Wednesday, May 3, 2017

Bangkitnya Kaum Tertindas (Memperingati Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional

Banyak dari kita mmpersepsikan makna bangkit adalah sebuah pemberotankan terhadap sesuatu aspirasi yang tidak bisa terpenuhi secara nyata oleh pemegang kebijakan, kadang yang kita maksudkan bangkit hanya pada tataran dzahir padahal kekuatan kata bangkit juga mempunyai makna batin  dan itulah letak dari konsistensi perjuangan.

Puji Tuhan, kita telah melewati peringatan Hari buruh Internasional dan sekarang merayakan hari pendidikan nasional yang dimana antara buruh dan pendidikan mempunyai hubungan erat untuk melakukan berbagai macam perubahan sosial kemasyarakatan. Buruh adalah profesi mulia yang tidak bisa terlepaskan dari berbagai sendi kehidupan seluruh Bangsa di dunia, kita semua bisa banyangkan jika tidak ada buruh di sebuah perusahaan maka sudah pasti perusahaan tersebut tidak bisa berjalan, ekonomi Bangsa kolaps dan dipastikan tidak ada yang namanya produktifitas. Di samping jumlahnya yang mayor, buruh juga mempunyai keahlian untuk melakukan sebuah pekerjaan – pekerjaan yang tidak semua orang bisa melakukannya.

Buruh sering di identikkan sebagai kaum tertindas karena banyak kasus – kasus ketidakadilan yang dialaminya baik berupa tidak sesuainya gaji, lambannya penurunan gaji, pemutusan kerja secara sepihak, perlakuan sewenang – wenang dari pimpinan dan berbagai persoalan – soalan lain yang memacu kesolidaritasan para buruh untuk turun kejalan guna menyuarakan aspirasi atas berbagai kejadian tersebut diatas di tanggal 1 mei yang dikenal dengan may day.

Selain buruh ada kelompok yang juga merasakan ketertindasan yang cukup mendalan yaitu adalah lulusan sarjana (S1) yang belum mendapatkan panggilan kerja, mereka telah menghabiskan waktu yang panjang, tenaga besar dan biaya yang banyak guna meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia yang ada didalam diri mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak atau gaji yang besar guna mewujudkannya. 

Selanjutnya adalah kelompok petani yang belum mempunyai lahan atau petani yang gagal panen karena kondisi Sumber Daya Manusia dan Modal mereka yang tidak memadai yang membuat mereka tertindas karena kondisi.

Kemudian kelompok pengusaha kecil atau pedagang pasar yang kalah terhadap persaingan di era modern ini, mereka mempunyai produk namun didalam mengemas, tempat dan pemasaran kadang terbatas sehingga mereka juga mengalami ketertidasan secara struktural,

Bukan hanya itu, kelompok yang paling merasakan ketertindasan adalah kaum berakal yang membina moral masyarakat. Mereka paling merasa kesakitan melihat sebuah kondisi  buruk di kehidupan bermasyarakat yang dalam kata – kata bijak mengatakan “bagai mata tersaput debu, dan lidah menjadi kelu”. Semua orang mempunyai tanggung jawab dan mereka mempunyai tangungjawab terkait keseimbangan hidup manusia. Mereka yang menyadari akan tanggungjawabnya dalam membimbing manusia kejalan yang berkeadilan akan merasa luka ketika melihat  moralitas elit politik yang tidak lagi menajadikan manusia sebagai manusia, ketika alam dikelola sewenang – wenang dan ketika pembodohan menjadi budaya.

Tidak hanya itu para pembimbing moral masyarakat pasti mendapatkan tekanan – tekanan dari kelompok tertentu yang merasa terusik ketika budaya intelektual dan kesantunan terus digalakkan, kita pasti telah mendengar kisah Yesus atau Isa Al-Masih yang disalib karena melakukan perlawanan demi menegakkan keadilan di muka bumi ini pada zamannya, dan pada zaman ini para pewaris atau pelanjutnya pasti mengalami tekanan yang sama ketika melakukan proses pembinaan pada moralitas manusia di lintas profesi. Mereka terus memberikan hujjah (argumen kebenaran) kepada para pengusaha, politisi, akademisi, pelajar, petani, nelayan, pengemis, tukang becak, pegawai negara dan aktivis agar senantiasa membangun keseimbangan hidup dengan prinsip ke Tuhanan yang Maha Esa, mereka memberi pandangan yang jelas akan makna kehidupan yang sebenarnya.

Bagi kita yang pada hari merasa tertindas tentu harus menyadari peran mereka yang jauh lebih tertindas, embargo ekonomi yang kita hadapi hanyalah persoalan kecil yang masih bisa kita usahakan untuk bangkit membangunnya, namun yang  harus kita renungkan kembali adalah apakah dengan kekayaan yang telah kita raih akan mengantarkan kita pada kebaikan ? atau justru dengan itu kita bisa saja mendzolimi diri kita sendiri.

