Wednesday, December 14, 2016

Keberlanjutan Program Satu Guru Satu Laptop

Evaluasi Gerbang Raja Part 1 Pendidikan

“Pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya” (Ki Hajar Dewantara)

Dalam ungkapan – ungkapan para tokoh sejarah, masa kini dan bahkan firman – firman Tuhan melalui utusannya dimuka bumi ini, banyak sekali menekankan akan pentingnya Menuntut Ilmu. Bahwa ilmu adalah sesuatu yang niscaya sebagai mana Tuhan telah menciptakan didalam diri manusia berupa akal sehingga mampu untuk menyerap tanda – tanda kekuasaan-Nya.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa pendidikan adalah suatu hal yang prioritas karena menyangkut persoalan kehidupan mendasar manusia dan kebutuhan dalam kehidupan berbangsa dan Negara. Maka penting bagi kita untuk menatap pendidikan secara Global sebagaimana jurnal yang dikarang oleh peneliti dari University of Ibadan, Nigeria yaitu  Martins Fabunmi yang melihat dari sudut pandang global dengan membandingkan kemajuan dari Negara satu dengan Negara lainnya. Sehingga bisa menjadi perhatian akan ketertinggalan dari Negara yang mempunyai pendapatan rendah dengan Negara yang berkembang. Semua itu di sandarkan  pada Perencanaan Pendidikan.

Dalam ulasan jurnal tersebut ada 3 Teori yang menjadi pondasi dalam melakukan sebuah perencanaan pendidikan diantaranya Social Deman Approach, Man Power Approach dan Investment Efficiency Approach.

1. Social Demand Approach (Pendekatan Tuntutan Publik)
Menurut Vembrianto (1985:46) “Pendekatan kebutuhan sosial atau social demand adalah suatu pendekatan dalam perencanaan pendidikan yang didasarkan atas tuntutan atau kebutuhan sosial akan pendidikan”.
Pendekatan sosial demand atau kebutuhan sosial atau tuntutan sosial adalah suatu istilah yang kabur dan mengcaukan (jarang digunakan oleh pendidik) dan dapat diartikan bermacam-macam. “Arti yang paling umum digunakan adalah kumpulan tuntuntan yang umum untuk memperoleh pendidikan, yakni jumlah dari tuntutan individu akan pendidikan di suatu tempat, pada suatu waktu tertentu, di dalam suatu budaya politik dan ekonomi tertentu”. (Coombs, 1982:33)
Sedangkan menurut A. W. Guruge dalam Udin S (2005:234) “Pendekatan kebutuhan sosial adalah pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan-tekanan untuk memasukkan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada pemenuhan keinginan-keinginan murid dan orangtuanya secara bebas”.

2. Investment Efficiency Approach/Cost and benefit (Pendekatan Ketepatgunaan Modal)
adalah suatu pendekatan yang menitikberatkan pada keseimbangan antara keuntungan dan kerugian (Yagi, 2010). Prinsip untung rugi inilah yang dipakai oleh individu yang rasional kalau memutuskan bagaimana sebaiknya membelanjakan uang agar keinginannya tercapai.
Ia meneliti alternatif-alternatifnya, menimbang biaya masing-masing alternatif  dan kepuasan yang menyertainya atau kegunaan yang akan diperolehnya dan kemudian memilih kemungkinan tertentu sebatas kemampuannya yang paling menguntungkan.

