Saturday, July 29, 2017

ERAU, Simbol Kemakmuran Rakyat

Image by Visit My Borneo
Dengan dilaksanakannya Erau Adat Kutai dan Internasional Folkarts Festival di “Kota Raja” Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara  Pada tanggal 22 sampai dengan 30 juli 2017 adalah sebuah isyarat kesemarakan pesta adat yang tidak hanya digelorakan rakyat lokal melainkan ditunggu oleh warga internasional, masyarakat menyambut dengan suka cita dan hati yang gembira. Namun bagaimana kita memaknai pesta adat erau yang sebenarnya ?

Banyak versi yang mendefenisikan tentang erau secara etimologi (bahasa) ada yang mengatakan erau berasal dari kata eroh yaitu ramai/rame atau gaduh, sedangkan dalam pandangan yang mulia H Aji Pangeran Ario Jaya Winata menuturkan Erau berasal dari sebuah nama tanaman yaitu teberau (pohon yang hidup dirawa, sejenis peredang) yang jika kering dan dibakar suaranya mengereketep (meledak – meledak) atau dalam bahasa lainnya mburuh.

Sebagai contoh dalam perbedaan antara eroh dan terbakarnya teberau adalah jika kata eroh dilekatkan pada seseorang yang sedang memancing berarti dia eroh dengan aktifitas sendirinya (eroh mancing) sedangkan dengan terbakarnya kayu teberau berati ramai secara universal.

Sedangakan menurut terminologi (istilah) menurut beliau berarti makmurnya masyarakat yang berada diwilayah – wilayah Kutai Kartanegara dengan pendapatan hasil nelayan, tani dan lain sebagainya yang meminta bepelas benua (besukur) kepada Raja (Sultan) atas hasil tersebut. Sederhananya erau adalah sebuah langkah pendiasporaan kemakmuran rakyat. Dimulai dari satu desa sampai yang terakhir di Desa  sabintulung (betulung – tulung) lalu di eraukan adatkan secara keseluruhan di pusat ibu kota kerajaan.

Perubahan zaman telah membawa erau pada tampilan – tampilan modern dengan berbagai keindahan budaya yang ditampilkan dalam pentas yang dinikmati rakyat, dimulai dari budaya lokal hingga budaya – budaya luar karena banyaknya negara – negara lain yang diundang dan perpartisipasi dalam pesta adat ini.

Perubahan struktur kepemimpinan tidaklah mengubah essensi erau yang membawa spirit kemajuan daerah baik dari zaman kerajaan perlahan berubah nama Raja menjadi Sultan dan di  era kemerdekaan Republik Indonesia hingga ditetapkannya otonomi daerah Kutai sampai dengan kembalinya Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang berjalan bergandengan menjalankan pembangunan - pembanguna.

Sinergitas antara Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dalam melaksanakan Pesta adat dan pesta Rakyat Kukar ini terus terlaksana di tiap tahunnya dengan berbagai inovasi – inovasi yang terus berkembang. Warisan leluhur ini terus mendunia dengan berbagai filosofi – filosofinya.

Perubahan zaman tidak bisa di hindarkan oleh suatu kaum manapun yang menghendaki lahirnya generasi – generasi baru sebagai pelanjut estafet perjalanan suatu daerah, Di tanah yang telah mendedikasikan dan meleburkan dirinya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah isyarat akan heterogennya masyarakat kita, terkumpul begitu banyak klan, suku, budaya yang berjalan harmonis di Bumi Kutai ini. Ini adalah sebuah perbedaan massa antara dahulu kala dan kondisi saat ini. Klan pendatang menghormati acara adat dan klan setempat membuka diri untuk menikmati keindahan seni dan budaya, sungguh mengelokkan mata dan menyejukkan jiwa.

Belajar dari sejarah bahwa erau sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemakmuran rakyat dari pedalaman sampai dengan ibu kota yang diadatkan sekaligus tempat bermusyawarah antara pemerintah dan rakyat yang berpadu dalam perencanaan pembangunan kerajaan. Tentu dengan terselenggaranya erau tahun ini penting bagi kita untuk mengevaluasi kondisi nyata yang terjadi di daerah kita, jika sejarah menjadi kaca bagi kita maka pantas kah hari ini kita mengadakan erau ?

Erau adalah media yang menjadi warisan budaya dalam memberikan spirit demi terwujudnya masyarakat makmur secara menyeluruh tanpa meninggalkan sekelumit wilayah tertinggal sekalipun. Erau adalah jembatan yang terpampang panjang untuk dilewati secara bersama – sama, erau bukan hanya acara ceremonial yang tanpa misi melainkan ada upaya – upaya yang terdapat didalamnya perencanaan pembangunan sosial dan ekonomi untuk masa yang akan datang, erau adalah sebuah deklarasi untuk kemajuan.

Perbedaan waktu dan kondisi saat ini dengan yang dulu mengharuskan kita memaknai sejarah, bahwa segala sesuatu pasti ada maksudnya, berdirinya tiang ayu sampai dengan  penyiraman air tuli pasti mempunyai filosofi, pemahaman atau makrifat, yang dimana kita seyogyanya terus mengkaji dan memahami secara integral agar generasi kita mempunyai alasan untuk mengenal dirinya yang sebenarnya.

Mari melestarikan budaya, karena budaya pasti mempunyai nilai seni, dan arti lain pada seni adalah keindahan...

Mengenali diri, asal – muasal dan kebiasaan – kebiasaan para leluhur berarti empati pada budaya yang dengannya akan menjadikan hidup menjadi indah...


Selamat Erau 2017.....

No comments:

Post a Comment