Sunday, March 12, 2017

SEPAK BOLA INDONESIA : Antara Pendukung dan yang di Dukung

Persepakbolaan Indonesia dewasa ini mengalami kemajuan yang cukup siginifkan dimana sebelumnya diguncang berbagai persoalan dimulai dari sanksi yang diberikan Fifa, praktek judi bola, korupsi di Tubuh PSSI hingga kerusuhan antara supporter satu dengan supporter lainnya. Persoalaan ini muncul pastilah mempunyai sebab, dan sebab paling sistemik dampaknya adalah pada pengelolaannya, didalam pengelolaanpun tidak terlepas dari peran pemerintah dan pelaksana teknis dalam hal ini PSSI sebagai pembuat kebijakan.

Sekarang bukanlah hal yang etis untuk saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya karena perbaikan – perbaikan terus dilakukan, segala bentuk kekurangan yang ada terus dievaluasi hingga pada akhirnya sedikit tersisa.

Sepak Bola sebagai olahraga yang familiar dikalangan masyarakat tentunya mampu menggerakkan berbagai latar belakang manusia baik dari pemain bola itu sendiri maupun dari para pendukungnya yang jauh lebih banyak jumlah pemain, perputaran ekonomipun tidak terlepas dari pengawasan dimulai dari tiket masuk kestadion, sponsorship, bisnis jersey, asesoris dan kerjasama – kerjasama lainnya lebih dari cukup untuk menghidupi jutaan manusia.
Kesukaan orang – orang tentang sepakbola mayoritas bukan hanya urusan materi saja melainkan telah merasuk pada sebuah spirit kebanggan yang memunculkan sikap layalitas tinggi terhadap tim yang diunggulkan, bahwa setiap tim pasti ada pendukunggnya. Emosi kecintaan para pendukung terhadap perwakilan daerah sangatlah besar sehingga kita bisa melihat adanya rasa kecewa ketika jagoannya kalah, adanya rasa bahagia jika Tim yang dibangga – banggakan menang, adanya rasa marah jika skuatnya diejek dan di injak – injak oleh pendukung lain.

Wal hasil semua itu berpotensi akan muncul berbagai dampak diantaranya ampak positif da negatif. Dampak positif jika antar supporter bisa melakukan kontrol terhadap diri mereka sendiri agar tetap tenang ketika kalah dan tidak angkuh ketika menang, karena sepak bola bukan hanya dimiliki pemain saja melainkan pendukung berhak memilikinya. Sebaliknya dampak negatif akan timbul ketika yang kalah tidak terima, masih ada dendam dengan para supporter lain, melakukan yel – yel yang menghina supporter lain dan ketika timnya menang mereka melakukan ejekan -ejekan yang menjatuhkan kelompok lain.

Budaya menebar kebencian dan saling bertikai untuk urusan sepele ini seharusnya sudah diredakan bahwa menang dan kalah adalah sesuatu hal yang biasa,  perlahan rubahlah gaya yang tidak etis dalam mendukung timnya menjadi tidakan – tindakan yang lebih berbartabat, ketika timnya kalah harus berlapang dada dan ketika menang maka bersikaplah elegan, gunakan prinsip – prinsip bhineika tunggal ika bukan gaya cinta yang tak berdasar. Ingatlah kita semua adalah bagian dari Bangsa ini, tim yang saudara dukung belum tentu bangga dengan anarkisme yang anda lakukan walau anda mengatas namakan loyalitas karena justru perbuatan inu membebankan mereka jika anda semua terkena sanksi, sebab siapa lagi yang akan memberikan aura – aura positif didalam stadion jika anda tiada, singkatnya andalah salah satu penyebab dominan kekuatan mental tim yang anda dukung.

Bagi para pemain tentunya merasa bangga katika didukung ribuan bahkan jutaan  manusia, olehkarenanya jagalah hati mereka, tampilah semaksimal mungkin, jangan biarkan uang receh membuat anda mengkhianati tim yang anda dukung, anda tentunya mendengar sorakan mereka yang ramai, maka rasakanlah ketika anda berposisi ditengah – tengah keramaian itu, banyak orang yang menaruhkan harapan kepada anda dan jikapun anda kalah, jangan menganggap hal ini adalah akhir dari semuanya, teruslah berjuang.

