Wednesday, January 25, 2017

PEMERINTAHAN BERKEADILAN

Dewasa ini banyak sekali kelompok – kelompok, jargon – jargon, visi – misi dan lain sebagainya mengatasnamakan keadilan, namun pada kenyatannya  sebagian besar dari mereka tidak memahami makna adil apalagi merealisasikannya. 

Banyak dialektika – dialektika manja yang terjadi dikalangan filosof tentang makna adil, ada yang beranggapan bahwa adil itu sama rata sama rasa dan adapula yang menafsirkan bahwa keadilan hanya dimiliki oleh orang tertentu. Sehingga makna adil menjadi bias dan keadilan menjadi utopis.

Ringkasnya adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Bagaiamana bisa membedakan dimana letakyang pas terhadap sesuatu. Contoh kecil ketika gelas dijadikan tempat untuk mandi tentu tidak lazim walaupun hal itu bisa digunakan.

Dalam kehidupan ini tentu ada yang namanya strata, kelas ataupun kasta yang tidak bisa disama ratakan dan tidak bisa pula untuk dipisahkan, didalam sosial manusia misaknya diwilayah kesukuan pasti ada yang namanya struktur seperti kepala suku, panglima adat dan istilah lainnya sampai dengan masyarakat biasa. Begitu pula pada masyarakat nasional hingga internasional.

Setiap manusia baik secara individu ataupun kelompok pasti mempunyai profesionalisme tertentu yang dimana dia bisa merasa nyaman di zona itu. Seorang yang berkemampuan mendidik sangat menyenangi posisi sebagai guru, komunikator dan orator sangat menyenagi politik, penjahit menyenangi dunia desiger, seniman, olahragawan, pengusaha dan berbagai macam profesi lainnya, semua terhimpun dalam bingkai sistemik yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia.

Tentunya didalam setiap profesi ataupun kelas  tersebut pasti mempunyai aspirasi dan kebutuhan yang harus dipenuhi, disinilah sering terjadi gesekan – gesekan yang menimbulkan perpecahan yang bermula dari kecemburuan dan lemahnya pengetahuan untuk memahaminya. Semua itu menjadi fatal ketika aturan sebagai pedoman tidak dijalankan dengan semestinya dan bahkan ditafsirkan sembarangan.

Pemimpin yang berkeadilan akan menjadi harapan bagi seluruh manusia yang mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, membagi dan mengarahkan bawahan dengan hati, menempatkan dirinya sebagai pelayan, mejalankan dan mengotrol aturan dengan memulai dari dirinya sendiri, memberikan penghargaan yang tepat dan memberikan sangsi yang bijak kepada bawahan, tegas dalam mengambil keputusan.

Tidak hanya itu, pemimpin se-level Nabi pun tidak akan mampu menjalankan semua konsep keadilan yang dimaksud diatas tanpa didorong dan diimbangi oleh kemampuan pengikutnya, oleh karenya kemampuan bawahan juga menjadi pembahasan penting dalam mewujudkan keadilan dalam bentuk nyata. Bawahan selayaknya mengerti apa yang diinginkan atasan tanpa harus diperintah karena hal ini menunjukkan kecerdasan akalnya, bawahan harus menyadari posisi dirinya dengan posisi atasan agar bisa mengimbangi gerak demi mencapai tujuan yang diinginkan, bawahan jangan merasa lebih hebat dari pemimpin karena mempunyai salah satu kemampuan yang tidak bisa dilakukan pemimpin dan jangan merasa terhina ketika menjadi bawahan karena tanpa anda maka organisasi bagaikan tombak tak bermata.

Pemimpin dan yang dipimpin tentunya membutuhkan yang namanya aturan. Dimana Aturan adalah pembahasan yang juga sangat penting untuk dikemukakan apalagi berbicara tentang kepemerintahan, karena menyangkut hak hidup orang banyak yang dikelola oleh orang pilihan dengan kualifikasi tertentu. Aturan pastinya membatasi kebebasan para pengelola kepemerintahan dari keserakahan pribadi dan kelompoknya saja, aturan tentunya sebagai pondasi dalam menjaga keseimbangan antara berbagai macam elemen atau karakteristik manusia. Dalam praktiknya aturan banyak mengalami pelemahan karena banyaknya kecacatan yang dilakukan oleh elementasi penegak aturan, aturanpun mengalami distorsi karena faktor keuniversalitasan pembahasan yang membuatnya bias dan banyaknya tafsir – tafsir kaku yang membuat banyak perkara – perkara tak terselesaikan.


Finally, segala hal yang terjadi belakangan ini adalah catatan bagi kita bahwa saat ini keadilan memang masih hanya sebatas jargon – jargon dan harapan – harapan. Tentunya kita tidak bisa hanya berdiam diri karena baik sebagai pemimpin ataupun yang dipimpin kita harus bergerak menajalankan tugas yang sebenarnya hanya kita yang mengetahuinya dan berusaha untuk mencarinya. Olehkarenanya perlu adanya instrofeksi dan perkembangan yang lebih baik bagi kita untuk melawan  segala bentuk ketidakadilan yang terjadi di dunia ini sehingga tercapainya keadilan yang hakiki.

No comments:

Post a Comment