Setiap
manusia pasti diperhadapkan dengan pertanyaan – pertanyaan didalam dirinya
tentang arti kehidupan ini. pertanyaan tentang Darimana asalnya, mengapa ia
hadir didunia ini dan kemana dia akan berlabuh setelah matinya.
Pertanyaan –
pertanyaan inilah yang menimbulkan banyak teori tentang pencarian kebenaran,
baik dari golongan kiri maupun golongan kanan, baik barat maupun timur yang
masing – masing mempunyai tokoh dan panutannya.
Studi ini disebut dengan filsafat yang secara
etimologi berarti “Cinta dan Kebijaksanaan” sedangkan secara istilah
adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat juga diartikan sebagai pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan
Pembahasan
filsafat mempunyai banyak cabang karena
ketika membahas filsafat haruslah universal, sistematis dan radikal sehingga
jika ada pertanyaan satu telah terjawab maka muncul pertanyaan – pertanyaan
baru yang harus dijawab lagi. Oleh karenanya didalam tulisan ini saya akan
mencoba untuk membahas secara umum 3 poin dalam filsafat.
1. Tuhan
(Teologi)
Manusia
meyakini adanya kekuatan besar diluar dari kemampuannya, sehingga pada umumnya
manusia menyembah sesuatu yang dianggap penolong baginya dengan berbagai macam
cara, yang dulunya mungkin menyembah
pohon dan bebatuan serta adapula yang menyembah kepada yang Esa diamana semua
media ini masuk dalam bingkai keagamaan.
Eksistensi
atau Keberadaan adanya Tuhan masih banyak diperbincangkan karena adanya sebuah
definisi kebenaran yang menyatakan bahwa Benar adalah sesuainya antara Ide dan
Realitas.
Contoh kecil
handphone dikatakan ada jika apa yang ada dibenak kita terhadap handphone (menelpon,
mengirim pesan dll) sesuai dengan realitas yang ada, maka hal itu dikatakan
Benar.
Lalu
bagaimana dengan Tuhan ?
Banyak
pandangan dan teori mengenai eksistensi Tuhan yang saling bantah membantah
secara ilmiah bahkan secara barbarian. Ada yang merasa pendapatnya paling benar
dan ada yang berpandangan bahwa Tuhan itu tiada, yang adanya hanya materi dan
energi.
Pembahasan
ke Tuhanan bukanlah persoalan sepele
karena memakan banyak waktu dan referensi yang mendalam, tulisan ini pun tidak
mampu menjabarkan dengan detail pembahasan ini. namun singkatnya bahwa sehebat
apapun kita untuk mendefinisikan Tuhan makan disitulah kita membatasi Tuhan
ketika Tuhan terbatas maka Dia bukanlah Tuhan. Bagaimana mungkin sesuatu yang
rendah dari-Nya mampu untuk menjelaskan Dzat/ Sifat – Nya.
Ungkapan ini
bukan untuk melemahkan kita dalam memaknai tentang ke Tuhanan, dalam artian Tuhan telah menyediakan bahasa
di dunia ini untuk menjadi sarana bagi kita menyembah-Nya, meng Agungkannya dan
Tempat bagi kita meminta pertolongan akan kelemahan kita yang yang dimana kita
tidak mampu untuk menjangkau-Nya.
Oleh
karenanya Tuhan yang Maha Esa mengutus Para Nabi atau juru bicara-Nya untuk
menjelaskan tentang keberadaan dari Tuhan yang sebenarnya hal itu juga adalah
kebutuhan (fitrah) manusia.
Untuk lebih
lanjutnya saya sarankan anda untuk membaca buku Gradasi Wujud yang dikarang
oleh Mulla Sadra
2. Manusia
dan Realitas (Ontologi)
Ada dua realitas yang kita rasakan dan
ketahui yaitu adalah Realitas Internal (instensi) dan realitas Eksternal
(Ekstensi). Dua realitas ini melahirkan istilah berupa Materialisme (ekstensi)
dan Idealisme (Instensi) berikut pembahasannya :
Materialisme merupakan paham filsfat yang
meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau
besifat fisik. Ciri utaman dari kenyataan material atau fisik yaitu manempati
ruang dan waktu, memiliki keluasan dan bersifat objektif.
Menurut materialisme Alam spiritual atau
jiwa, yang tidak mempunyai ruang, tidak bisa disebut dengan esensi kenyataan,
dan oleh karena itu ditolak keberadaannya. Para materialis percaya bahwa tidak
ada kekuatan apapun yang besifat spiritual dibalik gejala atau peristiwa yang bersifat
material. Seandainya ada peristiwa atau gejala yang masih belum diketahui, atau
belum bisa dipecahkan oleh manusia, maka hal itu berarti ada kekuatan yang
bersifat spiritual dibelakang peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan
dan akal manusia yang belum memahaminya apa yang dimaksudkan tersebut.
Sebaliknya Idealisme merupakan kebalikan
atau lawan dari materealisme. Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah
berfilsafat, spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga
spiritualisme). Para idealisme percaya bahwa ada kekuatan atau kenyataan
spiritual di belakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan
spiritual ini adalah berfikir (res cigitans).