Antara suporter dan pemain bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, yang jika dipisahkan maka tidak akan ada nilainya, maka simbiosis ini haruslah terus dijaga dengan baik, rawatlah hubungan ini dengan pemahaman yang  mendalam dan terorientasi bukan hanya menjadi ledakan – ledakan sementara yang menyisakan noda antar sesama kita, karena kita tetap sebagai putra putri Indonesia.


Junjung selalu spotifitas, maju terus sepak bola Indonesia...

Thursday, March 9, 2017

SELAMAT HARI MUSIK NASIONAL 2017

Jika orang – orang bahari menyebarkan propaganda – propaganda dengan kata - kata dan menggumamkannya ditempat umum dengan nada – nada suara yang unik agar bisa diperhatikan atau didengar secara maksimal oleh para pendengar disekitar maka sekarang kaula muda menyebarkan kata – kata dengan di iringi alunan musik yang fungsinya sama yaitu agar semua orang menerima pesan sang seniman yang membuat kata – kata.

Musik kini semakin populer dengan berkembangnya teknologi, alat – alat perekam suara yang canggih, pengambilan gambar bergerak yang indah, dan penyebaran karya berbasis internet yang bisa diakses oleh semua orang diseluruh dunia. Kompetisi demi kompetisi terus dilakukan oleh para seniman musik yang kreatif  perlahan membangun semangat masyarakat, alunan lagu yang mereka ciptakan mempengaruhi kondisi emosional para penikmatnya, pengolahan jiwa membuat orang – orang menagis, tertawa, bersemangat, galau dan bahagia.

Era sekarang pun musik mampu memberikan berbagai macam pekerjaan kepada praktisi – praktisinya, musik bisa menjadi lahan bisnis yang menjanjikan dikalangan pengusaha dan banyak para seniman – seniman musik hidup dengan kekayaan yang berlimpah. Hal ini adalah bentuk dari apresiasi pemirsa kepada para musisi. Dan hal ini sah – sah saja.

Banyak seniman – seniman di Indonesia menjadi Idola berkat dari suaranya yang merdu dan pesona mereka yang menawan. Pegelaran musik menjadi program hiburan yang menakjubkan sehingga masyarakat terbius dengan lantunannya, belum lagi ketika ada ajang  kompetisi menyanyi ditayangkan profile dari peserta lomba yang sederhana dan mampu berprestasi dikancah nasional membuat orang – orang yang mengikuti program tersebut terisak sedih dan tersedu – sedu menangis. Figur ini terus memuncak sehingga kadang banyak sekali dari kalangan masyarakat menjadikan mereka sebai inspirator dan ada yang lebih ekstrim yaitu menjadi fans radikal.

Hari musik nasional tahun ini sebaiknya dijadikan momentum dengan menciptakan ruang – ruang evaluasi bagi perkembangan musik Nasional, musik selayaknya bisa menjadi tempat bagi kita untuk mencerdaskan masyarakat dengan memberikan contoh – contoh yang baik, lantunan – lantunan lirik yang etis dan tentunya tampil dengan nuansa moralitas. Kreatifitas dan inovasi adalah fitrah dani manusia maka jangan menjual nama seni yang indah menjadi tayangan – tayangan yang tak bermoral.

Musik nasional tidak mesti harus tertutup dengan musik – musik luar karena sifat dari seni adalah keindahan yang universal, namun yang harus kita perhatikan adalah selalu melakukan penyaringan terhadap budaya – budaya luar yang masuk karena hal ini mampu merubah tingkah laku para musisi dan terlebih lagi para penikmat. Musik nasional seyogyanya berbasis kearifan lokal, dalam pengamatan saya para musisi kita mampu untuk melakukan kombinasi – kombinasi itu.

Perbedaan genre musik bukanlah hal prioritas untuk dipertentangkan karena semua genre ada penikmatnya, saya sangat heran ketika ada suatu kelompok berselisih untuk menejelekkan pecinta genre musik satu dengan yang lainnya dan saya merasa lebih aneh lagi ketika mendengar penyanyi yang merusak genre musik tertentu dengan bahasa yang murahan. Prilaku seperti ini sangat tidak mendidik dan jauh dari nilai kesenian. Merekamerusak citra seni musik dengan fanatisme butanya, jika anda amati lebih dalam orang – orang seperti ini didalam dirinya hanya terkandung rasa benci.

