Akhir –
akhir ini belajar menjadi sosok yang manakutkan dikalangan mayoritas pemuda,
wajah mereka tertunduk lesu ketika berhadapan dengan tugas – tugas yang dimana
mereka tak mampu untuk melihat orientasinya dimasa mendatang, belajar dipandang
hanya sebagai rutinitas formal yang dengan terpaksa dilakukan karena orang –
orang secara serentak melakukannya, belajar menjadi keterpaksaan, belajar adalah
kegiatan yang membosankan.
Sekarang ada
sebuah gerakan yang secara sadar dan tidak disadari baik dari internal maupun
dari eksternal diri pemuda terarah untuk menghindari yang namanya belajar,
gerakan ini merasuk disanubari para pelajar hingga mengganggap sekolah adalah
sosok yang menyeramkan, saudara bisa amati tentang kondisi kekinian para pelajar kita dimana mereka lebih bergembira
ketika tidak ada guru dikelas, mereka akan bersorak dengan girang ketika ada pengumuman
bahwa jam sekolah diliburkan, belajar adalah beban yang memberatkan mereka.
Banyak
benturan – benturan lain dalam minimnya kebiasaan belajar dikalangan kita
selain dari membosankannya cara mengajar diantaranya adalah banyaknya para
lulusan sekolah/kuliah formal yang tidak mempunyai peran besar terhadap dirinya
(mendapatkan pekerjaan) dan orang lain (membuka peluang pekerjaan), di sisi
lain tidak sedikit orang yang berpendidikan rendah/standard bisa menghasilkan
materi yang lebih besar dari lulusan orang yang berpendidikan tinggi tersebut, alasan
lain yang bisa ditambahkan adalah minimnya para pembelajar berkarya atau
melakukan sebuah gerakan yang mengajak kepada yang lain untuk saling
mencerdaskan atau menularkan budaya belajar, mereka kadang berprilaku ekskusif
dan tidak menujukkan nilai dari ilmu yang mereka pelajari, kadang tidak
konsisten untuk menjadi pelopor dalam
menjalankan kebiasaan belajar dikalangan masyarakat. Persoalan yang
lebih memberatkan yaitu adalah menghadapi kelompok yang anti terhadap budaya
belajar, mereka yang diajak selalu menghindar hanya demi menyibukkan urusan –
urusan material belaka. Padahal belajar dan menumbuhkan budaya belajar akan
membuat tatanan yang merata dalam proses urusan material masyarakat hingga
mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi.
Ditengah
berbagai fenomena – fenomena yang muncul banyak figur – figur politik atau
figur yang menjadi sorotan masyarakat menampilkan kegiatan – kegiatan yang
tidak mendidik. Kehura – huraan gaya hidup yang dikemukakan dengan mengajak
mereka dengan hayalan – hayalan fana mengatasnamakan impian (dream) sebagai
seorang idol benar – benar telah merusak cara pandang masyarakat an apabila cara
pandang atau cara berfikir manusia rusak maka leburlah semuanya.
Terkikisnya
budaya belajar selayaknya menjadi sorotan kesemua kalangan karena dengan hal
inilah Negara bisa berkembang dengan pesat, kultur dalam peningkatan Sumber
Daya Manusia inilah yang menjadi penentu arah dari perjalanan Bangsa kedepan.
Jika budaya belajar menjadi hal yang prioritas untuk kita lakukakan saat ini,
maka jangan berekspektasi yang berlebihan terhadap sedikitnya jumlah, mulailah
melakukan diskusi – diskusi akademis yang cair dan tidak kaku, mulailah membuat
berbagai macam tulisan melalui pengamatan saudara, bergeraklah untuk mengajak
orang lain untuk membaca, janganlah merasa puas dengan pelajaran di sekolah
atau kuliah saja, latihlah diri saudara untuk melakukan ekspresi – ekspresi
dalam bentuk dan kemasan yang menarik sehingga bisa ditularkan kepada khalayak
ramai dan jika bisa realisasikan apa yang anda tulis atau teliti sehingga bisa
bermanfaat bagi orang – orang disekitar.
Banyak hal
yang harus bergerak untuk wilayah ini, para akademisi, lulusan strata 1, Mahasiswa, siswa dan
penggiat pendidikan setidaknya wajib membuka ruang diskusi, melakukan upaya –
upaya penyelamatan generasi melalui aksi nyata, karena tak layak bagi orang
yang berpengetahuan menyendiri tanpa berbagi, seandainyapun hal itu sulit
diaplikasikan maka dukunglah para penyebar kebiasaan mengajar dilingkungan
kita. Karena sepahit – pahitnya belajar lebih pahit lagi hidup dalam kebodohan
dan kita tidak mengharapkan generasi mendatang akan jatuh dalam lubang yang
gelap yang semuanya itu adalah warisan dari kita saat ini.
Pemerintah yang
ada saat inipun harus berupaya membuat sebuah gebrakan yang strategies dan
inovatif, menghilangkan kesan – kesan simbolik seremonial dan terus berupaya
dalam mengkonsolidasikan program – program yang sederhana namun mempunyai efek
yang besar bagi mewujudkan budaya belajar disemua lapisan masyarakat. Ada beberapa
bidang dikepemerintahan seperti perpustakaan, disdik, pemberitaan di
diskominfo, pariwisata, dan lain – lain yang bisa dimanfaatkan guna
mengkulturalisasikan belajar. Pemerintah pun diharapkan aktif dalam melakukan
hegemoni – hegemoni dengan memberikan fasilitas dan contoh yang baik yang bukan
melalui ucapan – ucapan “mari belajar” atau “revolusi mental” saja melainkan
harus hadir dalam socio kultur yang ada. Karena duduk dikantor saja tidak
menyelesaikan semuanya.
No comments:
Post a Comment