Karena kekuatan atau kenyataan spiritual
tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pada Fusngsi metafor kesadaran
manusia untuk menjelaskan kenyataan sejati oleh para idealis, sama halnya
dengan fusngsi metafor hewan (tikus atau anjing) dan komputer untuk menjelaskan
perilaku manusia oleh para behavioris dan oleh para psikolog kognitif dalam
ilmu psikologi.
Demikian juga para idealis mengalami
kesulitan dalam mejelaskan kenyataan sejati yang ada dibalik penampakan
lahiriah, sehingga perlu metafor kesederhanaan manusia untuk menjelaskannya.
Dengan diakuinya kenyataan sejati sebagai bersifat spiritual, bukan berarti
para idealis menolak kekuatan-kekuatan yang bersifat fisik (material) dan
menolak adanya hukum alam.
Dari untaian
– untaian teori diatas banyak dari dari spesias kita mengalami keraguan dengan
lahirnya teori skeptisme dan ada juga manusia yang mengalami
keyakinan yang disebut absolutisme, bahkan banyak teori – teori baru lainnya
yang bermunculan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan.
Namun yang
pastinya manusia mempunyai 2 hakikat yaitu materi dan inmateri. Dimana, 2
bagian ini tidak bisa terpisahkan satu dengan yang lainnya alias berjalan
sendiri – sendiri (solo). Semua harus balance dan saling mengisi secara
dinamis.
3. Pengetahuan
(Epistemelogi)
Epistemologi
secara etimologi terbagi menjadi dua suku kata yaitu “episteme” yang artinya
pengetahuan dan “logos” yang artinya ilmu/pembicaraan. Epistmologi juga di
artikan sebagai teori pengetahuan yang
berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Agak sulit untuk
menjelaskannya, namun yang pastinya bahwa pembahasan tentang perkara ini tidak
terlepas dari diri manusia.
Artinya
bahwa penting bagi manusia untuk mengetahui asal muasal pengetahuan dan
bagaimana mendapatkannya ?
Mengawali
jawaban dari pertanyaan diatas marilah kita simak pernyataan terkenal dari Rene
Descartes filosof asal francis yang
mengatakan “Cogito ergo sum” yang artinya aku berfikir, maka aku
ada.
Hadirnya
dirinya (pengetahuan) ke dunia ini bisa diterjemahkan dengan hidupnya
pemikirannya dari zaman ke zaman dan bisa juga diartikan eksistensinya hadir
karena dia berfikir, jika dia tidak berfikir maka dirinya adalah kehampaan.
Mengutip pula
pandangan Plato tentang teori pengingatan kembali , dikatakan bahwa
manusia pada dasarnya adalah roh (alam roh)
yang ditiupkan kepada tubuh manusia (alam materi) dan mengalami benturan
yang mengakibatkan manusia lupa akan kejadian di alam roh tersebut. Maka
perlahan manusia lahir kedunia, tumbuh dan menjadi ingat tentang berbagai hal
yang terjadi di alam sebelumnya seperti dejavu yang manusia pernah
mengalaminya. (if i have a fals, please your correction)
Ini adalah
dua contoh dari para filosof yang menggambarkan tentang manusia dan ilmu
pengetahuan, seperti yang saya katakan sebelumnya masih banyak dialektika dari
filosof – filosof lain yang membantah teori mereka dan menawarkan teori baru.
Kesimpulan
Menentukan kebenaran
dan mendefinisikan kebenaran bukanlah perkara yang mudah, karena setiap
kelompok bahkan individu pasti mengklaim diri mereka benar dan hal itu adalah hakikat
dari manusia yaitu tunduk kepada nila- nilai kebenaran. Memiliki keyakinan atau
yakin akan sesuatu yang telah menjadi keyakinannya adalah hak bagi manusia itu
sendiri. Namun yang menjadi persoalan adalah ketika berkeyakinan untuk
menyalahkan kelompok atau individu lain dan mengungkung kemerdekaan mereka
serta menutup akses dialektika.
Saya yakin
dan percaya, setiap kelompok, suku, ras dan Agama adalah ciptaan Tuhan yang
didalam perbedaanya terdapat nilai – nilai kebenaran yang berpotensi untuk
menjadi pemersatu dalam bingkai cinta atau hubungan antar manusia.
Pembahasan tentang
ke Tuhanan, Realitas dan Pengetahuan adalah
sebuah pengantar kita untuk memperdalam persoalan makna dan arti kehidupan ini,
mengapa kita harus bertahan hidup, bekerja, berkembang biak, belajar, mengajar
dan nanti pasti akan menemui ajal, semua adalah pertanyaan pertanyaan yang
seyogyanya bisa kita jawantahkan didalam diri kita masing – masing dan kita
jalankan dengan proses pemahaman yang kokoh. Semua itu akan kita jalani dengan
panduan yang telah kita yakini di Alam Semesta ini dan tentunya oleh
Penciptanya.
Tentu sangat banyak kekurangan dalam tulisan sederhana ini, kritik dan saran Insyallah selau dibuka untuk para pembaca sekalian.
No comments:
Post a Comment