Thursday, December 22, 2016

TENTANG KEBENARAN (ABOUT TRUTH)


Setiap manusia pasti diperhadapkan dengan pertanyaan – pertanyaan didalam dirinya tentang arti kehidupan ini. pertanyaan tentang Darimana asalnya, mengapa ia hadir didunia ini dan kemana dia akan berlabuh setelah matinya.

Pertanyaan – pertanyaan inilah yang menimbulkan banyak teori tentang pencarian kebenaran, baik dari golongan kiri maupun golongan kanan, baik barat maupun timur yang masing – masing mempunyai tokoh dan panutannya.

Studi ini disebut dengan filsafat yang secara etimologi berarti “Cinta dan Kebijaksanaan” sedangkan secara istilah adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat juga diartikan sebagai pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan

Pembahasan filsafat mempunyai  banyak cabang karena ketika membahas filsafat haruslah universal, sistematis dan radikal sehingga jika ada pertanyaan satu telah terjawab maka muncul pertanyaan – pertanyaan baru yang harus dijawab lagi. Oleh karenanya didalam tulisan ini saya akan mencoba untuk membahas secara umum 3 poin dalam filsafat.

1. Tuhan (Teologi)

Manusia meyakini adanya kekuatan besar diluar dari kemampuannya, sehingga pada umumnya manusia menyembah sesuatu yang dianggap penolong baginya dengan berbagai macam cara,  yang dulunya mungkin menyembah pohon dan bebatuan serta adapula yang menyembah kepada yang Esa diamana semua media ini masuk dalam bingkai keagamaan.

Eksistensi atau Keberadaan adanya Tuhan masih banyak diperbincangkan karena adanya sebuah definisi kebenaran yang menyatakan bahwa Benar adalah sesuainya antara Ide dan Realitas.

Contoh kecil handphone dikatakan ada jika apa yang ada dibenak kita terhadap handphone (menelpon, mengirim pesan dll) sesuai dengan realitas yang ada, maka hal itu dikatakan Benar.
Lalu bagaimana dengan Tuhan ?

Banyak pandangan dan teori mengenai eksistensi Tuhan yang saling bantah membantah secara ilmiah bahkan secara barbarian. Ada yang merasa pendapatnya paling benar dan ada yang berpandangan bahwa Tuhan itu tiada, yang adanya hanya materi dan energi.

Pembahasan ke Tuhanan bukanlah  persoalan sepele karena memakan banyak waktu dan referensi yang mendalam, tulisan ini pun tidak mampu menjabarkan dengan detail pembahasan ini. namun singkatnya bahwa sehebat apapun kita untuk mendefinisikan Tuhan makan disitulah kita membatasi Tuhan ketika Tuhan terbatas maka Dia bukanlah Tuhan. Bagaimana mungkin sesuatu yang rendah dari-Nya mampu untuk menjelaskan Dzat/ Sifat – Nya.

Ungkapan ini bukan untuk melemahkan kita dalam memaknai tentang ke Tuhanan,  dalam artian Tuhan telah menyediakan bahasa di dunia ini untuk menjadi sarana bagi kita menyembah-Nya, meng Agungkannya dan Tempat bagi kita meminta pertolongan akan kelemahan kita yang yang dimana kita tidak mampu untuk menjangkau-Nya.

Oleh karenanya Tuhan yang Maha Esa mengutus Para Nabi atau juru bicara-Nya untuk menjelaskan tentang keberadaan dari Tuhan yang sebenarnya hal itu juga adalah kebutuhan (fitrah) manusia.

Untuk lebih lanjutnya saya sarankan anda untuk membaca buku Gradasi Wujud yang dikarang oleh Mulla Sadra

2. Manusia dan Realitas (Ontologi)

Ada dua realitas yang kita rasakan dan ketahui yaitu adalah Realitas Internal (instensi) dan realitas Eksternal (Ekstensi). Dua realitas ini melahirkan istilah berupa Materialisme (ekstensi) dan Idealisme (Instensi) berikut pembahasannya :

Materialisme merupakan paham filsfat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau besifat fisik. Ciri utaman dari kenyataan material atau fisik yaitu manempati ruang dan waktu, memiliki keluasan dan bersifat objektif.

Menurut materialisme Alam spiritual atau jiwa, yang tidak mempunyai ruang, tidak bisa disebut dengan esensi kenyataan, dan oleh karena itu ditolak keberadaannya. Para materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan apapun yang besifat spiritual dibalik gejala atau peristiwa yang bersifat material. Seandainya ada peristiwa atau gejala yang masih belum diketahui, atau belum bisa dipecahkan oleh manusia, maka hal itu berarti ada kekuatan yang bersifat spiritual dibelakang peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan dan akal manusia yang belum memahaminya apa yang dimaksudkan tersebut.

Sebaliknya Idealisme merupakan kebalikan atau lawan dari materealisme. Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah berfilsafat, spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga spiritualisme). Para idealisme percaya bahwa ada kekuatan atau kenyataan spiritual di belakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual ini adalah berfikir (res cigitans).

