Memaknai perjalanan hidup dengan berbagai
aktifitas untuk membangun peradaban adalah sesuatu yang niscaya, apalagi jika
dikonotasikan dengan makna perjuangan maka muncul pula berbagai pandangan –
pandangan yang beragam dalam memaknainya. Dalam catatan kecil ini saya tidak
menguraikan tentang isme – isme atau faham – faham yang berada dibelakang atau
yang menjadi motif dalam sebuah tindakan kekinian melainkan hanya akan
memberikan sebuah argumen yang terjadi dari kasus yang muncul belakangan ini.
Secara umum kita pahami tantang pengusaha
adalah orang yang melakukan aktifitas usaha ekonomi guna mendapatkan keuntungan
dan akan menanggung resiko yang terjadi, kelompok ini dikategorikan dengan
kelas waisa, dimana mereka mempunyai pengaruh yang signifikan bagi kekuatan suatu
bangsa. Pelaksana teknis pengelolaan perekonomian suatu Negara dan daerah
adalah pengusaha, peranan penting ini yang harus dan terus dikembangkan ,
sebagaimana kita ketahui bahwa jumlah pengusaha di Negara kita hanya sebesar 1,5
% dari total 250 juta penduduk, sedangkan idealnya suatu Negara harus mempunyai
sekitar 2 – 2,5 % bisa disebut Negara maju, di negara ASEAN singapore dengan
score 7% menempati posisi teratas, malaysia 5 %, Thailand 4,5 %, dan Vietnam
3,3 %
Dari angka diatas bisa di lihat bahwa
Indonesia, Negara yang kita cintai ini masih dalam katagori Negara yang
tertinggal dalam ruang lingkup produktifitas Sumber Daya Manusia yang menjadi
pengusaha, hal ini adalah catatan bagi kita untuk menghilangkan frame konsumtif
dengan menjadikan lingkungan kita sebagai tempat berusaha, karena begitu banyak
potensi – potensi Alam ini yang bisa dimaksimalisasikan yang dimana saat ini
perekonomian kita masih didominasi oleh Pengusaha – pengeusaha kapital di
berbagai penjuru dunia.
Tahap awal yang kita lakukan adalah meluruskan
orientasi kita dalam berusaha bukan karena semata – mata karena mencapai
banyaknya harta, menumpuk berbagai macam perhiasan dan berfoya – foya memuaskan
hasrat pribadi. Lebih dari itu, cara pandang yang harus kita tanamkan didalam benak kita
adalah agar bagaimana kita bisa memberikan manfaat bagi orang – orang yang berada disekitar kita
yang mengalami keterbatasan dalam mencari sumber mata pencaharian, pandangan
yang lebih luas lagi adalah memberikan kemakmuran pada Bangsa ini.
Sang pejuang adalah orang yang menginginkan
bumi yang ia pijak menjadi merdeka dan makmur, dimana dirinya akan trus melawan
jika ada sebuah sekat yang membatasinya untuk mengabdi. Pejuang yang telah
banyak mendedikasikan dirinya bagi apa yang dia perjuangkan pasti akan menjadi
pahlawan dan dikenang hingga raganya ditelan bumi ini. Maka perlu bagi kita
semua yaitu rakyat Indonesia untuk menjadi Pengusaha Pejuang.
Mungkin banyak para pengusaha di Negara ini
namun sedikit yang berlebel perjuang, jangan salah dalam memandang bahwa
pengusaha luar yang fight di Indonesia membawa misi untuk membangun Negaranya,
penerapan pengusaha pejuang ini sudah didedikasikan terlebih dahulu oleh mereka
sehingga spirit ini yang membuat mereka berkembang dan bahkan banyak sekali
orang – orang kita yang hidup dari perusahan yang mereka miliki.
Saat ini bukanlah hal produktif bagi kita untuk
menghujat cina, amerika, rusia, iran, arab saudi, francis, itali, korea
selatan, jepang dan negara – negara lain sementara kita hanya berdiam diri dengan
hayalan – hayalan semu yang berharap
ekonomi akan tumbuh seiring dengan sendirinya. Hal yang harus dan segera kita
lakukan adalah melakukan perlawanan yang sehat dan jauh dari kata cheos,
keributan atau kegaduhan – kegaduhan lainnya, karena perlawanan kekinian adalah
era perlawanan dengan kecerdasan, maka yan ternilai adalah ketika melakukan
usaha – usaha yang fair dimata sosial lintas ras dan suku guna pembangunan
ekonomi adalah realitas yang harus kita hadapi sehingga nama kita tidak menjadi
catatan merah dalam sejarah di generasi mendatang.
Salah satu hal yang paling utama ketika menjadi
pejuang dalam hal ini pengusaha pejuang yaitu adalah memahami tanggung
jawabanya dalam arti kewajiban profesinya sebagai anak bangsa yang spesial,
kewajibannya terhadap warga disekitar usahanya, kewajiban terhadap lingkungan dan
kewajiban – kewajiban lainnya. Mengenai konteks ini maka saya persilahkan
kepada para pembaca untuk menafsirkannya lebih mendalam dalam konteks pengusaha
sebagai pengabdian profit.
Yang menjadi point akhir dari pembahasan ini
adalah bagaimana pengusaha pejuang mempersiapkan mentalitas dalam menghadapi
kondisi birokrasi kita, hal ini yang paling sulit karena didalamnya terdapat
kultur yang tidak membangun alias transaksional menejemen atau dalam bahasa
lainnya adalah mapia – mapia yang mencari fee dan menyedot semangat juang untuk berwira usaha,
selain itu akan muncul berbagai kebijakan yang berbelit dan menyengsarakan
kita. Padahal regulasi pengembangan usaha bisa berjalan baik jika pemerintah
dan pengusaha bisa besinergi dalam membangun.
Menyiapkan mental menghadapi bagian dari kita adalah
sesuatu yang menyakitkan, jika kita tidak siap maka banyak pilihan – pilihan yang
akan membawa kita para prilaku menyimpang dari tujuan kita sebagai pejuang yang
bergerak di bidang profit. Oleh kareanya kita tidak mempunyai pilihan untuk
terus bergerak dan mempelajari fenomena – fenomena berwirausaha sesuai dengan
peraturan yang lazim dengan tidak menghalalkan segala cara untuk mencari sumber
– sumber keuangan yang dimana orientaasinya akan mendzholimi pihak lain.
Key Word
Perbanyak kuantitas pengusaha, spirit pengusaha
pejuang, mentalitas yang nasionalis dan profesional
No comments:
Post a Comment