3. Man Power  Requerement Approach (Pendekatan Keperluan Tenaga kerja)
Menurut Effendi (2000:26)  “Pendekatan man power adalah pendekatan yang lebih menekankan pada pendayagunaan tenaga kerja hasil suatu sistem pendidikan”.  Sedangkan menurut Yagi (2010) ”Pendekatan ketenagakerjaan merupakan pendekatan yang mendisain perencanaan pendidikan dikaitkan dengan pengembangan tenaga manusia melalui pendidikan, guna memenuhi tuntutan kebutuhan sektor perekonomian”. Dengan demikian, perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan terhadap penerimaan ketenagakerjaan akan mengidentifikasikan mengenai besarnya kebutuhan tenaga kerja untuk kurun waktu tertentu.
“Pengembangan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan adalah suatu syarat yang penting untuk perkembangan ekonomi dan merupakan suatu penanaman sumber daya yang langka yang baik, hasil pola dan kualitas pendidikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja”. (Coombs, 1982:34).
Pendekatan tenaga kerja berguna untuk mengatasi kesenjangan tenaga kerja dan ketidakseimbangan yang ekstrim dalam pola hasil pendidikan yang membutuhkan perbaikan. Pendekatan ini hampir tidak  memerlukan penelitian statistik yang terperinci. Pendekatan tenaga kerja dapat juga memberikan bimbingan yang bermanfaat bagi pendidik tentang bagaimana kualifikasi pendidikan pekerja untuk dikembangkan di masa mendatang. Misalnya, bagaimana seharusnya proporsi relatif dari orang yang berpendidikan atau tingkat pendidikan yang lebih rendah, pendidikan menengah, dan berbagai latihan setelah pendidikan tingkat menengah. Hal ini sangat berguna untuk diketahui para perencana pendidikan, tetapi jauh berbeda dari syarat-syarat tenaga kerja yang terperinci (Coombs, 1987: 37).
Perlu diperhatikan pula bahwa perhitungan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia maupun yang akan tersedia tidak terlepas dari faktor kualitas yang diharapkan. Semua ini mempunyai implikasi bahwa seorang perencana pendidikan setidak-tidaknya dapat memprediksi kemungkinan-kemungkinan perkembangan, baik secara kualitas maupun kualitas, terutama menyangkut sektor-sektor ekonomi dengan pedistribusian yang dapat diproyeksi. Timan (2004:17) “Pertumbuhan ekonomi tidak hanya memerlukan sumber dan fasilitas fisik, tetapi juga memerlukan sumber-sumber manusia yang mengorganisasi dan menggunakan fasilitas fisik. Jadi pengembangan sumber manusia  melalui sistem pendidikan adalah suatu syarat penting untuk pertumbuhan ekonomi dan suatu investasi yang baik dari sumber-sumber yang langka, dengan menentukan pola dan mutu output pendidikan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di bidang perekonomian”.

Dari ulasan diatas kita bisa melihat indonesia sudah menerapkan dengan adanya program wajib belajar 12 Tahun, dan beasiswa bagi orang tua yang tidak mempu menyekolahkan anaknya (Social Demand Approach), adanya sekolah – sekolah berbasis kejuruan (Man Power) dan yang terakhir adalah hadirnya sebagian Institusi swasta yang maju (Investment Effieciency).

Dari teori – teori diatas pula pasti banyak penafsiran – penafsiran lain yang di jawantahkan melauli program – program unggulan yang dibuatkan kebijakan oleh pemerintah selaku penyusun undang – undang dan peraturan lainnya.

Di Kutai kartanegara program ini disebut Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera (Gerbang Raja) dengan visi dan misi bupati terpilih dipemilu 2010 Rita Widyasari dan pemilu 2015 kemarin terpilih kembali dengan program Gerbang Raja jilid 2.

Gerbang Raja  mempunyai visi yaitu Menuju Terwujudnya “Masyarakat Kutai Kartanegara yang Sejahtera dan Berkeadilan”. Dalam program pendidikan program Gerbang Raja mempunyai uraian – uraian sebagai berikut :
a.      “Satu Guru – Satu Laptop”.
b.      Alokasi Dana Pendidikan 20 % dari APBD.
c.       Insentif bagi guru dan dosen.
d.      Terlaksanannya pemberantasan Buta Aksara Melalui Zona Bebas Buta Aksara (ZBBA).
e.       Terbangunnya Sekolah Unggulan di wilayah pantai dan hulu berbasis karakteristik daerah.
f.       Terbangunnya sekolah bertaraf Internasional.
g.      Terpenuhinya Buku Pelajaran bagi siswa.
h.      Adanya bantuan Pendidikan bagi siswa miskin.
i.       Dikembangkannya Pesantren dan Madrasah Unggulan.
j.       Dibangunnya Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Terpadu (SIMPENDU).
k.      Dikembangkannya Saluran Harapan, Pengaduan aspirasi Pendidikan (SAHADU SIDIK).