Saya bukan pengamat musik apalagi berprofesi sebagai musisi, namun saya berhak untuk bersuara dan berpendapat tentang musik terlebih melihat para pebisnis musik saling menjegal antara satu yang lainnya hanya karena ingin mencari nama dan kekayaan yang berlebihan, banyaknya para musisi tidak menghormati para pendahulunya, menurunnya kualitas maknawi dari lagu yang dilantunkan, minimnya perhatian pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap tayangan musik yang mengandung unsur pornografi dan sara.


Semoga dunia Permusikan di Indonesia semakin keren dan berkualitas... 

Hamba Yang Merdeka

Pandangan kali ini pastinya akan membicarakan manusia dimana setiap manusia pasti mmpunyai berbagai keterikatan antara satu dengan yang lainnya, lebih dalamnya lagi adalah keterikatan antara manusia dengan sang pencipta. Manusia diperhadapkan pada pilihan – pilihan yang diamana dengan akalnya manusia diberikan kebebasan melakukan apa yang menjadi keinginannya.

Dalam perjalanan sejarah manusia jika kita memperhatikan dengan seksama maka kita akan banyak menemukan gaya hidup manusia hingga kita pernah mendengar sebuah sistm yang disebut sistem perbudakan dimana manusia yang mempunyai kekuatan dan harta yang banyak bisa memiliki atau membeli manusia sebagai pelayannya. Sistem perbudakan sangat mengeksploitasi manusia/budak sebagai buruh yang tak bergaji, asisten rumah tangga yang tak mendapatkan imbalan, seorang budak pada waktu itu tak mmpunyai harapan dan cita – cita untuk membangun kehidupan karena wajib mengabdikan dirinya kepada Tuannya. Kemerdekaan bagi budak adalah sesuatu hal yang langka, mereka  ditempatkan pada kelas terbawah kehidupan manusia

Dalam lingkup lain sejarah manusia terutapa pada abad ke- 18 dan 19 setelah perang dunia ke II terdapat Negara – negara arogan yang menganggap suatu kelompok, suku atau bangsa adalah sebagai budak dan mereka menjajahnya, dengan powerfull yang dimiliki mereka memerintah masyarakat lemah untuk bekerja demi mengenyangkan perut dan melayani kelompok mereka, mereka yang congkak dengan identitas sebagai kolonial menindas kaum lemah yang hidup damai di Negaranya, mereka memperlakukan manusia tidak lagi sebagi manusia melaikan seperti indukan sapi yang diperas susunya, kuda yang ditunggangi dan seperti kerbau yang menggarap tanah di sawah.

Penjajahan adalah sejarah kelam bagi setiap kehidupan manusia dari era ke era, disanalah kita mulai dan harus mengingat unsur – unsur atau alasan – alasan dari keterjajahan sehingga lahirnya kedzholiman secara sistematis. Penjajahan hadir selain karena adanya penjajah dan yang dijajah juga dikarnakan masifnya mentalitas manja dan penakut dari segenap masyarakat yang menjual dirinya atas nama bangsanya/kelompoknya, mereka seolah – olah kuat dikomunitasnya namun rapuh ketika berhadapan dengan kelompok yang diluar komunitasnya, orang – orang mengistilahkan dengan sebutan “jago kandang”. Salah satu alasan lain yang sangat berpengaruh dibalik terjajahnya suatu kaum adalah Lemahnya SDM kaum tersebut, ketertutupan dengan dunia luar membuat mereka tidak mengerti kekuatan kaum arogan sehingga mereka syok ketika tiba – tiba penjajah datang dan merampas haknya.
Bagaimana kita saat ini ?

Saya tidak menakwilkan kemerdekaan dengan pondasi kebebasan dengan sebebas – bebasnya karena sudah jelas kebebasan seperti itu utopis  dan tanpa arah yang kongkrit, kebebasan seperti itu seperti bebasnya binatang buas yang telah terlepas dari kandangnya dan siap menerkam kebebasan orang yang lemah. Kemerdekaan yang dimaksud disini adalah kemerdekan yang tersusun dan tersistem secara rapi dngan memahami aturan – aturan dari prinsip – prinsip kebenaran universal dengan memperhatikan hak diri dan orang lain untuk hidup dalam keselarasan, Namun, diatas perinsip – prinsip itu adalah prinsip kebenaran dalam garis ke Tuhanan.

