Sunday, October 16, 2016

Surat Cinta Buat Aparat Keamanan

Salam Hormat...

Sebelum memulai menuliskan buah fikir dan perasaan ini saya terlebih dahulu menyampaikan penghormatan yang sedalam – dalamnya kepada para kesatria pelindung rakyat dan penegak kesaktian Pancasila yaitu Aparat Keamanan baik itu Kepolisian Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, Satuan Polisi Pamong Praja dan segenap pejuang dalam istilah lainnya yang dimana pada saat ini masih  survive menjaga stabilitas kehidupan Barbangsa dan Bernegara.

Dalam beberapa tahun belakangan ini Negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia mengalami berbagai macam “serangan” yang mungkin disebagian besar masyarakat kita masih awam memandangnya. Di Era Kemerdekaan para leluhur kita terbiasa dengan serangan fisik yang dilakukan oleh para kolonial untuk mengambil Sumber Daya Alam kita berupa rempah – rempah, di orde baru serangan tersebut mulai berevolusi dengan ketergantungan Bangsa kita terhadap suasembada pangan dengan konsep revolusi hijau yang pada ending nya menyusahkan kita untuk mengontrol pengadaan pupuk sehingga harus impor dengan perusahaan kapital dunia, belum lagi tentang mudahnya perizinan tambang emas di Papua, minyak di sumatra, di kalimantan dan daerah lain. Selain itu pada massa orde baru pun tidak terlepas dari konflik sesama anak bangsa “civil war” antara masyarakat dengan masyarakat dan masyarakat dengan aparat keamanan yang tidak sedikit jiwa yang menjadi korban.

Bapak dan ibu yang terhormat, sekarang zaman telah berubah, reformasi sudah meledak di tahun 1998 akibat krisis dan arogansi kepemerintahan serta telah meninggalkan catatan hitam akan hilangnya para aktivis dan tumpahnya darah secara masal di bumi Indonesia ini.

Dari berbagai perubahan zaman  ke zaman yang telah dipaparkn diatas lagi – lagi ada sebuah kebimbngan atau kedelematisan bagi aparat keamanan. Di satu sisi mereka menjaga ketertiban atas perintah pimpinan, di sisi lain mereka juga bagian yang tidak bisa terpisahkan dari masyarakat.

Bapak dan ibu.....
Serangan – serangan (Invasi)  yang bisa kita terjemahkan di abad ke 21 ini sebenarnya sama dengan abad – abad sebelumnya, yaitu ke Arogansikan (pujungan) Negara – negara materialis yang rakus akan kekuasaan dengan menciptakan berbagai dinemika baru untuk mengisap negara – negara lainnya dengan modus yang berbeda. Baik, serangan kekinian yang tanpa kita sadari adalah sebagai berikut :

1. Culture War (Serangan Budaya)

James Petras, seorang dosen dan sosiolog dan kritikus pemerintah AS, yang tinggal di New York, mendefinisikan imperialisme kebudayaan sebagai berikut, "Imperialisme kebudayaan berarti campur tangan secara terprogram dan kekuasaan kebudayaan pihak penguasa Barat atas rakyat, dengan tujuan menyusun kembali nilai-nilai, perilaku, lembaga-lembaga dan identitas rakyat yang telah dieksploitasi, dalam rangka menyelaraskannya dengan interes para imperialis.

Budaya dalam hal ini budaya Indonesia bukan hanya tertumpu pada nilai kesenian yang ada berupa tari, teater, musik dan seni rupa saja melainkan adab, tata krama atau etika dalam kehidupan sehari – hari masyarakatnya. Ketahanan budaya sadar atau tidak disadari sangat rentan lumpuh dengan kerasnya arus globalisasi yang ditawarkan oleh Imprealis yaitu Amerika dan Isreael (zionis) .

Ujung tombak serangan di era globalisasi ini adalah hadirnya revolusi industri dan teknologi dengan penguatan media masa sebagai marketnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini sangat dibutuhkan masyarakat dunia karena tujuan diciptakannya teknologi adalah sebagai alat mempermudah manusia dalam melaksanakan aktifitasnya. Saya yakin dan percaya para penemu sosmed, camera, Hp, tv dan lain – lain mempunyai niat yang mulia bagi kehidupan manusia. Namun yang disayangkan adalah ketika buah karya yang revolusioner ini jatuh ketangan orang – orang jahat.

Bapak ibu yang saya cintai, kita kembali kekonteks bagaimana media menjadi ujung tombak dari timbulnya serangan budaya ini adalah dengan banyaknya tayangan – tayangan yang menjejalkan tentang buruknya cara berpakaian dengan mengatas namakan seni (keindahan), sinetron atau drama yang tidak mendidik, guyonan yang berlebihan, film – film barat yang banyak menayangkan kebebasan sebebas bebasnya, bahkan promosi hubungan antar sesama jenis, dimana tanpa kita perhatikan anak – anak muda kita sangat gemar mengkonsumsi aktifitas ini.

Ini semua tidak mungkin berjalan jika tanpa ada sponsor, hal ini tidak akan berjalan dengan sendirinya pasti ada by design dibaliknya. Kita bisa lihat dengan industri informasi dan telekomunikasi bagaimana mereka membentuk pola berfikir masyarakat agar menyetujui pola fikir mereka dengan penggiringan alam dibawah sadar kita melalui tayangan – tayangan tersebut diatas.

