Sunday, July 9, 2017

Pengusaha Pejuang

Memaknai perjalanan hidup dengan berbagai aktifitas untuk membangun peradaban adalah sesuatu yang niscaya, apalagi jika dikonotasikan dengan makna perjuangan maka muncul pula berbagai pandangan – pandangan yang beragam dalam memaknainya. Dalam catatan kecil ini saya tidak menguraikan tentang isme – isme atau faham – faham yang berada dibelakang atau yang menjadi motif dalam sebuah tindakan kekinian melainkan hanya akan memberikan sebuah argumen yang terjadi dari kasus yang muncul belakangan ini.

Secara umum kita pahami tantang pengusaha adalah orang yang melakukan aktifitas usaha ekonomi guna mendapatkan keuntungan dan akan menanggung resiko yang terjadi, kelompok ini dikategorikan dengan kelas waisa, dimana mereka mempunyai pengaruh yang signifikan bagi kekuatan suatu bangsa. Pelaksana teknis pengelolaan perekonomian suatu Negara dan daerah adalah pengusaha, peranan penting ini yang harus dan terus dikembangkan , sebagaimana kita ketahui bahwa jumlah pengusaha di Negara kita hanya sebesar 1,5 % dari total 250 juta penduduk, sedangkan idealnya suatu Negara harus mempunyai sekitar 2 – 2,5 % bisa disebut Negara maju, di negara ASEAN singapore dengan score 7% menempati posisi teratas, malaysia 5 %, Thailand 4,5 %, dan Vietnam 3,3 %

Dari angka diatas bisa di lihat bahwa Indonesia, Negara yang kita cintai ini masih dalam katagori Negara yang tertinggal dalam ruang lingkup produktifitas Sumber Daya Manusia yang menjadi pengusaha, hal ini adalah catatan bagi kita untuk menghilangkan frame konsumtif dengan menjadikan lingkungan kita sebagai tempat berusaha, karena begitu banyak potensi – potensi Alam ini yang bisa dimaksimalisasikan yang dimana saat ini perekonomian kita masih didominasi oleh Pengusaha – pengeusaha kapital di berbagai penjuru dunia.

Tahap awal yang kita lakukan adalah meluruskan orientasi kita dalam berusaha bukan karena semata – mata karena mencapai banyaknya harta, menumpuk berbagai macam perhiasan dan berfoya – foya memuaskan hasrat pribadi. Lebih dari itu, cara pandang  yang harus kita tanamkan didalam benak kita adalah agar bagaimana kita bisa memberikan manfaat  bagi orang – orang yang berada disekitar kita yang mengalami keterbatasan dalam mencari sumber mata pencaharian, pandangan yang lebih luas lagi adalah memberikan kemakmuran pada Bangsa ini.
Sang pejuang adalah orang yang menginginkan bumi yang ia pijak menjadi merdeka dan makmur, dimana dirinya akan trus melawan jika ada sebuah sekat yang membatasinya untuk mengabdi. Pejuang yang telah banyak mendedikasikan dirinya bagi apa yang dia perjuangkan pasti akan menjadi pahlawan dan dikenang hingga raganya ditelan bumi ini. Maka perlu bagi kita semua yaitu rakyat Indonesia untuk menjadi Pengusaha Pejuang.

Mungkin banyak para pengusaha di Negara ini namun sedikit yang berlebel perjuang, jangan salah dalam memandang bahwa pengusaha luar yang fight di Indonesia membawa misi untuk membangun Negaranya, penerapan pengusaha pejuang ini sudah didedikasikan terlebih dahulu oleh mereka sehingga spirit ini yang membuat mereka berkembang dan bahkan banyak sekali orang – orang kita yang hidup dari perusahan yang mereka miliki.

Saat ini bukanlah hal produktif bagi kita untuk menghujat cina, amerika, rusia, iran, arab saudi, francis, itali, korea selatan, jepang dan negara – negara lain sementara kita hanya berdiam diri dengan hayalan – hayalan  semu yang berharap ekonomi akan tumbuh seiring dengan sendirinya. Hal yang harus dan segera kita lakukan adalah melakukan perlawanan yang sehat dan jauh dari kata cheos, keributan atau kegaduhan – kegaduhan lainnya, karena perlawanan kekinian adalah era perlawanan dengan kecerdasan, maka yan ternilai adalah ketika melakukan usaha – usaha yang fair dimata sosial lintas ras dan suku guna pembangunan ekonomi adalah realitas yang harus kita hadapi sehingga nama kita tidak menjadi catatan merah dalam sejarah di generasi mendatang.

Salah satu hal yang paling utama ketika menjadi pejuang dalam hal ini pengusaha pejuang yaitu adalah memahami tanggung jawabanya dalam arti kewajiban profesinya sebagai anak bangsa yang spesial, kewajibannya terhadap warga disekitar usahanya, kewajiban terhadap lingkungan dan kewajiban – kewajiban lainnya. Mengenai konteks ini maka saya persilahkan kepada para pembaca untuk menafsirkannya lebih mendalam dalam konteks pengusaha sebagai pengabdian profit.

Yang menjadi point akhir dari pembahasan ini adalah bagaimana pengusaha pejuang mempersiapkan mentalitas dalam menghadapi kondisi birokrasi kita, hal ini yang paling sulit karena didalamnya terdapat kultur yang tidak membangun alias transaksional menejemen atau dalam bahasa lainnya adalah mapia – mapia yang mencari fee dan  menyedot semangat juang untuk berwira usaha, selain itu akan muncul berbagai kebijakan yang berbelit dan menyengsarakan kita. Padahal regulasi pengembangan usaha bisa berjalan baik jika pemerintah dan pengusaha bisa besinergi dalam membangun.

Menyiapkan mental menghadapi bagian dari kita adalah sesuatu yang menyakitkan, jika kita tidak siap maka banyak pilihan – pilihan yang akan membawa kita para prilaku menyimpang dari tujuan kita sebagai pejuang yang bergerak di bidang profit. Oleh kareanya kita tidak mempunyai pilihan untuk terus bergerak dan mempelajari fenomena – fenomena berwirausaha sesuai dengan peraturan yang lazim dengan tidak menghalalkan segala cara untuk mencari sumber – sumber keuangan yang dimana orientaasinya akan mendzholimi pihak lain.

Key Word

Perbanyak kuantitas pengusaha, spirit pengusaha pejuang, mentalitas yang nasionalis dan profesional

No comments:

Post a Comment