Sektor
pertanian adalah tempat yang sangat cocok bagi daerah kita yang terletak di
iklim tropis sehingga jika kita mengaca dari sejarah maka semboyan Negara ini
bukan saja ayah saya seorang pelaut (nelayan) melainkan ayah saya seorang
petani, artinya bahwa tanah agraris ini adalah sebuah potensi mendasar untuk
menghidupi spesies yang bermukim diatasnya.
Jika kita
amati lebih dalam lagi tentang dunia pertanian di Indonesia maka kita pasti
memahami alasan bangsa kita pernah di jajah, tiada lain dan tiada bukan adalah
urusan ekonomi primer manusia, anda bisa membayangkan Negara kita dulunya
sebagai salah satu Pemasok terbesar bahan makanan atau rempah – rempah terbesar
didunia. Hal ini membuktikan bahwa Bangsa agraris ini bisa mandiri bahkan
menghidupi negara – negara lainnya. Sayangnya dahulu hal itu dikelola oleh Voc
dan kita hanya menjadi pekerja saja tanpa ada kedaulatan untuk menikmati hasil
yng telah dikerjakan.
Kita perlu
mengecam tindakan kolonial yang telah berlaku jahat pada Bangsa ini, lembaran –
lembaran sejarah keterjajahan ini adalah aib yang harus kita tanggung dari
generasi – kegenarasi. namun hanya bermodalkan membenci tentu tidak
menyelesaikan masalah. Hari ini kita harus mengambil hikmah dan langkah
instropeksi sehingga kejadian masa lampau tidak selalu berulang – ulang. Bolah
waktu itu belanda, portugis, inggris dan jepang
yang menjajah kita, bisa jadi kedepan Negara – negara adidaya yang lain
akan menjajah kita secara fisik dan mental.
Zaman telah
berubah, kita sudah mempunyai kebebasan untuk belajar dan memperbaiki negeri
yang kaya ini. perubahan – perubahan telah bergerak dengan cepat, birokrasi
mempunyai alur – alur yang modern, daerah – daerah sudah mulai terorganisir
dengan kebijakan otonomi daerah, dan pola fikir masyarakatpun terus berkembang.
Persoalan – persoalanpun tak kalah banyak perubahannya menjadi sangat
berpariatif, maka dengan hadirnya semua itu makan kondisi seperti ini yang
selayaknya kita kaji dan kita carikan solusinya, namun tidak melupakan esensi persoalan
yaitu pengelolaan manusia untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Banyak sisi
yang harus kita pandang dalam melakukan pembahasan tentang pembangunan ekonomi
terutama dalam pemetaan wilayah pembangunan ekonomi tersebut, dimana yang saat
ini dicanangkan pemerintah melalui wilayah pedesaan karena alasan yang jelas
bahwa desa adalah sumber terbesar dalam produksi pertanian. Dalam hal ini pula
selayaknya gerakan pemerintah baik pusat maupun daerah haruslah berjalan
serentak sehingga realisasi pembangunan ekonomi bisa dirasakan langsung oleh
masyarakat.
Pemerintah
Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) telah berkomitmen untuk menjalankan sebuah program dengan
istilah “Revolusi Jagung” mungkin yang
dimaksud adalah Kutai Kartanegara sebagai pusat penghasil jagung yang mampu
mengisi kebutuhan Nasional bahkan internasional. Namun sebelum program ini
berjalan ada beberapa hal yang harus kita perhatikan diantaranya :
1.
Traumatis
Petani
Dengan lahan
luas dan masih perawan yang belum terkelola sudah seharusnya kita melakukan
sebuah pembangunan ekonomi pertanian yang bersifat kapital agar bisa dijadikan
pondasi ekonomi atau Pendapatan Asli Daerah. Namun sayangnya kita telah
melewati masa yang sulit ketika petani diberikan harapan yang hingga saat ini
belum terealisasi yaitu program singkong gajah. Geliat program singkong gajah
pada waktu itu sangat menggetarkan hati para petani dengan semangat 45 mereka
mencangkul dan menanam tanaman umbi tersebut, mereka menggelontorkan dana untuk
modal, mencetak kebun, ada yang meminjam tanah, meluangkan waktu, memeras
keringat dan lain sebagainya hingga pada akhirnya mereka kandas karena tidak
ada yang membeli singkong tersebut. Padahal, program ini telah disiarkan dengan
berbagai kajian – kajian akademik di berbagai ruang pelatihan dan seminar –
seminar.
Yang
ditekankan pada kejadian ini ialah bagaimana seandainya para Pejabat
Pemerintahan merasakan berada diposisi petani tersebut ?
Tidak efektif
bagi kita untuk saling menyalahkan namun pasti ada hikmah dibalik sebuah usaha
yang gagal, yaitu upaya untuk membenahi di program berikutnya, yang dimana
selanjutnya bagaimana cara pemerintah dalam mengajak petani untuk menanam lagi
dengan skala massal tentang program revolusi jagung.
