang kadang membuat orang –
orang jengkel !, Namun apakah kita ber hak membenci mereka ?
Padahal,
semua suku pasti mempunyai karakteristik dan budaya masing – masing yang hingga
kini masih dipertahankan, dengan filosofi hidup itulah yang membuat suku itu
tetap eksis hinga kini. Dan sekali lagi, kita tidak bisa mengeneralisasi bahwa
mereka totalitas eksklusif karena banyak dari bereka pula yang inklusif
(terbuka) baik pergaulan maupun hubungan lain. Begitu pula dengan suku – suku
lain yang ada di Indonesia bahkan di Dunia.
Tidak
bermaksud untuk mengunggulkan ras kulit putih ini, melainkan hanya ingin
membuka cara pandang kita dalam menghadapi problematika sosial yang berkembang,
bahwa pada hakikatnya bangsa kita menerima berbagai elementasi suku yang
membawa pesan kedamaian dan ketentraman ditanah air tercinta ini dengan membawa
spirit persatuan. Persaingan antar manusia dan kelompoknya didalam melakukan
sebuah usaha – usaha peningkatan kualitas hidup haruslah berjalan dengan fair
dan dengan sikap yang dewasa. Memperuncing perbedaan adalah bisikan iblis untuk
membuat hati kita waswas dan selalu berfikiran negatif dalam menilai orang lain
sehingga berpotensi terjadinya perpecahan yang dengan perbuatan itu harapan –
harapan untuk membangun dan mengisi dunia ini dengan keindahan menjadi berantakan.
Mengasah perbedaan berati menjaga jarak untuk bersatu dan jika hal ini terus
dilakukan maka akan membuat ketentraman dan ketenangan didalam kehidupan kita
menjadi hilang.
Mulailah
untuk mengambil langkah yang produktif untuk bersaing dengan membangun
komunikasi yang baik antar sesama anak Bangsa tanpa melihat suku, ras dan agama,
sebab potensi kebaikan yang ada didalam diri manusia tidak memandang itu.
Bahkan jika kita mampu bersatu diantara banyaknya perbedaan maka kita akan
menjadi pelangi yang indah di langit yang biru, dimana pelangi – pelangi
tersebut adalah ciptaan Tuhan.
Tentangan
untuk menjadi Negara besar dengan beragam ideologi dan bentuk tidaklah mudah,
banyak pekerjaan – pekerjaan rumah berupa kasus bullying terhadap anak – anak
atas nama perbedaan suku dan agama yang harus kita hilangkan, masih cepatnya
orang – orang kita terpropokasi jika disulut dengan hal – hal yang berbau
kesukuan dan hal yang berbau keyakinan, masih banyak ego – ego yang harus
diredam oleh kita semua. Dimana dari kejadian yang terjadi ini mengharuskan
kita untuk mengikat kembali sumpah setia kita untuk mentaati peraturan yang ada
di Negara ini, bahwa untuk memperkuat kesatuan dan persatuan tidaklah cukup
hanya dengan tulisan ini, tidak cukup kalau hanya dikerjakan oleh pemerintah,
tidak cukup jika hanya melalui pemasangan sepanduk yang menyatakan kita satu,
tidak cukup jika hanya dilakukan oleh segelintir kelompok saja, karena
persatuan membutuhkan gerak bersama, maka gerakan persatuan diantara banyak
perbedaan inilah yang harus dikedepankan.
Membenci
sebenarnya adalah kebutuhan bagi kita, anda bisa bayangkan jika kita tidak
membenci sesuatu yang kotor, sesuatu yang negatif dan sesuatu yang berefek
kepada keburukan bagi kita. Namun banyak kesalah artian bagi kita dalam
menghadapi kebencian ini dan mengambil langkah – langkah yang bahkan kita
sendiri membencinya, padahal kebencian ini kebanyakan bersifat sementara dan
selanjutnya ketika kita sudah memahami obyek dari kebencian tersebut maka
kebencian itu bisa jadi akan menjadi sirna.
Bahwa disini
kita harus melihat dari pandangan yang luas dan pemahaman yang mendalam
terhadap fenomena – fenomena yang terjadi, karena segala sesuatu pasti ada
maknanya !
Berlebihan
dalam membenci yang dilakukan secara berkelanjutan dan menjadi karakter didalam
diri akan membuat manusia sulit mengontrol prilaku diri dan pasti akan terpuruk
didalam angkara murka ilahi dan permasalahan yang medalam dengan sesama
manusia.