Banyak dari kita memahami kesejahteraan hanya pada tataran materi dan gaya hidup elit sehingga melahirkan stigma “kelas” dalam kehidupan masyarakat biasanya istilah ini disebut dengan si kaya dan si miskin sehingga yang hadir dikemudian hari adalah gaya hidup individualistik dimana hal itu menghasilkan kesenjangan sosial, yang kaya makin kaya dan yang miskin makin tertindas. Jika prinsip itu masih kita pegang maka ketahuilah akan muncul persoalan – persoalan yang hari ini kita rasakan. 

Artinya untuk bangkit dari ketertindasan ini haruslah kolektif atau bersama – sama dengan memulai tujuan yang sama yaitu membangun peradaban yang bermoral. bersama – sama bukan berarti selalu bertemu melainkan terus bergerak dalam komando perintah Ilahiah. Hal ini akan kita dapatkan ketika kita terus belajar dan membuka hati untuk mengenali diri dan hakikat penciptaan semesta. Bangkit dari ketertindasan dengan membangun keseimbangan alam tidaklah mudah karena akan selalu ada evaluasi – evaluasi yang harus dibenahi baik didalam diri para penggerak maupun dieksternalnya yang ini menimbulkan gangguan – gangguan sehingga sang revolusioner era ini sering mengatakan, “untuk membangun Negara yang baik maka perbaiki terlebih dahulu diri kita”.

Bangkit dari ketertindasan bukan semerta – merta melakukan aksi yang mengakibatkan kerusakan dijalanan karena sudah jelas bahwa ketika emosi yang menjadi alas bagi kita untuk bergerak maka kita telah merusak keseimbangan hidup, bisa jadi bagi kita dengan merusak fasilitas umum adalah sebuah kebenaran yang harus dilirik namun pada kenyataannya hal itu justru kontra produktif karena ada hak masyarakat umum teerhadap fasilitas umum tersebut. Jika kita terbiasa mengambil atau merusak sesuatu yang bukan hak kita maka dalam pandangan saya hal itu bukanlah bangkit dari ketertindasan melainkan akan melahirkan penindas baru.

Bangkit dari ketertidasan dalam pengamatan saya akan dimulai dari kelompok kecil atau kaum minoritas yang senantiasa menuntut ilmu ini biasanya diisi oleh para Pemuda dimana mereka adalah orang terpilih dengan keagungan usia yang dimilikinya. Revolusioner Indonesia yang juga menjadi Wakil Presiden RI pertama yaitu Drs. Moh Hatta mengatakan “Ilmu dapat dipelajari oleh segala orang yang cerdas dan tajam otaknya, tetapi manusia yang berkarakter tidak bisa diperoleh begitu saja”. Walaupun manusia yang berkarakter tersebut ditujukan adalah pada pemuda tidak semua pemuda mempunyai karakter yang bisa melakukan perjuangan untuk bangkit dalam arti yang sebenarnya, artinya apa ? karakter manusia baik itu pemuda maupun lansia tidak serta merta bisa mendapatkannya tanpa proses yang mungkin menyakitkan, ujian – ujian pasti menerpanya dan menjadikannya pribadi yang kuat.

Kesiapan untuk bangkit perlu terus di charge secara pribadi maupun melalui diskusi – diskusi rutin, Menebarkan nuansa – nuansa Intelektual dan keberanian untuk tidak takut jika kandas. Selain itu kita juga selayaknya bisa memahami kebangkitan dengan memahami zaman atau kondisi kekinian karena style perjuangan masa lampau dan bahasa zaman sekarang itu berbeda, kita harus bisa mengolah kebangkitan dengan memahami socio –cultural era ini agar kita tidak terjerembab dalam jebakan – jebakan musuh dalam hal ini Negara – negara Arogan pembuat tatanan dunia baru yang menyebabkan kondisi kita seperti ini.

Perjuangan Bung Karno dan kawan – kawan mengusir penjajah yang tampak sedangkan perjuangan kita melawan penjajah yang tidak menunjukkan wujudnya secara terang – terangan. kita harus menyadari hadirnya musuh dan harus membentengi diri serta  melawan musuh dengan cara – cara atau lagu – lagu yang di nyanyikannya. Sekarang adalah era Birokrasi bukan lagi era kekuatan fisik yng mendominasi, maka lawan semua ini dengan cara yang sesuai dengan kaidah – kaidah era ini.
Mari bangkit, dengan sebenar – benarnya bangkit.

Selamat hari buruh dan selamat hari pendidikan Nasional....



No comments:

Post a Comment