Banyak dari
kita terutama anak – anak muda menggugat tentang relevansi akan pelajaran
filsafat, filsafat dipandang sebagai pebahasan langit yang sulit untuk
dimengerti, bahasa, argumentasi hingga pergolakan pemikiran kian menjelma
menjadi sosok yang enggan untuk difahami khalayak ramai, bisa jadi hanya orang
– orang tertentu didalam pencariannya yang menggemari pembahasan ini. Sehingga
yang muncul dikalangan opini masyarakat adalah bahwa filsafat hanya untuk
kalangan khusus, hanya orang – orang terpelajar yang bisa mempelajari hal itu,
namun apakah benar demikian ? sesulit itukah mempelajari filsafat ? apa
manfaatnya belajar filsafat bagi kehidupan manusia ?
Hal pertama
yang harus kita tentang adalah rasa malas untuk menelaah, membaca, mendengarkan
dan mencermati persoalan sehingga dengan pertentangan kepada arah yang negatif
menjadikan kita sebagai pribadi yang terbuka terhadap arus masuknya berbagai
pengetahuan yang dimana fitrah manusia membutuhkan cercahan ilmu pengetahuan
untuk menghadapi kehidupan ini, artinya semakin banyak pengetahuan yang didapat
maka semakin dalam lah jiwa manusia mencapai kesempurnaanya. Keterbukaan hati
dan fikiran adalah corong kemapanan berfikir dan bersikap manusia dengan
pilihan yang diyakininya.
Kebanyak
manusia tidak mau untuk mempelajari hal lain dan merasa nalarnya tidak cukup
untuk mengetahui hal – hal yang dianggap tidak penting bagi kehidupan dirinya
sehingga hal ini berakibat pada justifikasi negatif pada pandangan filsafat, padahal filsafat dibahas essensi
dalam memahami alasan – alasan tentang ke Tuhan-an, kehidupan, alam semesta dan
pembahasan – pembahasan yang menyangkut pada kebutuhan penalaran pribadi demi
mencapai tujuan hidup yang hakiki. Karakter pragmatis manusia kadang
menghendakinya untuk hidup apa adanya tanpa memikirkan jawaban atas pertanyaan
– pertanyaan tentang kehidupan seperti “dari mana asal muasal ku ?, mengapa aku
hidup didunia ?, apa yang harus aku lakukan? Dan kemana aku bersandar kelak
ketika tiada?”. Pertanyaan – pertanyaan seperti ini akan lebih sempurna jika
dijawab dengan pendekatan filosofis.
Dibalik
ragam pemikiran yang menjelma menjadi pandangan – pandangan yang dikemukan oleh
para tokoh baik dari timur maupun dari barat yang pada akhirnya menganggap
bahwa ada sesuatu yang tidak bisa di gapai oleh filsafat yaitu adalah hal – hal
terkait ke Tuhanan dan Agama membuat beberapa kalangan mengharamkan pengikutnya
untuk mempelajari filsafat dan menjadikan filsafat sebagai momok yang harus dijauhi, padahal Filsafat tidak se jahat itu.
Hal kedua
menyangkut Filsafat sebagaiamana definisinya mempunyai orientasi agar seorang
yang mempelajarinya akan menjadi bijaksana dan mencintai kebikasanaan, dengan
keyakinan yang kokoh mampu menjalani dan menafsirkan fenomena kehidupan secara
lugas, cerdas dan menyejukkan hati setiap para audiens yang ada
disekelilingnya, merangkum persoalan – persoalan yang abstrak menjadi terang
benderang sebagaiamana albert einstein mengatakan “jika anda tidak dapat
menjelaskan sesuatu hal secara sederhana, itu artinya anda belum cukup paham”.
Klasifikasi
atau tingkat pemahaman setiap manusia pasti mempunyai perbedaan dalam menelaah sebuah gejala – gejala alam, sosial atau sesuatu yang diluar darinya, tidak ada
ukuran yang real yang bisa mengukur tingkat kemampuan manusia dalam memahami
sebuah perkara karena sifatnya yang inmateril. Namun hal itu pula yang menjadi permasalahan
dalam menyampaikan materi – materi pengetahuan dalam konteks ini adalah
pelajaran filsafat, pengantar materi harus mampu mengukur tingkat pemahaman audiens
agar apa yang dibicarakan selaras dengan kapasitas mereka.
Sederhananya
mempelajari filsafat akan menggiring kepada persolan yang menyangkut tentang
kebenaran, melalui beragam proses penghayatan sejarah
tentang alam metafisik ataupun materialistik dan sains sebagaimana teori -
teori para tokoh atau filosof, hingga aktualisasi kebenaran menurut paham – paham (isme-isme)
yang muncul pada saat ini dan yang akan datang. Disini ditekankan bahwa setiap
gerakan, perubahan – perubahan sosial pasti ada spirit atau pandangan filosofis
yang mendasarinya. Lalu dimanakah kita berada ?
Ada dua
pandangan besar didalam dunia filsafat yang dari dulu hingga saat ini bertikai
dengan berbagai dialektika dan penemuan – penemuan yang gunanya sebagai bukti pembenaran dari
teori – teori yang saling bertikai ini, dua pandangan tersebut adalah Faham tentang Materi
atau Materialisme dan Keyakinan terhadap sesuatu setelah Alam atau Metafisika.
