Teruna dan Dara atau dalam Bahasa
Indonesianya adalah putra dan putri dalam hal ini di Kutai Kartanegara adalah corong pengetahuan
bagi masyarakat dunia tentang keindahan pesona bumi Kutai (Heart of Kalimantan).
Ajang audisi putra dan putri
terbaik ini telah banyak melahirkan alumnus – alumnus yang tampan – tampan dan
cantik – cantik dengan kualifikasi kecerdasan di atas rata – rata bahkan para
finalis ini telah banyak mengikuti pelatihan – pelatihan dan kegiatan –
kegiatan sosial guna menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai syarat untuk
menyandang sebagai finalis.
Sebagai sesama dengsanak (saudara) yang hidup serumpun dalam tulisan ini
saya akan menambahkan beberapa informasi
dari segi ekonomi dan keberlanjutan pariwisata kita di kabupaten kaya dan berbudaya ini.
Seperti dalam tulisan – tulisan
sebelumnya, berbicara tentang ekonomi adalah berbicara tentang pondasi
Pendapatan Daerah kita karena, pokok bahasan ini adalah bagian integral dari
perkembangan berbagai sektor dan berpengaruh pada sektor lainnya termasuk
pariwisata. Oleh karenanya saya rasa penting bagi saudara untuk mengetahuinya.
Seperti yang anda ketahui bahwa Pondasi
Ekonomi kita di Kutai Kartanegara saat ini tertumpu pada hasil minerba (mineral
dan batu bara) yang dengan hasil tersebut Daerah kita mendapatkan fee dari
perusahaan yang beroperasi dan dengan aturan perundang – undangan yang berlaku dengan
Pemerintah Pusat yang secara sederhana disebut dengan Dana Bagi Hasil (DBH).
Tahun 2014 adalah puncak
tertinggi dari APBD kita yaitu mencapai 9 T dan dari segi ketenaga kerjaan kita
pada posisi yang optimal. Seiring berjalannya waktu semua berubah setelah
negara api menyerang (maksudnya Harga Minyak dan Batubara Turun). Dampaknya
adalah banyak karyawan dirumahkah dan berhematnya PNS serta para kontraktor
karena penurunan Anggaran Daerah atau bahasa yang lagi tren-nya “Defisit).
Dengan adanya gejolak yang
mendebarkan ini. Maka para karyawan,PNS dan kontraktor akan berfikir keras
untuk memenuhi kebutuhan primer atau mencari cara agar tidak tergantung lagi
dengan pendapatan seperti biasanya sehingga hal ini bedampak pada sektor
pariwisata.Logika sederhananya, jika untuk memenuhi kebutuhan primer sudah
menjadi sesuatu yang sulit, apalagi dengan kebutuhan skunder bahkan tersier
dalam hal ini pariwisata bukanlah katagori kebutuhan primer. Artinya dari sektor pariwisata juga mengalami
penurunan pengunjung yang mayoritas dari wisatawan lokal.
Lalu bagaimana dengan orientasi
dari ajang yang saudara ikuti ?
Saya secara pribadi memberikan
apresiasi kepada panitia penyelenggara Teruna dan Dara Kutai Kartanegara tahun
2016 bisa menyelenggarakan kegiatan dengan maksimal ditengah himpitan ekonomi
atau defisitnya anggaran pemerintah. Konsistensi ini haruslah terus digalakkan
karena berkesenian, berbudaya dan berkreatifitas adalah fitrah manusia yang
tidak pernah akan mati.
Selanjutnya saya ucapkan selamat kepada
Teruna Ardi Maroni dan Dara Niluh Nyoman Mera T.R karena telah menajadi Idola baru pilihan pemirsa
di Kutai kartanegara serta menjadi duta atau perwakilan Daerah dalam bidang
kepariwisataan. Harapan saya dengan semangat muda saudara dan saudari sekalian
bisa membawa perubahan yang lebih maksimal bagi peningkatan kepariwisataan di odah
yang etam cintai ini.
Kepada seluruh elementasi
penyelenggara baik peserta, panitia dan dewan juri seberataan,Sekarang saatnya kita sedikit menggeser paradigma
berfikir kita yang tadinya bergantung menjadi yang “digantungi”. Maksudnya
adalah jika saat ini kita masih tergantung pada APBD, maka kedepan dengan
perlahan kita berusaha menghidupi APBD dengan mengolah tempat wisata kita
menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Saya yakin dan percaya banyak
diantara kita pesimis untuk menjadikan budaya dan wisata sebagai ujung tombak
dalam peningkatan Pendapatan Daerah, namun jika hal itu adalah passion anda
maka berfikirlah yang terbaik walau mentalitas sebagian besar dari kita atau
sistem kita sudah terbiasa dengan hanya menerima dorongan dari pemerintah.
Sebenarnya banyak sektor dan potensi
yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan Pendapatan tim Pengelola Pariwisa
yang berefek kepada peningkatan pendapatan Daerah diantaranya adalah dengan menggandeng
pihak ketiga untuk menjadi sponsor.
Tentunya perusahaan swasta
membutuhkan pencitraan dan juga ketepatan untuk memberikan CSR (Corporate
Social Resposibility) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan kepada masyarakat.
Kebutuhan dan ketepatan ini tentunya mempunyai indikator – indikator diantaranya
basis massa besar, fasilitas yang memupuni dan optimalisasi destinasi yang
ramai dikunjungi. Dan semua itu sudah anda miliki,
tinggal bgaimana mengolahnya.
Kepada pemerintah daerah agar
bisa mendorong kebijakan dengan memberikan peran kepada anak muda dalam
kreasinya membangun kepariwisataan di Kutai Kartanegara. karena banyak hal –
hal belakangan ini dikerjakan oleh yang bukan ahlinya atau hanya kepada
kepentingan sesaat dengan tidak mengedepankan orientasi dari pekerjaan tersebut
serta kurang terorganisirnya organisme kerja dilapangan. dan penting juga dilakukan pemerintah adalah selalu memback up dalam bentuk kekuatan pengaruh agar mempermudahkan bagi anak muda tersebut untuk mencari sumber penghasilan untuk daerah ini.
Demikian dari saya, mohon maaf
jika tulisan ini membebankan saudara dan saudari semua, bahwa semakin kita
mempunyai kekuatan yang besar maka semakin tinggi beban yang kita tanggung.