Image by Visit My Borneo |
Dengan
dilaksanakannya Erau Adat Kutai dan Internasional Folkarts Festival di “Kota
Raja” Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara
Pada tanggal 22 sampai dengan 30 juli 2017 adalah sebuah isyarat
kesemarakan pesta adat yang tidak hanya digelorakan rakyat lokal melainkan ditunggu
oleh warga internasional, masyarakat menyambut dengan suka cita dan hati yang
gembira. Namun bagaimana kita memaknai pesta adat erau yang sebenarnya ?
Banyak versi
yang mendefenisikan tentang erau secara etimologi (bahasa) ada yang mengatakan
erau berasal dari kata eroh yaitu ramai/rame atau gaduh, sedangkan dalam
pandangan yang mulia H Aji Pangeran Ario Jaya Winata menuturkan Erau berasal
dari sebuah nama tanaman yaitu teberau (pohon yang hidup dirawa, sejenis
peredang) yang jika kering dan dibakar suaranya mengereketep (meledak –
meledak) atau dalam bahasa lainnya mburuh.
Sebagai
contoh dalam perbedaan antara eroh dan terbakarnya teberau adalah jika kata
eroh dilekatkan pada seseorang yang sedang memancing berarti dia eroh dengan
aktifitas sendirinya (eroh mancing) sedangkan dengan terbakarnya kayu teberau
berati ramai secara universal.
Sedangakan
menurut terminologi (istilah) menurut beliau berarti makmurnya masyarakat yang
berada diwilayah – wilayah Kutai Kartanegara dengan pendapatan hasil nelayan,
tani dan lain sebagainya yang meminta bepelas benua (besukur) kepada Raja (Sultan)
atas hasil tersebut. Sederhananya erau adalah sebuah langkah pendiasporaan
kemakmuran rakyat. Dimulai dari satu desa sampai yang terakhir di Desa sabintulung (betulung – tulung) lalu di
eraukan adatkan secara keseluruhan di pusat ibu kota kerajaan.
Perubahan
zaman telah membawa erau pada tampilan – tampilan modern dengan berbagai
keindahan budaya yang ditampilkan dalam pentas yang dinikmati rakyat, dimulai
dari budaya lokal hingga budaya – budaya luar karena banyaknya negara – negara
lain yang diundang dan perpartisipasi dalam pesta adat ini.
Perubahan
struktur kepemimpinan tidaklah mengubah essensi erau yang membawa spirit
kemajuan daerah baik dari zaman kerajaan perlahan berubah nama Raja menjadi
Sultan dan di era kemerdekaan Republik
Indonesia hingga ditetapkannya otonomi daerah Kutai sampai dengan kembalinya
Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang berjalan bergandengan
menjalankan pembangunan - pembanguna.
Sinergitas
antara Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kerajaan Kutai Kartanegara
Ing Martadipura dalam melaksanakan Pesta adat dan pesta Rakyat Kukar ini terus
terlaksana di tiap tahunnya dengan berbagai inovasi – inovasi yang terus
berkembang. Warisan leluhur ini terus mendunia dengan berbagai filosofi –
filosofinya.
Perubahan
zaman tidak bisa di hindarkan oleh suatu kaum manapun yang menghendaki lahirnya
generasi – generasi baru sebagai pelanjut estafet perjalanan suatu daerah, Di
tanah yang telah mendedikasikan dan meleburkan dirinya dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah isyarat akan heterogennya masyarakat kita, terkumpul
begitu banyak klan, suku, budaya yang berjalan harmonis di Bumi Kutai ini. Ini
adalah sebuah perbedaan massa antara dahulu kala dan kondisi saat ini. Klan
pendatang menghormati acara adat dan klan setempat membuka diri untuk menikmati
keindahan seni dan budaya, sungguh mengelokkan mata dan menyejukkan jiwa.
Belajar dari
sejarah bahwa erau sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kemakmuran rakyat dari pedalaman sampai dengan ibu kota yang diadatkan
sekaligus tempat bermusyawarah antara pemerintah dan rakyat yang berpadu dalam
perencanaan pembangunan kerajaan. Tentu dengan terselenggaranya erau tahun ini
penting bagi kita untuk mengevaluasi kondisi nyata yang terjadi di daerah kita,
jika sejarah menjadi kaca bagi kita maka pantas kah hari ini kita mengadakan
erau ?
Erau adalah
media yang menjadi warisan budaya dalam memberikan spirit demi terwujudnya
masyarakat makmur secara menyeluruh tanpa meninggalkan sekelumit wilayah
tertinggal sekalipun. Erau adalah jembatan yang terpampang panjang untuk
dilewati secara bersama – sama, erau bukan hanya acara ceremonial yang tanpa
misi melainkan ada upaya – upaya yang terdapat didalamnya perencanaan
pembangunan sosial dan ekonomi untuk masa yang akan datang, erau adalah sebuah
deklarasi untuk kemajuan.
Perbedaan waktu
dan kondisi saat ini dengan yang dulu mengharuskan kita memaknai sejarah, bahwa
segala sesuatu pasti ada maksudnya, berdirinya tiang ayu sampai dengan penyiraman air tuli pasti mempunyai filosofi,
pemahaman atau makrifat, yang dimana kita seyogyanya terus mengkaji dan
memahami secara integral agar generasi kita mempunyai alasan untuk mengenal dirinya
yang sebenarnya.
Mari melestarikan
budaya, karena budaya pasti mempunyai nilai seni, dan arti lain pada seni adalah
keindahan...
Mengenali diri,
asal – muasal dan kebiasaan – kebiasaan para leluhur berarti empati pada budaya
yang dengannya akan menjadikan hidup menjadi indah...
Selamat Erau
2017.....