Monday, April 23, 2018

Belajar Filsafat


Banyak dari kita terutama anak – anak muda menggugat tentang relevansi akan pelajaran filsafat, filsafat dipandang sebagai pebahasan langit yang sulit untuk dimengerti, bahasa, argumentasi hingga pergolakan pemikiran kian menjelma menjadi sosok yang enggan untuk difahami khalayak ramai, bisa jadi hanya orang – orang tertentu didalam pencariannya yang menggemari pembahasan ini. Sehingga yang muncul dikalangan opini masyarakat adalah bahwa filsafat hanya untuk kalangan khusus, hanya orang – orang terpelajar yang bisa mempelajari hal itu, namun apakah benar demikian ? sesulit itukah mempelajari filsafat ? apa manfaatnya belajar filsafat bagi kehidupan manusia ?

Hal pertama yang harus kita tentang adalah rasa malas untuk menelaah, membaca, mendengarkan dan mencermati persoalan sehingga dengan pertentangan kepada arah yang negatif menjadikan kita sebagai pribadi yang terbuka terhadap arus masuknya berbagai pengetahuan yang dimana fitrah manusia membutuhkan cercahan ilmu pengetahuan untuk menghadapi kehidupan ini, artinya semakin banyak pengetahuan yang didapat maka semakin dalam lah jiwa manusia mencapai kesempurnaanya. Keterbukaan hati dan fikiran adalah corong kemapanan berfikir dan bersikap manusia dengan pilihan yang diyakininya.

Kebanyak manusia tidak mau untuk mempelajari hal lain dan merasa nalarnya tidak cukup untuk mengetahui hal – hal yang dianggap tidak penting bagi kehidupan dirinya sehingga hal ini berakibat pada justifikasi negatif pada pandangan filsafat, padahal filsafat dibahas essensi dalam memahami alasan – alasan tentang ke Tuhan-an, kehidupan, alam semesta dan pembahasan – pembahasan yang menyangkut pada kebutuhan penalaran pribadi demi mencapai tujuan hidup yang hakiki. Karakter pragmatis manusia kadang menghendakinya untuk hidup apa adanya tanpa memikirkan jawaban atas pertanyaan – pertanyaan tentang kehidupan seperti “dari mana asal muasal ku ?, mengapa aku hidup didunia ?, apa yang harus aku lakukan? Dan kemana aku bersandar kelak ketika tiada?”. Pertanyaan – pertanyaan seperti ini akan lebih sempurna jika dijawab dengan pendekatan filosofis.

Dibalik ragam pemikiran yang menjelma menjadi pandangan – pandangan yang dikemukan oleh para tokoh baik dari timur maupun dari barat yang pada akhirnya menganggap bahwa ada sesuatu yang tidak bisa di gapai oleh filsafat yaitu adalah hal – hal terkait ke Tuhanan dan Agama membuat beberapa kalangan mengharamkan pengikutnya untuk mempelajari filsafat dan menjadikan filsafat sebagai momok yang harus dijauhi, padahal Filsafat tidak se jahat itu.

Hal kedua menyangkut Filsafat sebagaiamana definisinya mempunyai orientasi agar seorang yang mempelajarinya akan menjadi bijaksana dan mencintai kebikasanaan, dengan keyakinan yang kokoh mampu menjalani dan menafsirkan fenomena kehidupan secara lugas, cerdas dan menyejukkan hati setiap para audiens yang ada disekelilingnya, merangkum persoalan – persoalan yang abstrak menjadi terang benderang sebagaiamana albert einstein mengatakan “jika anda tidak dapat menjelaskan sesuatu hal secara sederhana, itu artinya anda belum cukup paham”.

Klasifikasi atau tingkat pemahaman setiap manusia pasti mempunyai perbedaan dalam menelaah sebuah gejala – gejala alam, sosial atau sesuatu yang diluar darinya, tidak ada ukuran yang real yang bisa mengukur tingkat kemampuan manusia dalam memahami sebuah perkara karena sifatnya yang inmateril.  Namun hal itu pula yang menjadi permasalahan dalam menyampaikan materi – materi pengetahuan dalam konteks ini adalah pelajaran filsafat, pengantar materi harus mampu mengukur tingkat pemahaman audiens agar apa yang dibicarakan selaras dengan kapasitas mereka.

Sederhananya mempelajari filsafat akan menggiring kepada persolan yang menyangkut tentang kebenaran, melalui beragam proses penghayatan sejarah tentang alam metafisik ataupun materialistik dan sains sebagaimana teori - teori para tokoh atau filosof, hingga aktualisasi  kebenaran menurut paham – paham (isme-isme) yang muncul pada saat ini dan yang akan datang. Disini ditekankan bahwa setiap gerakan, perubahan – perubahan sosial pasti ada spirit atau pandangan filosofis yang mendasarinya. Lalu dimanakah kita berada ?

Ada dua pandangan besar didalam dunia filsafat yang dari dulu hingga saat ini bertikai dengan berbagai dialektika dan penemuan – penemuan yang gunanya sebagai bukti pembenaran dari teori – teori yang saling bertikai ini, dua pandangan tersebut adalah Faham tentang Materi atau Materialisme dan Keyakinan terhadap sesuatu setelah Alam atau Metafisika. Perlu diketahui disetiap kubu pemikiran ini juga melahirkan berbagai macam padangan – pandangan, isitilah – istilah, dan perubahan – perubahan oleh penemu - penemu teori sebagaimana berkembangnya Ilmu Pengetahuan sehingga kadang membuat bias dalam mengambil inti sari kebenaran yang sebenarnya. Munculnya banyak persepektif ini disisi lain juga memberikan kita pilihan yang menurut kita pantas untuk dijadikan sandaran dalam memahami kebenaran. Ali bin Abi Thalib mengatakan "Apabila engkau mengetahui kebenaran, maka engkau akan tahu dimana harus berpihak".