2.
Pembuatan
dan Pelaksana Sistem
Pembuatan
sistem pengelolaan dan pelaksanaan sistem haruslah seimbang, apabila sistem
baik tanpa didukung tim pengelola yang baik maka pasti akan terjadi ketimpangan
begitu pula sebaliknya. Contoh yang nyata di kabupaten ini adalah perusahaan
daerah yang telah di biayai dengan anggaran pemerintah hingga saat ini belum
bisa menghasilkan pendapatan yang nyata bagi daerah dan masyarakat kita.
Jangankan meraup keuntungan untuk mengembalikan modal saya tidak bisa bahkan
karyawannya belum mendapaatkan upah.
Pembuatan
sistem dalam pengelolaan pertanian yang massif tentunya melibatkan berbagai
pihak, hal yang dalam pandangan saya harus diperhatikan ialah memahami
sosio-kultural masyarakat. Salah satu pihak yang berkompeten menjalankan program pertanian ini
adalah pengusaha lokal yang sudah berpengalaman dengan sistem yang tidak
memberikan beban yang berat bagi petani dalam melakukan produksi jagung
unggulan yang akan direvolusikan,
artinya tugas petani hanya kerja, kerja dan kerja.
Pengusaha
lokal yang ditunjuk untuk mengembangkan program ini haruslah bisa
mengelola program ini secara
profesional, misalkan saat ini perusahaan tambang bisa menggajih karyawannya
diatas UMR, mengapa tidak untuk petani ?, Misalkan PT Freeport sudah mulai menjual konsentrat ke India, mengapa jagung
tidak bisa dipasarkan ?. wal hasil sudah menjadi tugas dan kewajiban bagi
pengelola untuk melakukan perhitungan – perhitungan yang tepat agar program ini
bisa berjalan dengan baik dan menghasilkan untung yang berlimpah ruah, yang
dimana pihak pengusaha yang ditunjuk mendapatkan untung dan petani menjadi
makmur.
Pemerintah
dalam pandangan saya terutama SKPD yang mempunyai hubungan dengan hal ini tidak
perlu membantu pada wilayah teknis produksi secara langsung melainkan
memberikan kebijakan – kebijakan yang terus mendorong agar program ini tidak
terhambat, misal Dinas Pertanahan memback up administrasi lahan garapan, Dinas
Penanaman modal mencarikan Investor dan produk hilirnya, Dinas pertanian atau
perkebunan, menyediakan tenaga penyuluh dan pelatihan bagi petani, Dinas
Perindustrian membuatkan pabrik, Dinas PU menyiapkan infrastruktur jalan yang sebagaimana kita ketahui jika semua jalan terhubung bisa lebih cepat dan murah dalam transportasi produksi dan banyak hal – hal lain yang secara rinci
bisa dilakukan pemerintah.
Hal yang
harus di antisipasi dalam pelaksanaan
program ini adalah budaya menjelimet dalam proses perizinan dan urusan –
urusan yang lain yang dimana Petinggi Pemerintah baik itu Bupati atau Wakil
Bupati harus pasang badan untuk urusan ini.
3.
Produk
Hilir
Seperti di
ungkapkan sebelumnya bahwa petani kita bisa saja menghasilkan produksi yang
berlimpah ruah namun kadang terhambat diwilayah penjualannya. Dalam pembahasan
ini yang paling bertanggung jawab untuk
mencarikan produk hilirnya adalah pengelola, artinya jika jagung yang akan
diproduksi belum ada kejelasan pasar maka disarankan agar tidak memulai proyek
ini. Jangan beranggapan bahwa proyek ini sama dengan proyek pembangunan
infrastruktur dan pengadaan lainnya yang diselenggarangan Dinas Pekerjaan Umum
misalnya, proyek ini adalah proyek yang berkesinambungan yang menjadi harapan
daerah dan menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan. Seandainya Pendapatan
Asli Daerah (PAD) menurun namun rakyat kita masih bisa makan, kerja, membiayai
pendidikan anak – anaknya dan melakukan aktifitas – aktifitas lainnya.
Perlu adanya
riset yang lebih dalam dan pembahasan yang terperinci dari program revolusi
jagung ini, hanya saja untuk memulainya haruslah dilakukan oleh orang – orang yang
revolusioner dan menjauhkan diri pada pola fikir pragmatis yang cendrung pada
keindahan sesaat. Kita harus bangga menjadi petani karena memang kita terletak
di bumi agraris, kita harus bangga menjadi anak petani karena hal ini yang akan
mengantarkan kita kemakmuran bumi pertiwi.
Kelumpuhan
terbesar manusia adalah kehilangan harapan untuk berkembang maka nyatakanlah
harapan tersebut dalam sebuah realita, yaitu membangun untuk kepentingan
bersama.