Alasan saya memaparkan tematik mengenai culture war ini adalah agar – bapak ibu yang terhormat bisa mengambil langkah pencegahan sebelum terjadinya hal – hal yang bersifat fatal yang menimbulkan gejolak di masyarakat kita dengan hilangnya rasa nasionalisme atau hilangnya identitas anak bangsa sehingga timbulnya budaya hedonis dan ketika makhluk hedonis yang menjadi pemimpin bangsa maka yakin dan percayalah mereka akan mengambil keputusan/langkah yang pragmatis yang mengakibatkan mayoritasnya koruptor di Negeri ini.

2. Narkoba dan Korupsi

Bapak dan Ibu penjaga keselamatan Generasi Bangsa, jika saat ini masih ada aparat keamanan yang masih menikmati uang haram dari Narkoba dan Korupsi maka percayalah bangsa ini tidak akan pernah maju. Karena bagaimana mungkin kita membersihkan diri dengan air lumpur ? artinya pemberantasan Narkoba dan Korupsi haruslah dimulai dari pihak pemberantas itu sendiri, Namun sayangnya sistem kepangkatan dan nepotisme kemapiaan sudah mengakar ditubuh institusi ini. Satu – satunya cara bagi institusi keamanan adalah “tega” untuk memotong kangker yang menjadi parasit ini dan bagi aparat keamanan yang saat ini terlibat dalam kejahatan ini seyogyanya sadar serta berani untuk bertanggungjawab dengan menyerahkan diri, jadilah kesatria..!!!

3. Radikalisme

Bapak dan Ibu penjaga kedamaian Bangsa kami sangat mengetahui tugas anda sangatlah berat....
Seperti yang anda ketahui bahwa ada sebuah by design yang dibuat oleh kelompok Imprealis dalam hal ini Zionist untuk menyerang kerukunan Bangsa kita dengan membuat sebuah faham yang ditransfer dari timur tengah  yaitu faham radikal (Radikalisme). Faham radikal ini mempunyai ciri khas mengkafirkan kelompok  yang tidak sepemahaman dengan mereka.

Gerakan – gerakan ini sama dengan tayangan ditimur tengah dengan membawa isu Sara yang nantinya akan berlanjut pada cheos (kacau) nya sebuah Negara. Dalam kondisi tertentu Umat kita walaupun mayoritas BerAgama namun mayoritas minim pemahaman Agamanya, karena kurangnya literatur inilah kadang mudah untuk dipropokasi dengan mengataskan kesucian agama sehingga ketika seseorang emosional maka apapun yang dilakukannya akan membabi buta.

Bapak ibu yang termulia.....

Lihatlah sekarang isue – isue tentang pimpinan daerah non muslim yang dulunya adem ayem saja namun sekarang jadi problem yang sangat tajam. Isue – isue kemazhaban yang diangkat dari suriah antara kelompok sunni dan syiah (yang sebenarnya tidak ada persoalan) padahal murni kepentingan pipanisasi minyak. Persoalan kenyamanan beribadah yang semula baik – baik saja namun sekarang heboh dengan hadirnya kelompok “suci” pembela Agama Tuhan yang akan membubarkan kegiatan beribadah kelompok lain. Padahal, Tuhan tidak perlu dibela oleh mereka, bahkan atanpa adanya merekapun Agama Tuhan akan baik – baik saja. Coba lihatlah kegaduhan yang mereka buat atas nama perdamaian sama kan seperti kelakuan zionis yang menajajah palestina dengan mengatasnamakan perdamaian???

Mohon maaf yang sebesar – besarnya kepada bapak dan ibu aparatur keamanan. Beberapa tahun belakangan ini dalam pengamatan saya diinternal keamanan ada prilaku untuk membesar – besarkan persoalan yang sesungguhnya itu kecil demi pencitraan institusi dan tuntutan kegiatan yang memakan anggaran yang tinggi.

Sekali lagi saya sampaikan bahwa jangan salahkan oknum yang telah menjadi mayoritas dan mengakar di institusi pengan menjadi alasan untuk ber apology atau dijadikan kambing hitam melainkan dengan berani memotong budaya politisasi kasus dan cara berfikir untuk memulihkan nama baik. Yakin dan percaya jika saudara hadir ditengah masyarakat dengan sebenar – benarnya hadir maka institusi anda akan baik dengan sendirinya tanpa harus ada racikan – racikan media yang justru terlihat lebay.

Pekerjaan menjadi aparat keamanan yang berat dan membutuhkan mentalitas atau kesabaran yang tinggi disisi lain sebagai bawahan harus menerima perintah dengan saklek, tidak perlu tau perintah itu benar atau salah, sebagai pimpinan pula kadang memikirkan tambahan lebih untuk menambah biaya hidup anggota – anggotanya sehingga menghalalkan segala cara untuk solidaritas ini. Apapun itu bapak – bapak dan ibu – ibu sekalian itulah pekerjaan, pekerjaan ini akan menjadi baik jika dilakukan dengan cara yangterhormat dan penuh kesadaran, sebaliknya akan merugikan jika tertipu dengan hal yang sementara untuk memenuhi kebutuhan hedonis saja atau dengan sendirinya dinilai sebagai orang yang hina.

Andai pekerjaan ini memang berat untuk dikerjakan maka lebih baik menanggalkan seragam kbesaran bangsa ini dan jadilah masyarakat biasa.

Orang – orang bijak mengatakan “tiada cinta sejati tanpa nasihat”.

Inilah kalimat penutup surat ini, semoga bermanfaat.......


Salam hormat ....

No comments:

Post a Comment