Bagi kita yang telah terjerembab dan tak menyadari posisi kita antara merdeka atau tidak, maka ada beberapa langkah yang bisa dipetik

Pertama, Berfikir.
Untuk memulai sebuah kemerdekaan yang masif didalam diri dan lingkungan maka yang harus diaplikasikan terlebih dahulu adalah kemerdekaan berfikir, karena dengan merdekanya fikiran kita dan lepasnya kita dari ketergantungan secara otomatis membuat hadirnya jiwa/diri kita dalam bersikap terhadap fenomena – fenomena yang ada. Banyak cara yang bisa kita jadikan pegangan dalam mewujudkan kemerdekaan berfikir ini diantaranya dengan melakukan berbagai aktifitas belajar, dimulai dari menyadari akan berbagai kelemahan kita yang membuat kita tergantung, selalu membuka wawasan terhadap persoalan – persoalan baru dan berusaha untuk mencarikan solusinya, melepaskan cara berfikir materialis karena kita semua telah mengetahui sifat dari materi yang selalu berubah – ubah, tidak konsisten dan tentunya akan menjatuhkan nilai dari akal kita.

Sederhananya kemerdekaan berfikir yang dimaksud adalah mempunyai pandangan tersediri yang bukan hanya bersifat egoisme belaka dan jika ada kesamaan dengan pendapat orang lain maka dengan sedirinya kemerdekan ini melebur diranah yang lebih univresal.

Kedua, Kehormatan.
Menjaga kehormatan berbeda dari egoisme yang tak berdasar, bereda jauh antara orang yang mencari nafkah dengan bekerja sesuai untuk memenuhi kehidupan orang yang ditanggungnya dengan orang yang rela tak melakukan apa – apa karena hanya urusan tidak mau untuk menjadi bawahan, sangat siginifikan bedanya antara orang yang menuntut haknya karena telah melaksanakan kewajiban dengan orang yang mengemis banyak hak dengan meninggalkan tanggungjawab yang diembannya.
Modal terbesar yang dimiliki manusia adalah kehormatannya tanpa itu maka manusia akan kehilangan kualitas kemanusiaanya. Siapapun didunia ini tidak menginginkan kehormatannya di injak – injak karena hal itu sudah menjadi fitrah manusia. Namun sayangnya banyak sekali diantara kita menggadaikan kehormatan demi mengejar omong kosong duniawi, atas nama globalisasi mengubah pandangannya untuk menjadi hedonis, modern, kekinian dan bermewah – mewahan sehingga untuk memenuhi kebutuhan itu dia mengemis melakukan pinjaman bahkan menghalalkan segala baik dengan berbohong, korupsi dan lain sebagainya.

Terjerembab dalam lobang kehinaan adalah aib bersejarah yang dimiliki manusia dimana orang – orang yang ada disekelilingnya akan melakukan sebah penilaian yng diskriminatif bahkan orang setelahnya akan mengingat apa yang ia kerjakan. Kelamnya perbuatan ini akan berpengaruh pada psikologi orang terdekat kita terhadap kita dan orang lain. maka cara yang tepat untuk menghilangkan noda hitam ini adalah dengan tidak mengulaingnya dan terus melakukan perbuatan baik sebagaimana kata – kata bijak “perbuatan baik, menghilangkan perbuatan buruk”.

Ketiga, Revolusioner
Belajar dari para pendahulu di setiap negara atau bangsa yang namanya hingga kini terus dikenang, dimana orang – orang menyebut mereka sebagai revolusioner. Mereka melakukan sebuah perubahan yang sangat berefek besar bagi kehidupan manusia dengan melakukan perlawanan ditengah keterjajahan yang dialaminya, ketika orang – orang sudah berputus asa dari harapan dan cita – cita, mereka terus bangkit walau nyawa sebagai taruhannya, ketika mayoritas  manusia sudah bertekuk lutut tanpa daya dan upaya maka mereka meyakini kemenangan akan tiba. Inilah sebuah paradigma revolusioner yang dibangun.

Di kala ini banyak sekali orang – orang latah mengungkapkan kata revolusi dalam kehidupan sehri -  hari dan tidak sedikit orang yang meremehkan dengan menjadikan kata revolusi hanyalah sebagai wacana. Revolusi dipandangan mereka hanyalah kata – kata kuno yang tak pantas diungkapkan serta didengarkan di era modern  ini, revolusi menjadi asing didalam sanubari para generasi penikmat kemerdekaan.

