Dewasa ini banyak sekali kelompok – kelompok,
jargon – jargon, visi – misi dan lain sebagainya mengatasnamakan keadilan,
namun pada kenyatannya sebagian besar
dari mereka tidak memahami makna adil apalagi merealisasikannya.
Banyak dialektika – dialektika manja yang
terjadi dikalangan filosof tentang makna adil, ada yang beranggapan bahwa adil
itu sama rata sama rasa dan adapula yang menafsirkan bahwa keadilan hanya
dimiliki oleh orang tertentu. Sehingga makna adil menjadi bias dan keadilan
menjadi utopis.
Ringkasnya adil adalah menempatkan sesuatu
pada tempatnya. Bagaiamana bisa membedakan dimana letakyang pas terhadap
sesuatu. Contoh kecil ketika gelas dijadikan tempat untuk mandi tentu tidak
lazim walaupun hal itu bisa digunakan.
Dalam kehidupan ini tentu ada yang namanya
strata, kelas ataupun kasta yang tidak bisa disama ratakan dan tidak bisa pula
untuk dipisahkan, didalam sosial manusia misaknya diwilayah kesukuan pasti ada
yang namanya struktur seperti kepala suku, panglima adat dan istilah lainnya
sampai dengan masyarakat biasa. Begitu pula pada masyarakat nasional hingga
internasional.
Setiap manusia baik secara individu ataupun
kelompok pasti mempunyai profesionalisme tertentu yang dimana dia bisa merasa
nyaman di zona itu. Seorang yang berkemampuan mendidik sangat menyenangi posisi
sebagai guru, komunikator dan orator sangat menyenagi politik, penjahit
menyenangi dunia desiger, seniman, olahragawan, pengusaha dan berbagai macam
profesi lainnya, semua terhimpun dalam bingkai sistemik yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan manusia.
Tentunya didalam setiap profesi ataupun
kelas tersebut pasti mempunyai aspirasi
dan kebutuhan yang harus dipenuhi, disinilah sering terjadi gesekan – gesekan
yang menimbulkan perpecahan yang bermula dari kecemburuan dan lemahnya
pengetahuan untuk memahaminya. Semua itu menjadi fatal ketika aturan sebagai
pedoman tidak dijalankan dengan semestinya dan bahkan ditafsirkan sembarangan.
Pemimpin yang berkeadilan akan menjadi
harapan bagi seluruh manusia yang mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya,
membagi dan mengarahkan bawahan dengan hati, menempatkan dirinya sebagai
pelayan, mejalankan dan mengotrol aturan dengan memulai dari dirinya sendiri, memberikan
penghargaan yang tepat dan memberikan sangsi yang bijak kepada bawahan, tegas
dalam mengambil keputusan.
Tidak hanya itu, pemimpin se-level Nabi pun
tidak akan mampu menjalankan semua konsep keadilan yang dimaksud diatas tanpa
didorong dan diimbangi oleh kemampuan pengikutnya, oleh karenya kemampuan
bawahan juga menjadi pembahasan penting dalam mewujudkan keadilan dalam bentuk
nyata. Bawahan selayaknya mengerti apa yang diinginkan atasan tanpa harus
diperintah karena hal ini menunjukkan kecerdasan akalnya, bawahan harus
menyadari posisi dirinya dengan posisi atasan agar bisa mengimbangi gerak demi
mencapai tujuan yang diinginkan, bawahan jangan merasa lebih hebat dari pemimpin
karena mempunyai salah satu kemampuan yang tidak bisa dilakukan pemimpin dan
jangan merasa terhina ketika menjadi bawahan karena tanpa anda maka organisasi
bagaikan tombak tak bermata.
Pemimpin dan yang dipimpin tentunya
membutuhkan yang namanya aturan. Dimana Aturan adalah pembahasan yang juga
sangat penting untuk dikemukakan apalagi berbicara tentang kepemerintahan, karena
menyangkut hak hidup orang banyak yang dikelola oleh orang pilihan dengan
kualifikasi tertentu. Aturan pastinya membatasi kebebasan para pengelola
kepemerintahan dari keserakahan pribadi dan kelompoknya saja, aturan tentunya
sebagai pondasi dalam menjaga keseimbangan antara berbagai macam elemen atau
karakteristik manusia. Dalam praktiknya aturan banyak mengalami pelemahan
karena banyaknya kecacatan yang dilakukan oleh elementasi penegak aturan,
aturanpun mengalami distorsi karena faktor keuniversalitasan pembahasan yang
membuatnya bias dan banyaknya tafsir – tafsir kaku yang membuat banyak perkara
– perkara tak terselesaikan.
Finally, segala hal yang terjadi belakangan
ini adalah catatan bagi kita bahwa saat ini keadilan memang masih hanya sebatas
jargon – jargon dan harapan – harapan. Tentunya kita tidak bisa hanya berdiam
diri karena baik sebagai pemimpin ataupun yang dipimpin kita harus bergerak
menajalankan tugas yang sebenarnya hanya kita yang mengetahuinya dan berusaha
untuk mencarinya. Olehkarenanya perlu adanya instrofeksi dan perkembangan yang
lebih baik bagi kita untuk melawan segala bentuk ketidakadilan yang terjadi di
dunia ini sehingga tercapainya keadilan yang hakiki.
No comments:
Post a Comment