Wednesday, February 1, 2017

Dewasa Bersosial Media


Seiring berkembangnya informasi dan teknologi, manusia dimanjakan dengan media sosial seperti Fecebook, Twitter, Instagram, path dan lain – lain yang tujuan sebenarnya adalah untuk bersosialisasi, mengenal manusia satu dengan berbagai manusia dipenjuru dunia, menggapai berbagai macam informasi, mencari ilmu pengetahuan dan menjadi sarana hiburan ditengah kehidupan yang melelahkan.
Kecanggihan dari dampak globalisasi ini mampu membuat ruang baru bagi aktifitas manusia yang kerap disapa dengan sebutan “Dunia Maya”. Dengan berbagai macam informasi yang kita dapatkan semenjak lahir bisa terakumulasi dan terkoneksi dari berbagaimacam pendapat yang mempengaruhi alam bawah sadar kita sehingga kadang melakukan bentuk penghukuman (justifikasi) terhadap fenomena yang muncul di dunia nyata.
Sebagai penggiat sosmnd (sosial media) anda pasti pernah terpancing dengan sebuah judul berita yang dibagikan oleh teman anda dan setelah itu anda memberi tanggapan menurut perspektif sesuai informasi atau pengetahuan yang telah anda dapatkan. Contoh mengenai kasus – kasus yang mengangkat tentang persoalan kesukuan, agama sampai persoalan sekte – sekte yang beraneka ragam dihamparkan diruang maya ini pastilah menggelitik untuk diberi tanggapan dan dengan tanggapan itu akan berpengaruh pada kejiwaan yang terpuaskan untuk sesaat.
Bagi sebagian besar masyarakat memaknai bahwa internet dan sosmed adalah sumber pengetahuan yang bisa dipercaya tanpa menyaring informasi – informasi yang berkembang sehingga terikut dengan alur provokasi kebencian yang mendatangkan gejolak emosi didalam diri.  Adapula dikalangan kita yang mempunyai hobby berdiskusi dan melakukan pertentangan dengan pendapat orang lain atau media yang menyebarkan wacana.
Belakangan ini muncul di dunia nyata tentang penolakan kelompok satu dengan kelompok lain, muncul pula diskusi saling ejek mengejek antara anak – anak TK dengan anak – anak TK yang lainnya, putusnya tali persahabatan kekeluargaan bahkan kemanusiaan. Semua itu dipicu oleh informasi yang sepotong – sepotong lalu didramatisir menjadi kebenaran mutlak. Munculnya rasa curinga dengan istilah “jangan – jangan” dia atau orang itu benar seperti itu, padahal bisa saja dia khilaf dan hanya sebuah tulisan amarah untuk memuaskan batin, finally dampak dari hal itu membentuk pola fikir masyarakat (dalam hal ini penggiat sosmed) menjadi negative thinking dan apabila prilaku ini berkembang kepada masyarakat keseluruhan maka tunailah sudah visi misi setan untuk menghancurkan moralitas kita.
Reader sekalian perlu kita mengingatkan kembali bahwa sosial media hanyah fasilitas bagi kita untuk mengakes atau mebagikan informasi bukan sebagai satu – satunya sumber kebenaran dan mudah menebarkan informasi yang kita sendiri belum mengetahui kebenarannya. Selain itu perlu bagi kita untuk menebarkan fatrah dari kita sebagai manusia berupa informasi yang berupa kebenaran dari berbagai sisi, pengetahuan yang mendalam,   tayangan – tayangan yang mendidik dan menghilangkan penghinaan terhadap sesama manusia.
Saat ini marilah kita memulai untuk berfikir jangka panjang akan apa yang kita lakukan, sekali lagi saya sampaikan jangan terpancing dengan akun abal – abal yang digerakkan oleh musuh – musuh kemanusiaan guna membuat cheos antar sesama kita sehingga kita melupakan hal – hal  prioritas yang harus kita kerjakan, dimana kita mempunyai tanggungjawab akan hal itu. Ingatkah ketika kita memberikan komentar dan membagikan sesuatu hal yang bernada perpecahan, apakah permasalahan itu telah selesai ? ataukan kita membuat persoalan baru.  Saya meyakini kita sema umat beragama dan pasti mempunyai ajaran yang melarang perbuatan – perbuatan yang negatif, pasti kita semua bisa membedakan antara perbuatan baik dan buruk, maka apabila kita melakukan perbuatan buruk sesuai dengan kehendak kita disitulah kita menjadi manusia yang berfahaman sekuler.

Akhirnya kita akan memandang dengan elok ketika sosial media dihamparkan dengan sesuatu yang bernilai positif, saling memahamkan dengan bahasa yang santun dan bergembira dengan candan yang tidak menjatuhkan. Inilah yang dinamakan dengan kedewasaan adalam bersosial media dengan menjadikan pengendalian diri kearah positif sebagai kuncinya.

No comments:

Post a Comment