Revolusi adalah perubahan secara total dalam suatu bangsa untuk merdeka dari belenggu kaum tiran dan buah dari bangkitnya kaum tertidas yang dimana perubahan yang saat ini kita dapatkan belumlah secara total karena masih banyak tangan – tangan penjahan yang mencengkram bangsa kita dan bangsa – bangsa lainnya. Maka bisa kita simpulkan bahwa revolusi belum selesai !

Perubahan medan pertempuran melawan kaum arogansi dunia kadang membuat kita mengabaikan langkah untuk melawan dengan selalu berada di zona aman, berleha – leha dalam bertindak sehingga cahaya revolusi kian meredup didalam diri kita. Serangan – serangan ini mulai terasa ketika orang – orang mulai tersadarkan tentang berubahnya moralitas generasi kekinian dengan sangat pesat, lancangnya anak muda kepada orang tua, maraknya perbuatan zina, mengguritanya jejaring narkoba, kotornya tingkah laku para penguasa, dan hilangnya rasa cinta anak bangsa kepada negaranya. Serangan ini bertubi –tubi terus digencarkan namun tak semua dari kita melawan bahkan dengan suka cita menikmatinya. Penyerangan senyap ini memabukkan dan mematikan logika kita sehingga kita terperdaya dengan khayalan – khayalan manja, sebagian besar dari kita telah terperangkap dan enggan untuk keluar dari penjara kesenangan dunia yang imitasi ini.

Kobaran api revolusi dikalangan pemuda dan segenap elementasi anak bangsa haruslah terus menyala, bersinar dalam ruang hampa yang gelap gulita menjadi bercahaya, sebab soft war masih terus berjalan dan hanya spirit ini yang bisa mengalahkannya, api ini akan terus menghantarkan kehangatan bagi orang – orang disekitarnya, penyadaran – demi penyadaran niscaya akan bermunculan ketika cahaya sang fajar revolusi telah membias untuk semua. Tentunya hal ini tidak akan terwujud jika kita hanya berdiam diri dan tidak melakukan daya dan upaya untuk mencapainya dengan seksama, menunggu orang lain adalah tidakan yang  terbelakang dan primitif, walau sangat diperlukan hadirnya para penyambut obor revolusi ini.
Yang tak kalah penting dalam pembahasan ini adalah penjawantahan revolusi dalam kehidupan sehari – hari dimana sebagai penulis catatan kecil ini, saya memberikan kebebasan para pembaca untuk menafsirkan sendiri  sesuai dengan kemampuan dan bidangnya yang pastinya konsep revolusi tidaklah “one man show”.

Menajadi hamba yang merdeka tidaklah mudah karena pasti banyak mengalami rintangan – rintangan dan cobaan – cobaan terutama perlawanan tehadap diri sendiri, karena musuh terbesar  manusia adalah dirinya sendiri. Ketika dia telah mampu mengontrol dirinya yang liar maka dengan mudah ia untuk mengatur urusan – urusan yang ada diluarnya. Dan tentunya dengan pengenalan dia terhadap dirinya maka dia akan banyak tahu banyak hal,dia akan mengetahui manusia – manusia yang selaras dengan tidakannya bahkan lebih utama dari dirinya, dan bertahap dia mengenali Tuhannya dengan sebenar – benarnya pemahaman.

Inilah hamba yang merdeka ... 

Monday, March 6, 2017

BUDAYA BELAJAR


Akhir – akhir ini belajar menjadi sosok yang manakutkan dikalangan mayoritas pemuda, wajah mereka tertunduk lesu ketika berhadapan dengan tugas – tugas yang dimana mereka tak mampu untuk melihat orientasinya dimasa mendatang, belajar dipandang hanya sebagai rutinitas formal yang dengan terpaksa dilakukan karena orang – orang secara serentak melakukannya, belajar menjadi keterpaksaan, belajar adalah kegiatan yang membosankan.

Sekarang ada sebuah gerakan yang secara sadar dan tidak disadari baik dari internal maupun dari eksternal diri pemuda terarah untuk menghindari yang namanya belajar, gerakan ini merasuk disanubari para pelajar hingga mengganggap sekolah adalah sosok yang menyeramkan, saudara bisa amati tentang kondisi kekinian para  pelajar kita dimana mereka lebih bergembira ketika tidak ada guru dikelas, mereka akan bersorak dengan girang ketika ada pengumuman bahwa jam sekolah diliburkan, belajar adalah beban yang memberatkan mereka.

