Seiring
berkembangnya informasi dan teknologi, manusia dimanjakan dengan media sosial
seperti Fecebook, Twitter, Instagram, path dan lain – lain yang tujuan
sebenarnya adalah untuk bersosialisasi, mengenal manusia satu dengan berbagai
manusia dipenjuru dunia, menggapai berbagai macam informasi, mencari ilmu
pengetahuan dan menjadi sarana hiburan ditengah kehidupan yang melelahkan.
Kecanggihan
dari dampak globalisasi ini mampu membuat ruang baru bagi aktifitas manusia
yang kerap disapa dengan sebutan “Dunia Maya”. Dengan berbagai macam informasi
yang kita dapatkan semenjak lahir bisa terakumulasi dan terkoneksi dari
berbagaimacam pendapat yang mempengaruhi alam bawah sadar kita sehingga kadang
melakukan bentuk penghukuman (justifikasi) terhadap fenomena yang muncul di
dunia nyata.
Sebagai
penggiat sosmnd (sosial media) anda pasti pernah terpancing dengan sebuah judul
berita yang dibagikan oleh teman anda dan setelah itu anda memberi tanggapan
menurut perspektif sesuai informasi atau pengetahuan yang telah anda dapatkan.
Contoh mengenai kasus – kasus yang mengangkat tentang persoalan kesukuan, agama
sampai persoalan sekte – sekte yang beraneka ragam dihamparkan diruang maya ini
pastilah menggelitik untuk diberi tanggapan dan dengan tanggapan itu akan
berpengaruh pada kejiwaan yang terpuaskan untuk sesaat.
Bagi
sebagian besar masyarakat memaknai bahwa internet dan sosmed adalah sumber
pengetahuan yang bisa dipercaya tanpa menyaring informasi – informasi yang
berkembang sehingga terikut dengan alur provokasi kebencian yang mendatangkan
gejolak emosi didalam diri. Adapula
dikalangan kita yang mempunyai hobby berdiskusi dan melakukan pertentangan
dengan pendapat orang lain atau media yang menyebarkan wacana.
Belakangan
ini muncul di dunia nyata tentang penolakan kelompok satu dengan kelompok lain,
muncul pula diskusi saling ejek mengejek antara anak – anak TK dengan anak –
anak TK yang lainnya, putusnya tali persahabatan kekeluargaan bahkan
kemanusiaan. Semua itu dipicu oleh informasi yang sepotong – sepotong lalu
didramatisir menjadi kebenaran mutlak. Munculnya rasa curinga dengan istilah
“jangan – jangan” dia atau orang itu benar seperti itu, padahal bisa saja dia
khilaf dan hanya sebuah tulisan amarah untuk memuaskan batin, finally dampak
dari hal itu membentuk pola fikir masyarakat (dalam hal ini penggiat sosmed)
menjadi negative thinking dan apabila prilaku ini berkembang kepada masyarakat
keseluruhan maka tunailah sudah visi misi setan untuk menghancurkan moralitas
kita.
Reader sekalian perlu kita mengingatkan kembali
bahwa sosial media hanyah fasilitas bagi kita untuk mengakes atau mebagikan informasi
bukan sebagai satu – satunya sumber kebenaran dan mudah menebarkan informasi
yang kita sendiri belum mengetahui kebenarannya. Selain itu perlu bagi kita
untuk menebarkan fatrah dari kita sebagai manusia berupa informasi yang berupa
kebenaran dari berbagai sisi, pengetahuan yang mendalam, tayangan
– tayangan yang mendidik dan menghilangkan penghinaan terhadap sesama manusia.
Saat ini
marilah kita memulai untuk berfikir jangka panjang akan apa yang kita lakukan,
sekali lagi saya sampaikan jangan terpancing dengan akun abal – abal yang
digerakkan oleh musuh – musuh kemanusiaan guna membuat cheos antar sesama kita
sehingga kita melupakan hal – hal
prioritas yang harus kita kerjakan, dimana kita mempunyai tanggungjawab
akan hal itu. Ingatkah ketika kita memberikan komentar dan membagikan sesuatu
hal yang bernada perpecahan, apakah permasalahan itu telah selesai ? ataukan kita
membuat persoalan baru. Saya meyakini
kita sema umat beragama dan pasti mempunyai ajaran yang melarang perbuatan –
perbuatan yang negatif, pasti kita semua bisa membedakan antara perbuatan baik
dan buruk, maka apabila kita melakukan perbuatan buruk sesuai dengan kehendak
kita disitulah kita menjadi manusia yang berfahaman sekuler.
Akhirnya kita
akan memandang dengan elok ketika sosial media dihamparkan dengan sesuatu yang
bernilai positif, saling memahamkan dengan bahasa yang santun dan bergembira
dengan candan yang tidak menjatuhkan. Inilah yang dinamakan dengan kedewasaan
adalam bersosial media dengan menjadikan pengendalian diri kearah positif
sebagai kuncinya.
No comments:
Post a Comment