Wednesday, October 12, 2016

Arah Pembangunan Kutai Kartanegara


Masa yang silam Kutai Kartanegara yang menyandang kerajaan tertua dan kabupaten terkaya terkenal dengan kemakmuran rakyatnya yang bermata pencaharian sebagai petani, seiring berkembangnya zaman saat industri dan teknologi mulan merangkak naik di kutai kartanegara ada peralihan mata pencaharian terutama di sektor perkayuan dengan kayu andalan kutai yaitu kayu ulin, di iringi dengan tanaman industri lainnya. Semua berubah lebih pesat ketika perusaaan Tambang mulai beroperasi dan menjadi tumpuan ekonomi masyarakat sehingga freme yang terbangun jika tidak kerja ditambang maka tidak mendapatkan gaji yang mencukupi untuk pembiayaan kehidupan masyarakat diantaranya pendidikan (sekolah), kesehatan, kebutuhan primer dan lain – lain.

Transformasi ini telah terjadi dan tidak ada kuasa bagi kita untuk merubah sejarah dan kembali ke masa lalu, namun berfikir dan menuangkan ide sangat dibutuhkan dengan kondisi seperti ini. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa akhir – akhir ini telah terjadi kemunduran produksi dengan meningginya harga batu bara dan minyak (energi) di kutai kartanegara sehingga berpengaruh kepada proses pemutihan (PHK) dengan jumlah yang fantastis yaitu + 1.500 Karyawan, turunnya Dana Bagi Hasil (DBH) antara pusat dan Daerah dengan itu turun pula lah APBD Kutai Kartanegara yang dulunya sempat mencapai angka 9 T dan kini pada tahun 2016 di APBD-Perubahan diprediksi hanya sebesar 4 T. Terjun tiruk nya APBD membuat pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara mulai berfikir keras dengan cara rasionalisasi anggaran dan struktural organisasi kepemerintahan, bahkan opini yang beredar dengan penghapusan TPP bagi PNS.

Dibalik perkara itu semua bagaimana dengan keberlanjutan daerah ini di masa yang akan datang..?
Menganalisa pandangan untuk yang akan datang adalah sesuatu yang lumrah dan sah – sah saja, hadirnya pertanyaan yang mengarah kepada sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang bukan berarti kita menjadi peramal atau dukun. Bahwa para pendahulu telah membuktikan karya – karya ratusan tahun yang lalu dan sampai sekarang kita bisa menikmati dan melihatnya seperti candi – candi di Indonesia, Tembok cinda, Piramida di Mesir dan masih banyak warisan – warisal infrastruktur lainnya.

Langkah pertama yang menjadi landasan kita dalam menganalisa hal tersebut adalah dengan melihat kenyataan yang sebenar – benaranya terjadi di daerah yang kita cintai ini.
1.      Kondisi infrastruktur
2.      Kondisi Perekonomian dan Pasar
3.      Kondisi Pendidikan
4.      Kondisi Pariwisata
5.      Kondisi Pertanian
6.      Kondisi Hukum dan Keadilan
7.      Dll
Dari beberapa point diatas secara umum jika kita mempertanyakan pada khalayak ramai dalam hal ini masyarakat Kutai Kartanegara maka saya yakin bahwa banyak pembangunan – pembangunan yang kurang bahkan tidak memuaskan dalam anggapan mereka.
Hal ini akan selalu menjadi pertentangan – pertentangan yang sering disebut dengan proses dialektika antara pandangan versi pemerintah dan apa yang disarakan masyarakat dalam versi mereka. Oleh karenanya ada satu hal yang menjadi tolak ukur yang selalu dan harus menjadi pegangan antara keduanya yaitu adalah standard Ilmiah.  Standard ilmiah yang dimaksud adalah independensi riset atau penelitian yang tidak bergantung pada salah satu kepentingan.

Sesungguhnya ketersusunan atau sistematika dalam pelaksanaan pembangunan tentunya tidaklah harus menggunakan perasaan ataupun kehendak sesaat yang membuat kacau dan tumpang tindih serta turunnya kualitas pembangunan kearah yang sia –sia (mubadzir).

Puji Tuhan, Dengan defisitnya anggaran kali ini mempunyai dampak positif bagi kita semua terutama kepada pemerintah yaitu adalah berfikir. Dimana nikmat berfikirlah yang mampu membedakan antara manusia dan binatang, nikmat berfikir inilah yang mampu merubah keadaan yang bisa menjadi bermakna, dengan nikmat berfikir menjadikan defisit anggaran bagi Kabupaten yang masyarakatnya cukup dominan bekerja sebagai PNS mulai beralih dan melahirkan pengusaha – pengusaha baru untuk meramaikan pembangunan ekonomi menengah – kebawah dan bisa jadi mengembangkan perekonomian yang lebih besar.

Maka dimomentum defisit ini baik itu akademisi, petani, nelayan, mahasiswa, pedagang, pengusaha dan seluruh masyarakat Kutai Kartanegara agar bergotong royong dalam rangka bangkit dari posisi status quo (berjalan ditempat) menuju posisi kejayaan sesuai dengan profesi dan keahliannya masing – Masing tanpa berharap  dari Anggaran pemerintah. Perlahan mari kita kemblikan freme berfikir para leluhur kita untuk mandiri dan berkonstribusi bagi bangsa khususnya daerah yang kita cintai ini.

Ayo maju... maju...
Ayo maju.... maju...
Ayo maju... maju...

No comments:

Post a Comment