Karena kekuatan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pada Fusngsi metafor kesadaran manusia untuk menjelaskan kenyataan sejati oleh para idealis, sama halnya dengan fusngsi metafor hewan (tikus atau anjing) dan komputer untuk menjelaskan perilaku manusia oleh para behavioris dan oleh para psikolog kognitif dalam ilmu psikologi.

Demikian juga para idealis mengalami kesulitan dalam mejelaskan kenyataan sejati yang ada dibalik  penampakan lahiriah, sehingga perlu metafor kesederhanaan manusia untuk menjelaskannya. Dengan diakuinya kenyataan sejati sebagai bersifat spiritual, bukan berarti para idealis menolak kekuatan-kekuatan yang bersifat fisik (material) dan menolak adanya hukum alam.


Dari untaian – untaian teori diatas banyak dari dari spesias kita mengalami keraguan dengan lahirnya  teori  skeptisme dan ada juga manusia yang mengalami keyakinan yang disebut absolutisme, bahkan banyak teori – teori baru lainnya yang bermunculan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan.

Namun yang pastinya manusia mempunyai 2 hakikat yaitu materi dan inmateri. Dimana, 2 bagian ini tidak bisa terpisahkan satu dengan yang lainnya alias berjalan sendiri – sendiri (solo). Semua harus balance dan saling mengisi secara dinamis.

3. Pengetahuan (Epistemelogi)

Epistemologi secara etimologi terbagi menjadi dua suku kata yaitu “episteme” yang artinya pengetahuan dan “logos” yang artinya ilmu/pembicaraan. Epistmologi juga di artikan sebagai  teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Agak sulit untuk menjelaskannya, namun yang pastinya bahwa pembahasan tentang perkara ini tidak terlepas dari diri manusia.

Artinya bahwa penting bagi manusia untuk mengetahui asal muasal pengetahuan dan bagaimana mendapatkannya ?

Mengawali jawaban dari pertanyaan diatas marilah kita simak pernyataan terkenal dari Rene Descartes filosof asal francis yang  mengatakan “Cogito ergo sum” yang artinya aku berfikir, maka aku ada.

Hadirnya dirinya (pengetahuan) ke dunia ini bisa diterjemahkan dengan hidupnya pemikirannya dari zaman ke zaman dan bisa juga diartikan eksistensinya hadir karena dia berfikir, jika dia tidak berfikir maka dirinya adalah kehampaan.

Mengutip pula pandangan  Plato  tentang  teori pengingatan kembali , dikatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah roh (alam roh)  yang ditiupkan kepada tubuh manusia (alam materi) dan mengalami benturan yang mengakibatkan manusia lupa akan kejadian di alam roh tersebut. Maka perlahan manusia lahir kedunia, tumbuh dan menjadi ingat tentang berbagai hal yang terjadi di alam sebelumnya seperti dejavu yang manusia pernah mengalaminya.  (if i have a fals, please your correction)

Ini adalah dua contoh dari para filosof yang menggambarkan tentang manusia dan ilmu pengetahuan, seperti yang saya katakan sebelumnya masih banyak dialektika dari filosof – filosof lain yang membantah teori mereka dan menawarkan teori baru.

Kesimpulan

Menentukan kebenaran dan mendefinisikan kebenaran bukanlah perkara yang mudah, karena setiap kelompok bahkan individu pasti mengklaim diri mereka benar dan hal itu adalah hakikat dari manusia yaitu tunduk kepada nila- nilai kebenaran. Memiliki keyakinan atau yakin akan sesuatu yang telah menjadi keyakinannya adalah hak bagi manusia itu sendiri. Namun yang menjadi persoalan adalah ketika berkeyakinan untuk menyalahkan kelompok atau individu lain dan mengungkung kemerdekaan mereka serta menutup akses dialektika.

Saya yakin dan percaya, setiap kelompok, suku, ras dan Agama adalah ciptaan Tuhan yang didalam perbedaanya terdapat nilai – nilai kebenaran yang berpotensi untuk menjadi pemersatu dalam bingkai cinta atau hubungan antar manusia.

Pembahasan tentang  ke Tuhanan, Realitas dan Pengetahuan adalah sebuah pengantar kita untuk memperdalam persoalan makna dan arti kehidupan ini, mengapa kita harus bertahan hidup, bekerja, berkembang biak, belajar, mengajar dan nanti pasti akan menemui ajal, semua adalah pertanyaan pertanyaan yang seyogyanya bisa kita jawantahkan didalam diri kita masing – masing dan kita jalankan dengan proses pemahaman yang kokoh. Semua itu akan kita jalani dengan panduan yang telah kita yakini di Alam Semesta ini dan tentunya oleh Penciptanya.

Tentu sangat banyak kekurangan dalam tulisan sederhana ini, kritik dan saran Insyallah selau dibuka untuk para pembaca sekalian.


No comments:

Post a Comment