Banyak benturan – benturan lain dalam minimnya kebiasaan belajar dikalangan kita selain dari membosankannya cara mengajar diantaranya adalah banyaknya para lulusan sekolah/kuliah formal yang tidak mempunyai peran besar terhadap dirinya (mendapatkan pekerjaan) dan orang lain (membuka peluang pekerjaan), di sisi lain tidak sedikit orang yang berpendidikan rendah/standard bisa menghasilkan materi yang lebih besar dari lulusan orang yang berpendidikan tinggi tersebut, alasan lain yang bisa ditambahkan adalah minimnya para pembelajar berkarya atau melakukan sebuah gerakan yang mengajak kepada yang lain untuk saling mencerdaskan atau menularkan budaya belajar, mereka kadang berprilaku ekskusif dan tidak menujukkan nilai dari ilmu yang mereka pelajari, kadang tidak konsisten untuk menjadi pelopor dalam  menjalankan kebiasaan belajar dikalangan masyarakat. Persoalan yang lebih memberatkan yaitu adalah menghadapi kelompok yang anti terhadap budaya belajar, mereka yang diajak selalu menghindar hanya demi menyibukkan urusan – urusan material belaka. Padahal belajar dan menumbuhkan budaya belajar akan membuat tatanan yang merata dalam proses urusan material masyarakat hingga mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi.

Ditengah berbagai fenomena – fenomena yang muncul banyak figur – figur politik atau figur yang menjadi sorotan masyarakat menampilkan kegiatan – kegiatan yang tidak mendidik. Kehura – huraan gaya hidup yang dikemukakan dengan mengajak mereka dengan hayalan – hayalan fana mengatasnamakan impian (dream) sebagai seorang idol benar – benar telah merusak cara pandang masyarakat an apabila cara pandang atau cara berfikir manusia rusak maka leburlah semuanya.

Terkikisnya budaya belajar selayaknya menjadi sorotan kesemua kalangan karena dengan hal inilah Negara bisa berkembang dengan pesat, kultur dalam peningkatan Sumber Daya Manusia inilah yang menjadi penentu arah dari perjalanan Bangsa kedepan. Jika budaya belajar menjadi hal yang prioritas untuk kita lakukakan saat ini, maka jangan berekspektasi yang berlebihan terhadap sedikitnya jumlah, mulailah melakukan diskusi – diskusi akademis yang cair dan tidak kaku, mulailah membuat berbagai macam tulisan melalui pengamatan saudara, bergeraklah untuk mengajak orang lain untuk membaca, janganlah merasa puas dengan pelajaran di sekolah atau kuliah saja, latihlah diri saudara untuk melakukan ekspresi – ekspresi dalam bentuk dan kemasan yang menarik sehingga bisa ditularkan kepada khalayak ramai dan jika bisa realisasikan apa yang anda tulis atau teliti sehingga bisa bermanfaat bagi orang – orang disekitar.

Banyak hal yang harus bergerak untuk wilayah ini, para akademisi,  lulusan strata 1, Mahasiswa, siswa dan penggiat pendidikan setidaknya wajib membuka ruang diskusi, melakukan upaya – upaya penyelamatan generasi melalui aksi nyata, karena tak layak bagi orang yang berpengetahuan menyendiri tanpa berbagi, seandainyapun hal itu sulit diaplikasikan maka dukunglah para penyebar kebiasaan mengajar dilingkungan kita. Karena sepahit – pahitnya belajar lebih pahit lagi hidup dalam kebodohan dan kita tidak mengharapkan generasi mendatang akan jatuh dalam lubang yang gelap yang semuanya itu adalah warisan dari kita saat ini.

Pemerintah yang ada saat inipun harus berupaya membuat sebuah gebrakan yang strategies dan inovatif, menghilangkan kesan – kesan simbolik seremonial dan terus berupaya dalam mengkonsolidasikan program – program yang sederhana namun mempunyai efek yang besar bagi mewujudkan budaya belajar disemua lapisan masyarakat. Ada beberapa bidang dikepemerintahan seperti perpustakaan, disdik, pemberitaan di diskominfo, pariwisata, dan lain – lain yang bisa dimanfaatkan guna mengkulturalisasikan belajar. Pemerintah pun diharapkan aktif dalam melakukan hegemoni – hegemoni dengan memberikan fasilitas dan contoh yang baik yang bukan melalui ucapan – ucapan “mari belajar” atau “revolusi mental” saja melainkan harus hadir dalam socio kultur yang ada. Karena duduk dikantor saja tidak menyelesaikan semuanya.