Seiring berjalannya waktu program – program ini pun telah berjalan seperti program “satu guru satu laptop” yang mempunyai visi meningkatkan efektifitas kualitas pendidikan agar para pendidik kita tidak gagap akan teknologi dan peserta didik dengan mudah dalam menyerap pelajaran yang dibawakan sesuai dengan fungsi teknologi yaitu memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sebanyak 13.098 unit laptop merk HP dengan anggaran  +83 Miliar telah diserah terimakan kepada para guru (Nergeri maupun Swasta) yang ada di Kutai Kartanegara pada tahun 2012 lalu.

Sebenarnya tiada yang salah dari program ini jika dijalankan dengan konsep yang panjang dengan memperhatikan Output dan Outcome nya. Namun disayangkan masih banyak didunia nyata guru – guru yang telah mendapatkan laptop tersebut belum bisa mengoperasikan microsoft office, internet dan program – program lainnya, padahal teknologi ini sangat berguna bagi perkembangan pendidikan dan pada akhirnya laptop tersebut digunakan oleh orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan peruntukannya.

Maaf jika kalimat – kalimat diatas terkesan menyinggung, inilah realita yang harus kita hadapi terutama praktisi pendidikan, sejak dahulu para pengamat pendidikan telah menyampaikan harus adanya keberlanjutan dari program tersebut dengan memberikan pelatihan khusus bagi guru yang mendapatkan laptop agar bisa mengoperasikannya. Namun sayang imbuhan – imbuhan ini tidak didengarkan secara integral, padahal sudah jelas bahwa laptop ini telah mubadzir. Ya bagaikan pedang dan tuannya, pedang bisa melukai tuannya jika tuannya tak mampu untuk mengendalikannya, begitupula alat – alat yang lain.

Jika kita melihat lebih dalam lagi banyak human resouces (SDM) kita baik sarjana, akademisi bahkan anak – anak lulusan SMA/SMK/Sederajat bisa mengajarkan itu. entah regulasinya menggunakan sistem tender ataukah yang lainnya, Saya rasa orang – orang kita bisa bersaing. Sekarang hanyalah keinginan pemerintah untuk mewujudkan itu.

Alokasi dana 20% yang menjadi komitmen pemerintah di sektor pendidikan sebagai perwujudan dari teori social demand approach selayaknya digunakan tepat sasaran dengan mendahulukan program prioritas. Memang pendidikan tidak bisa dinikmati dengan cara yang praktis (1 atau 2 tahun) tapi apakah ada jaminan jika kinerja yang dilakukan pemerintah dan penyelenggara pendidikan saat ini bisa menghasilkan pendidikan yang berkualitas dimasa yang akan datang ?. sementara saat ini saja masih banyak lulusan SMA/SMK/Sederajat bahkan sarjana sekalipun yang masih menganggur dan angka kriminalitas di kukar pun saat ini terus meningkat.

Tidak memungkiri, ada program pemerintah yang bisa berjalan dengan baik seperti beasiswa gerbang raja, insentif untuk guru, dan lain lain. Namun pendidikan jangka panjang juga harus dibuatkan langkah – langkahnya guna adanya ketepat sasaran program dan pengevaluasian kinerja. Intinya bahwa pendidikan haruslah kontinuitas, bukan proyektif semata.


Maka ingatlah Bangsa yang besar bukan dilihat dari Sumber Daya Alamnya melainkan Sumber Daya Manusianya, out from the safe zone.

No comments:

Post a Comment