Perlu diketahui disetiap kubu pemikiran ini juga melahirkan berbagai macam
padangan – pandangan, isitilah – istilah, dan perubahan – perubahan oleh penemu - penemu teori
sebagaimana berkembangnya Ilmu Pengetahuan sehingga kadang membuat bias dalam mengambil inti sari kebenaran yang
sebenarnya. Munculnya banyak persepektif ini disisi lain juga memberikan kita
pilihan yang menurut kita pantas untuk dijadikan sandaran dalam memahami
kebenaran. Ali bin Abi Thalib mengatakan "Apabila engkau mengetahui
kebenaran, maka engkau akan tahu dimana harus berpihak".
Masyarakat dunia saat ini mengedapankan sains sebagai kekuatan untuk
melakukan sebuah perubahan - perubahan besar sebagaimana yang kita rasakan saat
ini dimana tiap - tiap dari kita sangat mempunyai ketergantungan pada benda -
benda hasil sains tersebut seperti Internet, Smart Phone, komputer, kamera, mobil,
motor, pesawat terbang, listrik, pabrik dan banyak lagi penemuan yang
mempengaruhi kehidupan manusia yang dimana spirit ini dibawakan oleh kelompok materialis
dengan beberapa tokoh diantaranya adalah Marx yang mengatakan : "Masalah
mengetahui apakah pemikiran manusia bisa
menangkap realitas obyektif bukanlah masalah teoritis, melainkan masalah
praktis. ini karena seorang manusia harus membangun bukti bagi realitas
pikirannya atas dasar wilayah praktis". Dimana dari ungkapan ini marxsisme
mencoba untuk membuat frame berfikir bahwa realitas obyektif atau kebenaran haruslah
dengan pengalaman indrawi dan menyelesaikannya dengan metode - metode
saintifik.
Tokoh lain bernama Roger Garaudy juga mempunyai irama yang sama dengan
pandangan marx yang dia mengatakan bahwa "Bumi telah ada bahkan sebelum
makhluk sensitif apapun yaitu sebelum makhluk hidup apapun. tidak ada materi
organik bisa ada diatas planet ini pada tahap yang sangat awal dari keberadaan
planet ini. Maka, materi anorganik mengawali kehidupan yang harus tumbuh dan
berkembang selama ribuan tahun sebelum kehadiran manusia disertai
pengetahuannya. sains membimbing kita untuk mengetahui dengan pasti bahwa dunia
ini ada dalam keadaan dimana tak ada bentuk kehidupan atau penginderaan yang
mungkin".
Dari padangan dua tokoh tersebut secara jelas mereka menghilangkan
pandangan metafisik sebagai sandaran kebenaran dengan argumen yang menurut
mereka ilmiah dan hingga saat ini spirit tersebut terus mengalami pengembangan
- pengembangan penelitian sehingga mayoritas frame berfikir masyarakat dunia
menggap bahwa untuk menguasai dunia ini harus menguasai materi yang bersandar
pada sains, sehingga Negara - negara digdaya melakukan donasi besar - besaran
untuk memberdayakan para saintis yang dimana hasil riset mereka digunakan untuk
menjadi nilai tawar kekuatan ekonomi dan politik di hadapan dunia.
Bertolak belakang dengan mayoritas kelompok - kelompok metafisik yang
meyakini akan datangnya hari akhir dan eksistensi Tuhan, dimana pada saat ini
mereka masih menutup diri dengan dunia saintis dan belum mampu berkiprah dalam ruang
atau metodelogi ilmiah sehingga kebenaran yang ditawarkan dianggap hanya
sebatas dogmatis atau pemahaman yang kaku terhadap kitab - kitab suci yang ada.
Hal dan metode ini bisa dianggap sebagai kebenaran yang tidak tervalidasi dan
dijelaskan dengan argumentasi yang rasional. Padahal logikanya pesan - pesan
Tuhan pasti bisa diterima oleh akal sehat dan dijelaskan secara kompeherensif dengan
bukti - bukti yang bisa diterima oleh semua kalangan.
Namun sayangnya kini ghirah ini banyak didominasi oleh materialisme
dengan selalu memacu kehidupan manusia dengan inovasi akan kebutuhan,
kelengkapan dan gaya hidup mewah serta cara hidup yang praktis dengan teknologi
yang berkembang. Disuatu sisi kita melihat kaum metafisik/Agamawan sering dipandang
sebagai kelompok anti terhadap perkembang tersebut dan lebih menyibukkan diri
pada urusan ritualistik semata.
Kegamangan akan pilihan menentukan jalan kebenaran terganjal oleh
pandangan - pandangan yang saling bertikai sehingga menjadikan tujuan hidup
menjadi tak terarah dari fitrah kemanusiaan. Walaupun demikian jangan jadikan
ke absurd-an dari teori - teori tersebut menjadikan kita berlepas diri dan tak
mau lagi belajar serta menganalisa fenomena - fenomena yang ada bahwa dibalik
semua persoalan pasti ada inti sari kebenaran yang hakiki hal itu tersinergi
antara Kitab Suci dan Akal Sehat, karena bahasa Tuhan pasti akan dengan mudah
dicerna oleh ciptaanya yang paling mulia yaitu manusia yang menggunakan akal
sehatnya dan akal sehatlah yang bisa memberikan bukti - bukti ilmiah kepada
segenap manusia.
Belajar Filsafat tidak bisa dilakukan hanya dengan membaca tulisan ini,
karena filsafat membutuhkan referensi yang banyak, waktu yang luang, daya
analisa yang mendalam dan paling penting adalah dengan membangun komunitas yang
terkonsentrasi untuk belajar, membaca, menulis dan diskusi agar lekatan
pengetahuan/teori bisa diingat dengan jelas, tentunya dengan metode seperti ini
akan menambah motivasi untuk terus belajar serta mencari teori - teori baru.
Understanding your self and Stay enjoy in your faith...