Sunday, April 30, 2017

Revolusi Jagung di Kutai Kartanegara

Sektor pertanian adalah tempat yang sangat cocok bagi daerah kita yang terletak di iklim tropis sehingga jika kita mengaca dari sejarah maka semboyan Negara ini bukan saja ayah saya seorang pelaut (nelayan) melainkan ayah saya seorang petani, artinya bahwa tanah agraris ini adalah sebuah potensi mendasar untuk menghidupi spesies yang bermukim diatasnya.

Jika kita amati lebih dalam lagi tentang dunia pertanian di Indonesia maka kita pasti memahami alasan bangsa kita pernah di jajah, tiada lain dan tiada bukan adalah urusan ekonomi primer manusia, anda bisa membayangkan Negara kita dulunya sebagai salah satu Pemasok terbesar bahan makanan atau rempah – rempah terbesar didunia. Hal ini membuktikan bahwa Bangsa agraris ini bisa mandiri bahkan menghidupi negara – negara lainnya. Sayangnya dahulu hal itu dikelola oleh Voc dan kita hanya menjadi pekerja saja tanpa ada kedaulatan untuk menikmati hasil yng telah dikerjakan.

Kita perlu mengecam tindakan kolonial yang telah berlaku jahat pada Bangsa ini, lembaran – lembaran sejarah keterjajahan ini adalah aib yang harus kita tanggung dari generasi – kegenarasi. namun hanya bermodalkan membenci tentu tidak menyelesaikan masalah. Hari ini kita harus mengambil hikmah dan langkah instropeksi sehingga kejadian masa lampau tidak selalu berulang – ulang. Bolah waktu itu belanda, portugis, inggris dan jepang  yang menjajah kita, bisa jadi kedepan Negara – negara adidaya yang lain akan menjajah kita secara fisik dan mental.

Zaman telah berubah, kita sudah mempunyai kebebasan untuk belajar dan memperbaiki negeri yang kaya ini. perubahan – perubahan telah bergerak dengan cepat, birokrasi mempunyai alur – alur yang modern, daerah – daerah sudah mulai terorganisir dengan kebijakan otonomi daerah, dan pola fikir masyarakatpun terus berkembang. Persoalan – persoalanpun tak kalah banyak perubahannya menjadi sangat berpariatif, maka dengan hadirnya semua itu makan kondisi seperti ini yang selayaknya kita kaji dan kita carikan solusinya, namun tidak melupakan esensi persoalan yaitu pengelolaan manusia untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Banyak sisi yang harus kita pandang dalam melakukan pembahasan tentang pembangunan ekonomi terutama dalam pemetaan wilayah pembangunan ekonomi tersebut, dimana yang saat ini dicanangkan pemerintah melalui wilayah pedesaan karena alasan yang jelas bahwa desa adalah sumber terbesar dalam produksi pertanian. Dalam hal ini pula selayaknya gerakan pemerintah baik pusat maupun daerah haruslah berjalan serentak sehingga realisasi pembangunan ekonomi bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.

Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) telah berkomitmen untuk menjalankan sebuah program dengan istilah  “Revolusi Jagung” mungkin yang dimaksud adalah Kutai Kartanegara sebagai pusat penghasil jagung yang mampu mengisi kebutuhan Nasional bahkan internasional. Namun sebelum program ini berjalan ada beberapa hal yang harus kita perhatikan diantaranya :

1.       Traumatis Petani
Dengan lahan luas dan masih perawan yang belum terkelola sudah seharusnya kita melakukan sebuah pembangunan ekonomi pertanian yang bersifat kapital agar bisa dijadikan pondasi ekonomi atau Pendapatan Asli Daerah. Namun sayangnya kita telah melewati masa yang sulit ketika petani diberikan harapan yang hingga saat ini belum terealisasi yaitu program singkong gajah. Geliat program singkong gajah pada waktu itu sangat menggetarkan hati para petani dengan semangat 45 mereka mencangkul dan menanam tanaman umbi tersebut, mereka menggelontorkan dana untuk modal, mencetak kebun, ada yang meminjam tanah, meluangkan waktu, memeras keringat dan lain sebagainya hingga pada akhirnya mereka kandas karena tidak ada yang membeli singkong tersebut. Padahal, program ini telah disiarkan dengan berbagai kajian – kajian akademik di berbagai ruang pelatihan dan seminar – seminar.

Yang ditekankan pada kejadian ini ialah bagaimana seandainya para Pejabat Pemerintahan merasakan berada diposisi petani tersebut ?

Tidak efektif bagi kita untuk saling menyalahkan namun pasti ada hikmah dibalik sebuah usaha yang gagal, yaitu upaya untuk membenahi di program berikutnya, yang dimana selanjutnya bagaimana cara pemerintah dalam mengajak petani untuk menanam lagi dengan skala massal tentang program revolusi jagung.