Masyarakat dunia saat ini mengedapankan sains sebagai kekuatan untuk melakukan sebuah perubahan - perubahan besar sebagaimana yang kita rasakan saat ini dimana tiap - tiap dari kita sangat mempunyai ketergantungan pada benda - benda hasil sains tersebut seperti Internet, Smart Phone, komputer, kamera, mobil, motor, pesawat terbang, listrik, pabrik dan banyak lagi penemuan yang mempengaruhi kehidupan manusia yang dimana spirit ini dibawakan oleh kelompok materialis dengan beberapa tokoh diantaranya adalah Marx yang mengatakan : "Masalah mengetahui apakah  pemikiran manusia bisa menangkap realitas obyektif bukanlah masalah teoritis, melainkan masalah praktis. ini karena seorang manusia harus membangun bukti bagi realitas pikirannya atas dasar wilayah praktis". Dimana dari ungkapan ini marxsisme mencoba untuk membuat frame berfikir bahwa realitas obyektif atau kebenaran haruslah dengan pengalaman indrawi dan menyelesaikannya dengan metode - metode saintifik.

Tokoh lain bernama Roger Garaudy juga mempunyai irama yang sama dengan pandangan marx yang dia mengatakan bahwa "Bumi telah ada bahkan sebelum makhluk sensitif apapun yaitu sebelum makhluk hidup apapun. tidak ada materi organik bisa ada diatas planet ini pada tahap yang sangat awal dari keberadaan planet ini. Maka, materi anorganik mengawali kehidupan yang harus tumbuh dan berkembang selama ribuan tahun sebelum kehadiran manusia disertai pengetahuannya. sains membimbing kita untuk mengetahui dengan pasti bahwa dunia ini ada dalam keadaan dimana tak ada bentuk kehidupan atau penginderaan yang mungkin".

Dari padangan dua tokoh tersebut secara jelas mereka menghilangkan pandangan metafisik sebagai sandaran kebenaran dengan argumen yang menurut mereka ilmiah dan hingga saat ini spirit tersebut terus mengalami pengembangan - pengembangan penelitian sehingga mayoritas frame berfikir masyarakat dunia menggap bahwa untuk menguasai dunia ini harus menguasai materi yang bersandar pada sains, sehingga Negara - negara digdaya melakukan donasi besar - besaran untuk memberdayakan para saintis yang dimana hasil riset mereka digunakan untuk menjadi nilai tawar kekuatan ekonomi dan politik di hadapan dunia.

Bertolak belakang dengan mayoritas kelompok - kelompok metafisik yang meyakini akan datangnya hari akhir dan eksistensi Tuhan, dimana pada saat ini mereka masih menutup diri dengan dunia saintis dan belum mampu berkiprah dalam ruang atau metodelogi ilmiah sehingga kebenaran yang ditawarkan dianggap hanya sebatas dogmatis atau pemahaman yang kaku terhadap kitab - kitab suci yang ada. Hal dan metode ini bisa dianggap sebagai kebenaran yang tidak tervalidasi dan dijelaskan dengan argumentasi yang rasional. Padahal logikanya pesan - pesan Tuhan pasti bisa diterima oleh akal sehat dan dijelaskan secara kompeherensif dengan bukti - bukti yang bisa diterima oleh semua kalangan.

Namun sayangnya kini ghirah ini banyak didominasi oleh materialisme dengan selalu memacu kehidupan manusia dengan inovasi akan kebutuhan, kelengkapan dan gaya hidup mewah serta cara hidup yang praktis dengan teknologi yang berkembang. Disuatu sisi kita melihat kaum metafisik/Agamawan sering dipandang sebagai kelompok anti terhadap perkembang tersebut dan lebih menyibukkan diri pada urusan ritualistik semata.

Kegamangan akan pilihan menentukan jalan kebenaran terganjal oleh pandangan - pandangan yang saling bertikai sehingga menjadikan tujuan hidup menjadi tak terarah dari fitrah kemanusiaan. Walaupun demikian jangan jadikan ke absurd-an dari teori - teori tersebut menjadikan kita berlepas diri dan tak mau lagi belajar serta menganalisa fenomena - fenomena yang ada bahwa dibalik semua persoalan pasti ada inti sari kebenaran yang hakiki hal itu tersinergi antara Kitab Suci dan Akal Sehat, karena bahasa Tuhan pasti akan dengan mudah dicerna oleh ciptaanya yang paling mulia yaitu manusia yang menggunakan akal sehatnya dan akal sehatlah yang bisa memberikan bukti - bukti ilmiah kepada segenap manusia.

Belajar Filsafat tidak bisa dilakukan hanya dengan membaca tulisan ini, karena filsafat membutuhkan referensi yang banyak, waktu yang luang, daya analisa yang mendalam dan paling penting adalah dengan membangun komunitas yang terkonsentrasi untuk belajar, membaca, menulis dan diskusi agar lekatan pengetahuan/teori bisa diingat dengan jelas, tentunya dengan metode seperti ini akan menambah motivasi untuk terus belajar serta mencari teori - teori baru.

Understanding your self and Stay enjoy in your faith...

No comments:

Post a Comment