Masa
yang silam Kutai Kartanegara yang menyandang kerajaan tertua dan kabupaten
terkaya terkenal dengan kemakmuran rakyatnya yang bermata pencaharian sebagai
petani, seiring berkembangnya zaman saat industri dan teknologi mulan merangkak
naik di kutai kartanegara ada peralihan mata pencaharian terutama di sektor
perkayuan dengan kayu andalan kutai yaitu kayu ulin, di iringi dengan tanaman
industri lainnya. Semua berubah lebih pesat ketika perusaaan Tambang mulai
beroperasi dan menjadi tumpuan ekonomi masyarakat sehingga freme yang terbangun
jika tidak kerja ditambang maka tidak mendapatkan gaji yang mencukupi untuk
pembiayaan kehidupan masyarakat diantaranya pendidikan (sekolah), kesehatan,
kebutuhan primer dan lain – lain.
Transformasi
ini telah terjadi dan tidak ada kuasa bagi kita untuk merubah sejarah dan
kembali ke masa lalu, namun berfikir dan menuangkan ide sangat dibutuhkan
dengan kondisi seperti ini. Sebagaimana
telah kita ketahui bersama bahwa akhir – akhir ini telah terjadi kemunduran
produksi dengan meningginya harga batu bara dan minyak (energi) di kutai
kartanegara sehingga berpengaruh kepada proses pemutihan (PHK) dengan jumlah
yang fantastis yaitu + 1.500 Karyawan, turunnya Dana Bagi Hasil (DBH) antara
pusat dan Daerah dengan itu turun pula lah APBD Kutai Kartanegara yang dulunya
sempat mencapai angka 9 T dan kini pada tahun 2016 di APBD-Perubahan diprediksi
hanya sebesar 4 T. Terjun tiruk nya
APBD membuat pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara mulai berfikir keras dengan
cara rasionalisasi anggaran dan struktural organisasi kepemerintahan, bahkan
opini yang beredar dengan penghapusan TPP bagi PNS.
Dibalik
perkara itu semua bagaimana dengan keberlanjutan daerah ini di masa yang akan
datang..?
Menganalisa
pandangan untuk yang akan datang adalah sesuatu yang lumrah dan sah – sah saja,
hadirnya pertanyaan yang mengarah kepada sesuatu yang akan terjadi di masa
mendatang bukan berarti kita menjadi peramal atau dukun. Bahwa para pendahulu
telah membuktikan karya – karya ratusan tahun yang lalu dan sampai sekarang
kita bisa menikmati dan melihatnya seperti candi – candi di Indonesia, Tembok
cinda, Piramida di Mesir dan masih banyak warisan – warisal infrastruktur
lainnya.
Langkah
pertama yang menjadi landasan kita dalam menganalisa hal tersebut adalah dengan
melihat kenyataan yang sebenar – benaranya terjadi di daerah yang kita cintai
ini.
1. Kondisi infrastruktur
2. Kondisi Perekonomian dan Pasar
3. Kondisi Pendidikan
4. Kondisi Pariwisata
5. Kondisi Pertanian
6. Kondisi Hukum dan Keadilan
7. Dll
Dari
beberapa point diatas secara umum jika kita mempertanyakan pada khalayak ramai
dalam hal ini masyarakat Kutai Kartanegara maka saya yakin bahwa banyak
pembangunan – pembangunan yang kurang bahkan tidak memuaskan dalam anggapan
mereka.
Hal
ini akan selalu menjadi pertentangan – pertentangan yang sering disebut dengan
proses dialektika antara pandangan versi pemerintah dan apa yang disarakan
masyarakat dalam versi mereka. Oleh karenanya ada satu hal yang menjadi tolak
ukur yang selalu dan harus menjadi pegangan antara keduanya yaitu adalah
standard Ilmiah. Standard ilmiah yang
dimaksud adalah independensi riset atau penelitian yang tidak bergantung pada
salah satu kepentingan.
Sesungguhnya
ketersusunan atau sistematika dalam pelaksanaan pembangunan tentunya tidaklah
harus menggunakan perasaan ataupun kehendak sesaat yang membuat kacau dan
tumpang tindih serta turunnya kualitas pembangunan kearah yang sia –sia
(mubadzir).
Puji
Tuhan, Dengan defisitnya anggaran kali ini mempunyai dampak positif bagi kita semua
terutama kepada pemerintah yaitu adalah berfikir. Dimana nikmat berfikirlah
yang mampu membedakan antara manusia dan binatang, nikmat berfikir inilah yang
mampu merubah keadaan yang bisa menjadi bermakna, dengan nikmat berfikir
menjadikan defisit anggaran bagi Kabupaten yang masyarakatnya cukup dominan
bekerja sebagai PNS mulai beralih dan melahirkan pengusaha – pengusaha baru
untuk meramaikan pembangunan ekonomi menengah – kebawah dan bisa jadi
mengembangkan perekonomian yang lebih besar.
Maka
dimomentum defisit ini baik itu akademisi, petani, nelayan, mahasiswa,
pedagang, pengusaha dan seluruh masyarakat Kutai Kartanegara agar bergotong
royong dalam rangka bangkit dari posisi status quo (berjalan ditempat) menuju
posisi kejayaan sesuai dengan profesi dan keahliannya masing – Masing tanpa berharap
dari Anggaran pemerintah. Perlahan mari
kita kemblikan freme berfikir para leluhur kita untuk mandiri dan
berkonstribusi bagi bangsa khususnya daerah yang kita cintai ini.
Ayo
maju... maju...
Ayo
maju.... maju...
Ayo
maju... maju...
No comments:
Post a Comment