2.       Pembuatan dan Pelaksana Sistem
Pembuatan sistem pengelolaan dan pelaksanaan sistem haruslah seimbang, apabila sistem baik tanpa didukung tim pengelola yang baik maka pasti akan terjadi ketimpangan begitu pula sebaliknya. Contoh yang nyata di kabupaten ini adalah perusahaan daerah yang telah di biayai dengan anggaran pemerintah hingga saat ini belum bisa menghasilkan pendapatan yang nyata bagi daerah dan masyarakat kita. Jangankan meraup keuntungan untuk mengembalikan modal saya tidak bisa bahkan karyawannya belum mendapaatkan upah.

Pembuatan sistem dalam pengelolaan pertanian yang massif tentunya melibatkan berbagai pihak, hal yang dalam pandangan saya harus diperhatikan ialah memahami sosio-kultural masyarakat. Salah satu pihak yang  berkompeten menjalankan program pertanian ini adalah pengusaha lokal yang sudah berpengalaman dengan sistem yang tidak memberikan beban yang berat bagi petani dalam melakukan produksi jagung unggulan  yang akan direvolusikan, artinya tugas petani hanya kerja, kerja dan kerja.

Pengusaha lokal yang ditunjuk untuk mengembangkan program ini haruslah bisa mengelola  program ini secara profesional, misalkan saat ini perusahaan tambang bisa menggajih karyawannya diatas UMR, mengapa tidak untuk petani ?, Misalkan PT Freeport sudah mulai  menjual konsentrat ke India, mengapa jagung tidak bisa dipasarkan ?. wal hasil sudah menjadi tugas dan kewajiban bagi pengelola untuk melakukan perhitungan – perhitungan yang tepat agar program ini bisa berjalan dengan baik dan menghasilkan untung yang berlimpah ruah, yang dimana pihak pengusaha yang ditunjuk mendapatkan untung dan petani menjadi makmur.
Pemerintah dalam pandangan saya terutama SKPD yang mempunyai hubungan dengan hal ini tidak perlu membantu pada wilayah teknis produksi secara langsung melainkan memberikan kebijakan – kebijakan yang terus mendorong agar program ini tidak terhambat, misal Dinas Pertanahan memback up administrasi lahan garapan, Dinas Penanaman modal mencarikan Investor dan produk hilirnya, Dinas pertanian atau perkebunan, menyediakan tenaga penyuluh dan pelatihan bagi petani, Dinas Perindustrian membuatkan pabrik, Dinas PU menyiapkan infrastruktur jalan yang sebagaimana kita ketahui jika semua jalan terhubung bisa lebih cepat dan murah dalam transportasi produksi  dan banyak hal – hal lain yang secara rinci bisa dilakukan pemerintah.

Hal yang harus di  antisipasi dalam pelaksanaan program ini adalah budaya menjelimet dalam proses perizinan dan urusan – urusan yang lain yang dimana Petinggi Pemerintah baik itu Bupati atau Wakil Bupati harus pasang badan untuk urusan ini.

3.       Produk Hilir
Seperti di ungkapkan sebelumnya bahwa petani kita bisa saja menghasilkan produksi yang berlimpah ruah namun kadang terhambat diwilayah penjualannya. Dalam pembahasan ini yang  paling bertanggung jawab untuk mencarikan produk hilirnya adalah pengelola, artinya jika jagung yang akan diproduksi belum ada kejelasan pasar maka disarankan agar tidak memulai proyek ini. Jangan beranggapan bahwa proyek ini sama dengan proyek pembangunan infrastruktur dan pengadaan lainnya yang diselenggarangan Dinas Pekerjaan Umum misalnya, proyek ini adalah proyek yang berkesinambungan yang menjadi harapan daerah dan menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan. Seandainya Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurun namun rakyat kita masih bisa makan, kerja, membiayai pendidikan anak – anaknya dan melakukan aktifitas – aktifitas lainnya.


Perlu adanya riset yang lebih dalam dan pembahasan yang terperinci dari program revolusi jagung ini, hanya saja untuk memulainya haruslah dilakukan oleh orang – orang yang revolusioner dan menjauhkan diri pada pola fikir pragmatis yang cendrung pada keindahan sesaat. Kita harus bangga menjadi petani karena memang kita terletak di bumi agraris, kita harus bangga menjadi anak petani karena hal ini yang akan mengantarkan kita kemakmuran bumi pertiwi.

Kelumpuhan terbesar manusia adalah kehilangan harapan untuk berkembang maka nyatakanlah harapan tersebut dalam sebuah realita, yaitu membangun untuk kepentingan bersama.

No comments:

Post a Comment